Sedang Membaca
Keajaiban dalam Persalinan: Kisah Unik Menjadi Bidan di Saudi Arabia

Bidan yang sementara tinggal di kota kelahiran Rasulullah. Loves to inspire. Pengamat tanda-tanda kebesaran Allah.

Keajaiban dalam Persalinan: Kisah Unik Menjadi Bidan di Saudi Arabia

Selalu ada kisah unik dan menakjubkan ketika saya bekerja sebagai bidan menolong pasien melahirkan baik di Indonesia maupun di Saudi Arabia, tempat saya bekerja sekarang. Berhubung saya bekerja di sebuah klinik maka pasien-pasien yang melahirkan di Mekkah sini, hanya pasien yang melahirkan normal. Untuk tindakan operasi harus dilakukan di rumah sakit. Di Indonesia mungkin banyak kita temui bidan yang menolong persalinan. Namun, di Saudi Arabia sekalipun pasien melahirkan di klinik hanya dokter spesialis kandungan yang diperbolehkan menolong persalinan. Tidak ada bidan di Saudi Arabia.

Saya teringat kisah pasien di klinik tempat saya bekerja, di Kota Mekkah. Sore itu, kami kedatangan pasien wanita, seorang ekspatriat. Entah orang pakistan atau orang Myanmar. Ia berkunjung ke poli kandungan tempat saya bekerja untuk memeriksakan kandungannya. Ada raut kesakitan dari balik cadarnya. Ah! ternyata ia sedang merasakan kontraksi persalinan.

Ketika pemeriksaan USG dilakukan, dokter melirik saya singkat sambil bergumam pelan, “Transverse position.” Deg! Mata saya yang sejak tadi fokus melihat layar USG, menoleh ke arah dokter dan mengamininya.

Posisi janin yang dialami pasien ini biasanya disebut letak lintang; janin melintang di dalam rahim ibu dimana kepala berada di sisi kanan atau kiri rahim dan kaki berada pada sisi yang lain. Sedangkan normalnya, posisi kepala janin berada di bawah tepat pada panggul ibu atau dalam ilmu kebidanan disebut presentasi kepala.

Usia kehamilan pasien sudah masuk sembilan bulan dan terdapat tanda-tanda persalinan. Maka melahirkan dengan operasi sesar adalah pilihan terbaik. Setelah pemeriksaan USG diakhiri, dokter mencoba melakukan tindakan versi luar, yaitu memijit perlahan perut ibu dengan memutar posisi janin supaya posisi janin berubah menjadi presentasi kepala. Bila dikutip dari buku Solusi Problem Persalinan karya Dra. Dini Kasdu, M.Kes, tindakan versi luar ini biasanya dilakukan sekitar usia kehamilan 32-34 minggu. Mungkin yang dilakukan dokter saya tadi hanyalah sebuah ikhtiar sekalipun keberhasilannya kecil.

Baca juga:  Festival Film Purbalingga ke-15 Sepenuhnya Daring

Dokter menjelaskan hasil pemeriksaannya dan menegaskan bahwa pasien harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan tindakan operasi sesar. Hening sejenak kala itu. Berat bagi pasien ini untuk melakukan tindakan operasi karena biaya yang akan dikeluarkan untuk operasi sangat mahal, bahkan lebih mahal ketimbang biaya operasi sesar di Indonesia. Rata-rata biaya operasi sesar di Saudi Arabia berkisar 9500 sampai 10.000 riyal, kalau dinominalkan dalam mata uang rupiah setara 37 juta.

“Tapi saya ingin melahirkan di klinik sini saja, dokter,” ujar si pasien dengan sedih.

Kemudian, dokter memberikan konseling terbaik. Sayangnya, saya tidak terlalu paham bahasa Arab sehingga saya tidak jelas menangkap penjelasan dokter ke pasien ini. Akhirnya, pasien ini pulang untuk mendiskusikan dengan keluarganya.

Keesokan harinya, tepat sore hari, saya seperti melihat sebuah keajaiban dari Allah. Tabarakallah, posisi janin yang melintang ini telah berubah dalam waktu kurang lebih 1×24 jam. Entah doa-doa panjang apa yang ia dan keluarganya panjatkan. Dokterpun heran. Posisi kepala janin sudah berada di bawah panggul. Akhirnya, si ibu dapat melahirkan dengan normal bahkan tanpa jahitan.

