Sedang Membaca
Beberapa Kesamaan antara NU dan Universitas Al Azhar Kairo
Mukhammad Lutfi
Penulis Kolom

Alumnus Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Beberapa Kesamaan antara NU dan Universitas Al Azhar Kairo

Al Azhar merupakan salah satu lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan dakwah Islam tertua di dunia. Lembaga ini telah banyak berkontribusi dalam membangun peradaban Islam. Lebih dari seribu tahun sejak didirikan pada 361H/975M, Al Azhar selalu berada pada garda terdepan mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran, bukan hanya di Mesir, tetapi juga di seluruh dunia.

Dalam konteks Indonesia ada Nahdlatul Ulama (NU) yang selalu berada pada garda terdepan mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran. Organisasi ini mampu mengakomodir budaya lokal dengan prinsip moderasi pada aqidah, syari’ah maupun tasawuf. Bahkan organisasi ini memiliki cabang di luar negeri untuk misi pengkaderan dan dakwah ‘internasionalisasi moderasi Islam’.

Pada tulisan kali ini saya akan menghadirkan beberapa titik temu dan kemiripan yang saya dapatkan ketika saya bergulat dalam wacana Al Azhar dengan konteks Mesir dan global, serta wacana NU dengan konteks keindonesiaan.

Pertama, Al Azhar dan NU merupakan lembaga keagamaan yang di dalamnya pula memiliki lembaga pendidikan, sosial, serta dakwah Islam yang sama-sama menjadi garda terdepan mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran.

Kedua, Grand Syekh Al Azhar Ahmad At-Thayyib dan Paus Fransiskus, Februari yang lalu menandatangani deklarasi persaudaraan manusia dalam Human Fraternity Meeting di Abu Dhabi. Sementara itu NU melalui KH. Achmad Siddiq (1926-1991) pada Munas NU 1983 merancang konsep persaudaraan (ukhuwah) yang kemudian ranncangan itu dibawa ke perhelatan Muktamar ke-27 NU di Situbondo, pada 1984. Konsep persaudaraan (ukhuwah) itu adalah persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah islamiyah), persaudaraan sebangsa (ukhuwah wathaniyah), persaudaraan antar manusia (ukhuwah basyariyah/insaniyah). Konsep itu masih langgeng dan terjaga hinnga saat ini.

Baca juga:  Ulama Adil dan Ulama Fasik

Ketiga, Grand Syekh Al Azhar Ahmad At-Thayyib beberapa kali juga menghimbau bahwa umat muslim Mesir bertanggung jawab menjaga tempat ibadah umat nasrani dan yahudi. Himbauan ini bisa diakses di youtube dengan kata kunci sebagai berikut;

شيخ الأزهر: الإسلام يضمن شرعا حماية الكنائس المسيحية والمعابد اليهودية

Sementara itu di Indonesia, NU melaui Banser-nya sudah lama melakukan penjagaan tempat-tempat ibadah umat agama lain sebagaimana halnya sejalan dengan yang dihimbaukan oleh Grand Syekh Al Azhar Ahmad At-Thayyib.

Terakhir, jika NU memiliki mars yang berisi kecintaan terhadap tanah air, mars yalalwathan –juga disebut mars Syubbanul wathan, karya KH. Wahab Chasbullah. Maka di Mesir tempat Al Azhar berada pun memiliki lagu tentang kecintaan terhadap tanah air, yaitu lagu ala baladi al mahbub wadini على بلد المحبوب وديني)) yang diciptakan oleh Ahmad Rami dan didendangkan oleh Umi Kalsum.

Untuk informasi, lagu ala baladi al mahbub wadini ini juga pernah di cover oleh grup kasidah Nasida Ria Semarang, tentunya dengan disesuaikan dengan irama khas indonesia ala-ala dangdut melayu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top