Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (101): Drs. H. Busyairi Madjidi

Kh. Drs. H. Busyairi Madjedi

(L. 15 April 1930)

Laki-laki kelahiran Amuntai 15 April 1930 ini lama bermukim di Yogyakarta. Semasa kecilnya ia belajar di Sekolah Rakyat dan Normal Islam Amuntai hingga tamat 1947. Busyairi adalah anak yang paling cerdas diantara saudara-saudaranya yang lain. Beliau kemudian disekolahkan ke Pondok Pesantren Gontor, lulus pada tahun 1952. Selanjutnya meneruskan ke SP-PTAIN Yogyakarta lulus pada tahun 1960. Kemudian melanjutkan ke Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 1964.

Setelah menyelesaikan studinya, Busyairi menjadi dosen di almamaternya (1964-1999) dan juga Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Tjokroaminoto. Busyairi pernah menjabat sebagai Kepala Biro rektor IAIN Sunan Kalijaga (1965-1968), Pembantu Dekan II Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga (1972-1974), Wakil Rektor III IAIN Sunan Kalijaga (1976-1981), Ketua Lembaga Pendidikan Agama Islam IAIN Sunan Kalijaga (1979), Ketua Badan pelaksana KKN Sunan Kalijaga (1982). Busyairi yang pada tahun 1975 sempat memperoleh Pendidikan Sekolah Staf Pejabat Administrasi (SESPA) di Departemen Agama Jakarta setelah menyelesaikan program Studi Purna Sarjana UIN Sunan Kalijaga pernah pula menjabat sebagai Rektor IAIN Raden Intan di Bandar Lampung periode (1984-1989).

Di samping kesibukannya sebagai dosen, Busyairi masih sempat menggeluti berbagai kegiatan kemasyarakatan, diantaranya merintis dan mengembangkan Masjid Da’watul Islam di Ngentak Sapen, Yogyakarta, Ketua Majelis Da’wah Islamiyah Propinsi D. I. Yogyakarta, Yayasan Penyelenggara penerjemah/penafsir Alquran, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Pondok Modern Gontor (IKPM) Cabang Yogyakarta, merintis dan mengembangkan Kerukunan Tatuha Banjar di Yogyakarta (KATABAYO), Pembina Pramuka IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pembina Pramuka IAIN Raden Intan Bandar Lampung, serta merintis dan mengembangkan PGA Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang Madrasah Aliyah Negeri Lab. Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Baca juga:  Seperti Ibn Arabi; Jatuh Cinta Lalu Menulislah

Selain sebagai tenaga pendidik Drs. H. Busyairi adalah salah seorang Anggota Dewan Penerjemah Alquran Departemen Agama Republik Indonesia (Al Qur’an dan Terjemahnya : Juz 1-30, Departemen Agama RI) tahun 1964-1970, dan Anggota Dewan Penyelenggara Penafsir Al Quran Juz 1-10 Departemen Agama RI tahun 1970-1978. Karena jasanya itulah, pada tahun 2003 ia mendapat penghargaan dari Menteri Agama Republik Indonesia sebagai Ulama Al Quran dalam Menerjamahkan dan Menafsirkan Al Qur’an untuk kepentingan umat.

Busyairi juga penulis, diantara karya tulisnya ialah Penerapan Audio Lingual dalam All in One System (Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Sumbangsih Offset 1994), konsep Kependidikan Para Filosof Muslim (Al Amin Press 1997), dan berbagai makalah untuk diskusi ilmiah, seminar, lokakarya dan lain-lain.

Banyak pengalaman yang patut kita teladani dari suami Hj. Siti Islamiyah ini, misalnya ketika urang Palampitan Amuntai ini menjabat sebagai kepala Proyek Pengembangan Kampus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terjadi kelebihan dana, dana tersebut dikembalikannya sendiri ke kantor Departemen Agama Republik Indonesia di Jakarta.

Sebagai salah satu pimpinan IAIN, dalam berbagai posisi, beliau selalu berusaha bertindak obyektif, tidak memandang latar belakang, asal usul atau golongan. Dalam pergaulan, selalu menggunakan pendekatan positive thinking dan mengedepankan prasangka baik menyambut dan membina mahasiswa dan calon mahasiswa yang berasal dari Banjar sebagai keluarga sendiri.

Baca juga:  Melacak Asal-usul Rumi

Berkat berbagai prestasi beliau dalam karir dan kiprahnya dalam masyarakat maka beliau dicantumkan dalam buku Who’s who in Indonesia yang disusun OG. Roeder, diterbitkan oleh PT. Gunung Agung Jakarta tahun 1971 (urutan 70, halaman 203).

Drs. H. Busyairi Madjiji wafat di Yogyakarta pada tanggal 2 Nopember 1999 dan dimakamkan di Komplek pemakaman IAIN Sunan Kalijaga di Kadipiro, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Yogyakarta. Almarhum memiliki seorang isteri bernama Siti Aslamiyah asal Paliwara Amuntai dan sepuluh orang anak yakni Drs. M. Noor Lazuardi (almarhum, wafat 1991), Ir. H. Surya safari, Ir. Noorhan fitri, drg., Hj. Esqiati wahidah, dr. Hj. Rima Fitriyani, Rima Nilasari (almarhum, wafat 1975), Rima Indah Puspa, MA, S. Ag., Ir. Muhammad Yulian Nur, ST., Syahrin Purnama Siti, S. Sos, dan Rindang Maysarah, SE.

Bagi keluarganya, beliau adalah sosok ayah sangat mencintai dan mengutamakan keluarga. Hampir seluruh hidupnya dibuktikannya untuk kemajuan agama, nusa dan bangsa. Selalu berfikir positif dan banyak bersyukur, serta lebih mengutamakan mewariskan ilmu daripada harta. Beliau selau berpesan kepada putera-puterinya agar memegang teguh aqidah Islam serta mengandalkan ilmu dan akhlak yang baik dalam hidup dan kehidupan.

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top