Sedang Membaca
Pertanu, Laku Selawat Lewat Tari

Pelajar di Islamic Home Schooling Fatanugraha Wonosobo, sedang mengaji Tari Topeng Lengger yang ada di Wonosobo.

Pertanu, Laku Selawat Lewat Tari

Sebagai kesenian tradisional yang sudah melekat menjadi bagian hidup masyarakat lereng pegunungan Dieng, “Pertanu” adalah sebuah dari hasil aksi gerak tingkah laku alamiah sebagaimana layaknya masyarakat desa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.

Lewat Pertanu ini masyarakat dusun Kalilawang mengkespresikan gerakan sehari-hari ketika bertugas di sawah, dengan gerakan yang sederhana penuh makna dibalut dengan irama yang serasi tempo dan gerakan yang penuh pesan yang disampaikan, tak lupa lantunan sholawat senantiasa mengiringi menyebarkan kedamaian, keselamatan disetiap laku.

Selawat menjadi sebuah pegangan dan perantara akan kerinduan dan tresna kepada kekasih-Nya Kanjeng Nabi Muhammad saw dari hal apapun, ketika ingin bepergian keluar rumah pun tak lupa mendengungkan selawat bahkan hal sekecil apapun tak akan jauh dari perilaku orang-orang terdahulu dalam laku hidup sebagai wujud rasa cinta segi tiga antara Allah, Kanjeng Nabi, dan seorang hamba dalam arti dalam bebrayan urip.

Selain itu sholawat pun dapat dipahami bahwa sholawat juga sebuah proses menjadi manusia yang “me-Muhammad”, dalam arti bahwa Kanjeng Nabi Muhammad adalah manusia biasa, namun dia adalah permata atau yakut diantara batu-batu lainnya. Muhammadun basyarun lakal basyar bal huwa kal yakut. Hal ini menjadikan sebagai pelecut semangat untuk bisa menempa diri menjadi manusia Muhammad, berusaha “me-Muhammad-kan” diri.

Baca juga:  Kopi Hitam dan Islam Indonesia

Dalam hal pertanian pun sama selawat tak lepas pada ritual menanam dimulai dengan doa-doa sebagai uluk salam saling mengasihi kepada alam tentu ada doanya. Tradisi membaca selawatan dan membaca Barzanji pada malam Jumat sudah menjadi kebiasaan sejak zaman dulu, zaman leluhur. Bahkan dalam membaca Barzanji itu pun menandakan kelas sosial dalam masyarakat itu sendiri. ritual tradisi membaca selawatan pun tidak hanya pada syukuran maupun maulidan saja. Diawali ketika akan memulai bercocok tanam, membajak sawah dan sampai pada waktu panen tiba.

Pada masa panen pun juga sama halnya, misal di daerah Pinrang, Sulawesi Selatan ketika masuk tanaman sudah layak panen dalam prosesinya pun tak lupa selawat nabi bergema, selawat di Barzanji dilantunkan bersahutan dengan kicauan burung-burung sawah. Sebuah pemandangan menarik dan tentunya nuansa khusyuk pun merasuk.

Tari merupakan bagian dari kesenian yang mempunyai peran penting sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Seni tari merupakan seni yang menggunakan media gerak dari tubuh manusia yang diperindah sebagai simbol yang mengandung makna tertentu. Secara umum fungsi seni tari itu sendiri adalah sebagai sarana upacara, hiburan, media pergaulan, penyaluran terapi media pendidikan, pertunjukkan, dlsb.

Dari fungsi tari dapat dibagi menjadi tiga yaitu, Tari Upacara, Tari Pergaulan, dan Tari Tontonan. Tari Upacara misalnya sebuah tari yang di fungsikan dan memiliki peran penting dalam kehidupan di masyarakat untuk upacara keagamaan maupun upacara penting lainnya. Unsur estetika tari pun kurang diperhatikan sifatnya magis dan sakral juga sudah menjadi turun temurun di masyarakat.

Baca juga:  Nyadran Jelang Ramadan, Bukan Kemusyrikan

Lanjut dengan Tari Pergaulan, Tari yang berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa gembira atau pergaulan, biasanya pergaulan antara pria dan wanita. Yang menjadi perhatian utama dalam tari ini adalah kepuasan dari penari.

Tari tontonan merupakan tari yang garapannya khusus untuk dipertunjukkan dan mengandung pesan-pesan yang berguna dalam kehidupan masyarakat.

Sebagaimana yang kita sering dengar dalam unsur unsur dalam seni tari seperti Wiraga, Wirama, Wirasa. Wiraga yang diartikan sebagai gerak, gerak merupakan unsur paling pokok dalam seni tari, yang meliputi gerak tubuh dari kaki sampai kepala, gerak yang ditata untuk disesuaikan dengan karakter tokoh yang dibawakan penari.

Wirama atau irama dalam seni tari, irama membantu penari mengatur gerak dan menguatkan gerak. Irama biasanya dibentuk oleh alat musik dan irama yang disusun harus disesuaikan dengan karakter tokoh yang dibawakan oleh penari.

Wirasa, atau dapat disebut dengan perasaan. Gerak dalam sebuah tarian harus dapat menjelaskan ekspresi perasaan, seperti marah, sedih, gembira, menyesuaikan karakter tokoh yang dibawakan dan mengolah perasaan ini perlu dibangun dari hati yang dalam, bahkan ibarat dengan sebuah ritus Hangruwat dengan sebuah pagelaran seni tari Wayang Bundengan misalnya, seorang dalang yang dipilih tidak sembarang, seorang dalang yang telah menep hati dan perilakunya yang menjadi sebuah syarat “mendalang”.

Baca juga:  Islam di Banjar (3): Rukun Islam, Mitos, dan Hal Tidak Penting Bercampur Jadi Satu dalam Perjalanan Haji

Jika diklasifikasikan pada tulisan di atas sebenarnya pada Tari Pertanu yang kembali eksis masuk dalam fungsi tari upacara, yang di dalamnya memuat sebuah drama, dari adegan per adengan menimbulkan kesinambungan per babak.

Sedikit berbeda dengan tari topeng lengger yang menampilkan per babak sesuai karakter tokoh yang diekspresikan dengan topeng. Entah memang sebenarnya lakon yang dibawakan saling berkaitan atau memang sengaja ditampilkan per babak, per adegan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top