Sebuah kebahagiaan dirasakan oleh pasien saya tadi dan keluarganya. Siapa yang tahu kalau prediksi manusia bisa meleset jauh? Dalam teori, letak lintang masih bisa berubah menjadi letak kepala bila usia kehamilan kurang dari sembilan bulan atau sebelum si ibu memasuki tanda-tanda persalinan. Tapi, kasus pasien kami ini seperti membantah teori yang telah dipelajari kedokteran bertahun-tahun lamanya. Kebahagiaan ternyata bisa direncanakan, masih bisa diusahakan.

Baca juga:  Rasulullah: Semua umatku akan Masuk Surga kecuali Satu Golongan

Pasien saya tadi mungkin sedang merencanakan kebahagiaan, pasrah pada Allah yang maha besar. Ia tetap yakin dapat melahirkan normal di klinik kami meskipun dokter pesimis karena letak lintang sangat berbahaya bila dilahirkan secara normal. Sehari sebelumnya, bayangan biaya mahal untuk operasi sesar tentu saja mengitari pikiran suami dan keluarga si pasien. Suaminya hanya bekerja seadanya dengan gaji yang mungkin tidak ada seperempat dari biaya operasi sesar. Selain itu, penghasilannya hanya cukup untuk makan tiga orang anaknya dan biaya hidup sehari-hari.

Ada lagi kisah persalinan yang menakjubkan dialami salahsatu teman saya di Saudi juga. Kami sama-sama bekerja di klinik yang sama. Sebelum hamil, dia pernah menyinggung saya bahwa dia ingin melahirkan ditolong oleh saya. Tapi, saya pesimis bisa menolongnya minimal membantu dokter karena peraturan di Saudi Arabia, persalinan anak pertama harus dilakukan di rumah sakit. Teman saya ini tetap memantapkan hatinya kalau ia bisa melahirkan di klinik kami.

5 hari sebelum tanggal perkiraan persalinan, teman saya merasakan kontraksi persalinan. Ketika itu sekitar jam 9 pagi, dokter melakukan pemeriksaan dalam, hasilnya masih pembukaan 4 cm. Dokter menyarankannya untuk berjalan-jalan sebentar sekalian observasi terlebih dahulu sebelum dirujuk ke rumah sakit. Makin lama makin sering kontraksinya, perasaan ingin mengejan juga semakin kuat. Sekitar jam 12 siang, lahirlah bayi laki-laki sehat secara normal di klinik kami.

Durasi waktu dari pembukaan 4 cm menuju pembukaan lengkap terbilang cukup cepat hanya 3 jam saja padahal secara teori persalinan normal anak pertama, kecepatan pembukaan serviks per 1 cm itu dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Berbeda dengan persalinan anak kedua dan seterusnya, dimana kecepatan pembukaan serviks sekitar 2 cm selama 1 jam. Seperti keyakinan teman saya tadi, doanya dikabulkan Allah, ia dapat melahirkan di klinik tanpa perlu ke rumah sakit dan ditolong oleh saya yang sebenarnya tugas saya hanya mendampingi dokter spesialis kandungan.

Baca juga:  Kisah Ulama Mekkah Bertawaf untuk Nahdlatul Ulama

Lagi-lagi fakta di lapangan seperti membantah teori dan prosedur yang berlaku. Memang hanya Tuhan yang bisa berkehendak. Namun, tanpa teori dan prosedur tentu saja seperti berjalan tanpa arah tujuan. Minimal kita butuh kompas atau matahari untuk menunjukkan arah yang tepat agar tidak tersesat. Sungguh sebuah keajaiban persalinan yang memberikan efek kebahagiaan untuk pasien tadi dan teman saya.

Saya tidak sedang membuat Anda membantah semua saran-saran dokter. Kemudian, membuat Anda menyudutkan tenaga kesehatan supaya mengikuti kemauan Anda, tidak. Saya hanya ingin Anda semua tahu bahwa akan selalu ada keajaiban-keajaiban di luar nalar kita. Ada hukum-hukum alam yang tidak selalu berjalan konsisten.

Teori-teori sains tidak selalu menjadi acuan. Bisa jadi, sering kali kalah oleh sesuatu yang irasional. Setiap orang memiliki kisah dan kasus yang berbeda-beda. Keajaiban dalam persalinan juga banyak dialami semua orang. Tenaga kesehatan pasti memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien-pasiennya karena keselamatan pasien yang utama. Tidak hanya asal memberikan konseling maupun pengobatan, pasti menyesuaikan teori dan protap yang berlaku. Hasil akhirnya hanya Allah yang tahu.

Seorang ibu akan tetap ibu yang luar biasa, baik yang melahirkan normal maupun melahirkan secara operasi sesar. Ada perjuangan dan pengorbanan besar di sana. Dukungan ataupun doa dari keluarga dan suami adalah sebuah energi positif yang tidak ada gantinya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top