Sedang Membaca
Syair Perang Inggeris di Betawi: Narasi Jatuhnya Batavia ke Tangan Inggris
Nur Annisa
Penulis Kolom

Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Syair Perang Inggeris di Betawi: Narasi Jatuhnya Batavia ke Tangan Inggris

Syair Perang Inggeris di Betawi: Narasi Jatuhnya Batavia ke Tangan Inggris

Di zaman modern seperti sekarang, banyak anak muda abai dengan hal-hal “kuno” yang ternyata masih banyak tersebar di lingkungan sekitar. Salah satu benda yang masih banyak tersebar namun minim diperhatikan adalah manuskrip. Sebelumnya, tahukah kamu apa itu manuskrip?

Sebagian orang mungkin akrab dengan istilah manuskrip, namun tak jarang beberapa dari kita masih asing dengan istilah ini. Manuskrip merupakan naskah hasil tulisan tangan seseorang yang usianya sudah lebih dari 50 tahun. Teks manuskrip sangat bervariasi, mulai dari membahas agama, sejarah, budaya, serta bencana atau peristiwa yang terjadi di masa lampau. Manuskrip sendiri dapat kita sebut sebagai identitas bangsa, karena di tempat lain belum tentu ditemukan manuskrip dengan ciri-ciri yang sama. Manuskrip biasanya memiliki ciri khas tersendiri sesuai dengan wilayah atau asal daerahnya masing-masing.

Sebenarnya banyak sekali manuskrip yang ada di sekitar kita menyimpan berbagai pelajaran dan sejarah di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang memahami pentingnya menjaga manuskrip. Hal ini kemudian membuat banyak manuskrip rusak ataupun hilang sebelum berhasil didigitalisasi. Padahal sudah banyak website yang menampung data manuskrip digital dan dapat diakses dengan mudah oleh publik.

Manuskrip Syair Perang Inggeris di Betawi

Manuskrip berjudul Syair Perang Inggeris di Betawi dapat kita akses di website Royal Asiatic Society melalui tautan: https://royalasiaticcollections.org/a-shair-perang-inggeris-di-betawi-ff-1-33rb-shair-cinta-berahi-ff-33v-34v/. Sama seperti hampir kebanyakan manuskrip Melayu, sangat sedikit informasi yang diberikan mengenai identitas pengarangnya. Penulis hanya menggambarkan dirinya sebagai pengembara yang rendah hati juga seorang pedagang yang hina. Sebagai tambahan, terdapat informasi bahwa syair ini ditulis di Kampung Ketip. Penulis Syair Perang Inggeris di Betawi menegaskan bahwa apa yang ia tulis dalam syair ini merupakan sebuah fakta yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri pada masa itu.

Baca juga:  Hari Pramuka: Kepanduan Muslim dan Kontribusinya bagi Perjuangan Bangsa

Naskah Syair Perang Inggeris di Betawi ditulis di atas kertas Eropa yang cukup tebal berwarna coklat dengan ukuran dokumen 9×15 cm. Tercatat di dalam kolofon, manuskrip ini selesai ditulis pada tanggal 12 Muharam 1231 H atau 14 Desember 1815 M. Pada halaman terakhir tertulis bahwa manuskrip ini disumbangkan oleh Lady Raflles kepada Royal Asiatic Society pada tanggal 16 Januari 1830.

Manuskrip yang menceritakan invasi Inggris ke Tanah Jawa dengan ketebalan 69 halaman ini ditulis dengan aksara Jawi (jawi script) berbahasa Melayu. Kondisi manuskrip masih sangat baik karena teks yang ditulis dengan tinta hitam serta tinta merah ini masih bisa dibaca dengan jelas tanpa adanya kerusakan yang berarti.

