Sedang Membaca
MAARIF Award 2018: Mencari Pejuang Kemanusiaan Tangguh
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

MAARIF Award 2018: Mencari Pejuang Kemanusiaan Tangguh

MAARIF Award 2018: Mencari Pejuang Kemanusiaan Tangguh

MAARIF Award kembali digelar pada 2018. MAARIF Award adalah program penghargaan dua tahunan yang digelar oleh MAARIF Institute sejak 2007. Penghargaan ini diberikan untuk mengangkat model-model keteladanan dan kepemimpinan lokal dengan komitmen terhadap nilai-nilai kebinekaan, anti kekerasan, dan anti diskriminasi.

MAARIF Award merupakan ikhtiar menemukan pribadi-pribadi penggerak dan tangguh yang berjuang untuk kemanusiaan di tingkat akar rumput.


2018 disebut juga sebagai tahun politik. Hajatan besar pemilihan umum kepala daerah (pilkada) di sejumlah daerah kunci akan dihelat pada tahun ini. Tak hanya pilkada, tapi juga pertaruhan untuk pemilu legislatif dan pemilu presiden 2019. Pada momen ini, rakyat akan disuguhi berbagai akrobat dan intrik politik.

Pelibatan SARA dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 telah mengoyak rajutan kebinekaan, dan dikhawatirkan akan dijadikan pola dalam perhelatan politik tahun ini. Tentu fenomena ini merupakan sebuah kemunduran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi semua itu telah menciptakan adanya intimidasi, persekusi, diskriminasi, dan laku intoleransi yang dilakukan terhadap sesama warga negara. Jangan sampai hal itu terulang.

“Tahun 2018 sebagai tahun politik sepatutnya dapat dijadikan momentum memperkuat persaudaraan kebangsaan, dengan melahirkan para pemimpin yang mampu merajut harmoni antar sesama anak bangsa tanpa tersekat batas-batas primordialitas”, tegas Muhammad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif MAARIF Institute melalui siaran pers yang diterima alif.id, Kamis (8/2/2018).

Oleh karena itu, untuk menjawab kerinduan akan keteladanan para pemimpin di ranah lokal, MAARIF Institute sejak 2007 mencoba mencari jalan keluar atas kemarau panjang kepemimpinan ini melalui agenda MAARIF Award. Perhelatan pemberian penghargaan ini diharapkan dapat memunculkan para pemimpin lokal yang memperjuangkan nilai-nilai keindonesiaan dan kemanusiaan.

Baca juga:  Diaspora Santri (3): Science Diplomacy dan Posisi Strategis PCI Nahdlatul Ulama

“Ibarat oase yang menyuntikan harapan baru (new hope) dan menumbuhkan model-model alternatif (role models), para pemimpin ini diharapkan dapat melakukan penguatan dan pemberdayaan masyarakat sipil dalam upaya pencegahan kekerasan sektarian dan sekaligus mampu menjembatani hubungan antar-agama di kalangan masyarakat akar rumput. Mereka merupakan pejuang kemanusiaan dan penggerak proses perubahan sosial di tingkat akar rumput dengan komitmen tinggi terhadap toleransi, pluralisme, moderasi, dan keadilan sosial” lanjut Darraz di sela-sela konferensi pers (8/2) yang menandai peluncuran Program MAARIF Award 2018.     

Setelah sebelumnya digelar pada 2016, MAARIF Award kembali digelar 2018 ini. MAARIF Award adalah program penghargaan dua tahunan yang digelar oleh MAARIF Institute. Penghargaan ini diberikan untuk mengangkat model-model keteladanan dan kepemimpinan lokal dengan komitmen terhadap nilai-nilai kebinekaan, anti kekerasan, dan anti diskriminasi. MAARIF Award ini merupakan ikhtiar menemukan pribadi-pribadi penggerak dan tangguh yang berjuang untuk kemanusiaan di tingkat akar rumput.

“Penyelenggaraan award 2018 diharapkan bisa menemukan sosok atau institusi yang mampu menjadi antitesis sekaligus strategi cerdas dalam menanggapi tantangan kemajemukan yang kini membayangi masyarakat Indonesia,” terang Sudhamek AWS, juri MAARIF Award 2018.

