Sedang Membaca
Ketika Maulid Burdah Berbicara Hawa Nafsu
Mohammad-Nasif
Penulis Kolom

Alumni Pesantren Liroboyo, Kediri

Ketika Maulid Burdah Berbicara Hawa Nafsu

Maulid Burdah, kitab maulid yang cukup sering dibaca di Indonesia. Bait-baitnya banyak menyisipkan ajaran tasawuf. Sang penulis, Imam al-Bushiri menguraikan ajaran penyucian hati dari sifat-sifat tercela dengan bahasa indah. Yaitu dengan perumpamaan-perumpamaan yang lebih mengena dalam pemahaman pembacanya dari sekadar teori.

Salah satu perumpamaan yang diuraikan ialah perumpamaan hawa nafsu; musuh terbesar manusia yang bersemayam dalam dirinya sendiri. Dalam bait ke 17-19 Burdah, perumpamaan itu dijelaskan bersama nasihat untuk menjahuinya.

فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِي كَسْرَ شَهْوَتِهَا # إِنَّ الطَّعَامَ يُقَوِّي شَهْوَةَ النَّهِمِ

Janganlah berusaha menjinakkan nafsu dengan cara menuruti permintaannya, sesungguhnya memakan sesuatu justru menguatkan nafsu (keinginan) makan sebanyak-banyaknya

Dalam bait ini, al-Bushiri menjelaskan salah satu karakter nafsu. Saat hawa nafsu dimanja dengan membiarkannya melakukan hal buruk, justru keinginan untuk melakukan hal buruk tidak akan reda dan semakin besar. Seperti keinginan untuk memasukkan sesuatu ke perut (makan), pada dasarnya tidak akan benar-benar terpuaskan dengan sekali dua kali makan. Saat perut sudah kenyang, ia masih ingin untuk mencoba makanan lainnya. Begitu seterusnya. Andai kita mau menahannya, tentu tidak akan ada habisnya.

وَالنَّفْسُ كَالطِّفْلِ إنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى # حُبِّ الرَّضَاعِ وإنْ تُفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ

Nafsu ibarat anak kecil yang bila engkau biarkan terus menyusu, akan semakin besar keinginannya untuk menyusu. Bila engkau menyapihnya, ia akan berhenti.

Dalam bait ini, al-Bushiri selanjutnya menjelaskan bahwa nafsu ibarat anak kecil yang terus ingin menyusu. Tidak ada jalan lain untuk menundukkan nafsu kecuali dengan mulai belajar untuk tidak selalu menuruti keinginannya, sebelum kemudian sama sekali tidak melaksanakan prilaku buruk yang diinginkannya.

Baca juga:  Wiridan Konsolidasi dan Ngaji Kontekstual ala Pesantren Sekarang

Menjinakkan nafsu pun tidak bisa serta-merta langsung berhasil. Tapi sedikit demi sedikit walaupun memakan waktu yang lama. Dimulai dengan melakukan sesuatu secukupnya, sampai membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati yang terkadang tidak disadari.

فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ # إِنَّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصْمِ أَوْ يَصِمِ

Jangan pedulikan keinginan hawa nafsu dan jangan sampai engkau memberinya kebebasan. Sesungguhnya hawa nafsu bila berkuasa ia bisa membunuh atau memberimu kesulitan.

Selanjutnya, al-Bushiri menjelaskan bahwa jalan untuk menjinakkan nafsu adalah dengan tidak mempedulikan hal-hal buruk yang diinginkannya. Lalu bagaimana kita tahu bahwa apa yang diinginkannya hal buruk? Tentunya dengan ilmu. Dengan mempelajari apa yang diperintahkan dan yang dilarang dalam Islam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
4
Terhibur
1
Terinspirasi
5
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top