Peristiwa Jatuhnya Batavia ke Tangan Inggris

Perlu diketahui, dengan menjaga dan memahami manuskrip, kita dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di masa lampau. Banyak sekali sejarah yang akhirnya dapat diungkap dan dibuktikan kebenarannya melalui pengkajian manuskrip. Salah satu peristiwa yang kemudian terungkap secara detail yaitu invasi Inggris ke tanah Jawa yang akhirnya berujung dengan jatuhnya Batavia ke tangan Inggris.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 1811, dibuka dengan gambaran tentang benteng di Meester Cornelis pada masa Daendels. Saat itu kekacauan dan ketegangan sedang tumbuh di Batavia seiring dengan serangan Inggris yang akan segera terjadi. Dari Syair Perang Inggeris di Betawi kita dapat mengetahui bahwa pada masa itu banyak sekali jembatan yang terpaksa dihancurkan oleh Prancis dan Belanda untuk mencegah serangan Inggris. Tak terbayang bagaimana kacaunya keadaan dan suasana kala itu. Bahkan, dalam manuskrip juga tertulis bahwa penduduk pribumi dibatasi ruang geraknya oleh pemerintah seiring dengan semakin dekatnya invasi Inggris ke Jawa.

Baca juga:  Ihwal Istana Spanyol, Gereja Jadi Masjid, dan Masjid Jadi Gereja

Di tahun yang sama terjadi pergantian Gubernur di Batavia, dimana semula Daendels yang menjabat akhirnya digantikan oleh Jan Willem Janssens. Di lain sisi, di bawah pimpinan Lord Minto, armada Inggris berangkat dari Bengal dan tiba di lepas pantai Cilincing pada tanggal 15 Rajab atau 4 Agustus 1811. Sesampainya di sana, pasukan Inggris berbaris di Batavia dan sumpah setia diberikan oleh para pemimpin pribumi kepada komando Inggris. Perlu diketahui, dibawah pimpinan Prancis dan Belanda, penduduk pribumi begitu menderita.

Pertempuran antara Inggris dan Prancis pun tak terelakan dan terjadi di Kampung Melayu pada tanggal 21 Rajab atau tepatnya 10 Agustus 1811. Kedua belah pihak sama-sama mengklaim kemenangan. Saat itu Prancis mengadakan perayaan selama dua belas hari setelah mundur ke benteng di Meester Cornelis, sementara Inggris terpaksa tetap berada di luar benteng.

Pada tanggal 5–7 Syaaban atau 24–26 Agustus 1811, pertempuran sengit terjadi berpuncak pada peristiwa Janssens dan beberapa anak buahnya yang melarikan diri ke Tanah Jawa. Pasukan Inggris kemudian mengejar Janssens ke Surabaya yang berakhir dengan menyerahnya Janssens di tangan Inggris. Saat itu Inggris merebut benteng dan banyak tentara Prancis ditawan.

Lord Minto kemudian menjadi penguasa dan Cranssen diangkat sebagai deputi. Raffles juga ditunjuk langsung sebagai Gubernur Jenderal oleh Inggris. Perdamaian dan keamanan akhirnya pun kembali ke Batavia. Penulis begitu memuji kepemimpinan Raffles. Dikisahkan dalam syair ini bahwa perubahan-perubahan menguntungkan dibawa ke Batavia di bawah pemerintahan Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan situasi di bawah kepemimpinan Prancis dan Belanda yang menimbulkan banyak kesulitan-kesulitan pada masa itu.

Baca juga:  Arab Kristen di Timur Tengah

Kisah di atas hanya satu dari ribuan kisah yang dapat kita ketahui dengan membaca manuskrip. Banyak peristiwa-peristiwa hebat yang terjadi di masa lampau yang dapat terungkap jika kita peduli dan menjaga warisan luhur ini. Sebagai generasi penerus bangsa, mari kita lestarikan budaya yang ada. Pastikan diri ini ikut berkontribusi untuk menjaga manuskrip-manuskrip yang banyak tersebar di lingkungan sekitar kita.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top