Tahun ketujuh

MAARIF Award 2018 adalah penyelenggaraan ketujuh, setelah sebelumnya diadakan pada 2007, 2008, 2010, 2012, 2014, dan 2016. Dari enam kali penyelenggaraan, terdapat empat belas pejuang kemanusiaan di tingkat lokal. Kesemuanya ditemukan dari pelosok Nusantara, yakni dari Poso, Ambon, Maluku, Lombok, Blitar, Salatiga, Magelang, Cilacap, Semarang, Medan dan Padang.

Baca juga:  Humor Gus Dur tentang ABRI dan PKI

”Para pejuang kemanusiaan itu ditemukan oleh publik dari beragam lokasi, yang tak pernah terkira sebelumnya. Mereka bekerja di dalam segala keterbatasan. Akan tetapi semangat mereka mampu melintas batas keterbatasan itu” jelas Clara Joewono, juri MAARIF Award 2018.

Pada tiap penyelenggaraan MAARIF Award, komposisi dewan juri selalu beragam dan berubah. Hal ini semata ditujukan untuk memberikan kepastian obyektifitas dalam menilai calon penerima MAARIF Award. Untuk 2018 ini, dewan juri terdiri atas Sudhamek AWS (Tokoh Lintas Agama, Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila), Clara Joewono (Dewan Pembina MAARIF Institute), Arif Zulkifli (Jurnalis Senior), Masril Koto (Penerima MAARIF Award 2014), dan Rahmawati Husein (Aktivis Kemanusiaan, Wakil Ketua MDMC Muhammadiyah).

Komitmen dan konsistensi

Selain memiliki komitmen pada perjuangan kebinekaan, calon penerima MAARIF Award akan dinilai konsistensi kerja-kerja kemanusiaan yang ia pelopori untuk publik. Kehadirannya mampu mendorong partisipasi warga yang lebih luas untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan sekaligus mampu menjembatani perbedaan dan kebinekaan yang hadir di tengah masyarakat.

Beberapa kerja kemanusiaan yang menjadi fokus utama pemberian award ini meliputi pada kerja-kerja peningkatan mutu hidup masyarakat melalui penguatan akses pendidikan, kesehatan, peningkatan taraf ekonomi masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan rekonsiliasi konflik demi kedamaian dan kesejahteraan hidup masyarakat. 

Baca juga:  Menag Yaqut: Komitmen Santri Bela Tanah Air Seumur Hidup

“Penerima MAARIF Award haruslah orang-orang yang tak hanya memiliki komitmen pada kebinnekaan, tapi juga mampu mendorong partisipasi dan kemandirian warga untuk peningkatan kualitas hidup serta pemuliaan harkat dan martabat manusia” terang Clara Joewono.

Jurnalis senior, Arif Zulkifli yang juga menjadi dewan juri MAARIF Award 2018 menyebut bahwa MAARIF Award mencari orang-orang baik yang memiliki rekam jejak kerja kemanusiaan yang kuat dan teruji. ”Integritas menjadi salah satu unsur penilaian dalam mencari orang baik tersebut.” terangnya di kantor MAARIF Institute, Kamis (8/2/2018).

Publik juga bisa turut terlibat dalam program ini. Keterlibatan tersebut dalam bentuk perekomendasian atau pengajuan nama-nama yang dianggap layak untuk mendapatkan MAARIF Award. MAARIF Institute telah menyediakan formulir pencalonan yang bisa diunduh di  http://bit.ly/2nSnqJP

Pengiriman berkas pencalonan diterima selambatnya pada 25 Maret 2018. Seluruh berkas pencalonan itu bisa dikirimkan via surat elektronik ke maarifaward@maarifinstitute.org atau bisa juga dikirim langsung ke MAARIF Institute Jl. Tebet Barat Dalam 2 No. 6 Tebet, Jakarta Selatan 12810.

Info lebih lanjut silakan kunjungi http://maarifinstitute.org/about-maarif-award/

(***)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top