Sedang Membaca
Rumus Bahagia Dunia Akhirat ala Gus Baha’: Harus Optimis!
Muhammad Khozin
Penulis Kolom

Alumni S1 Hukum Keluarga Islam UIN Walisongo Semarang, sekarang sedang bekerja sebagai asisten di Perpustakaan.

Rumus Bahagia Dunia Akhirat ala Gus Baha’: Harus Optimis!

Gus Baha

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi optimisme adalah paham atau keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan; sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Pengertian optimisme ini akan sesuai dengan apa yang kita dapat dari Gus Baha’ dalam banyak ceramahnya. Gus Baha’ selalu menampilkan laku optimisme tingkat tinggi. Dengan enteng dan riang Gus Baha’ mengatakan hal yang berkaitan dengan optimisme yang banyak terlupakan.

Misalnya optimis terhadap ibadah yang kita jalankan pasti akan diterima oleh Allah, Gus Baha’ dengan ringan dan yakin bahwa sebagai hamba kita harus mantap salat kita diterima oleh Allah, karena ibadah kita di hadapan Allah Dzat yang Maha segalanya itu bukan apa-apa, adalah persoalan remeh dan enteng bagi Allah Swt untuk menerima ibadah hamba-Nya apalagi jika sudah berusaha meniatkannya untuk meraih ridho-Nya semata. Berdasarkan ungkapan Gus Baha’ tersebut, jadi yang perlu dicemaskan adalah ibadah yang orientasinya duniawi, misalnya riya’ kepada manusia.

Satu contoh lagi optimisme yang pernah dijelaskan Gus Baha’ adalah optimis masuk surga. Dikelilingi ramainya kegelisahan spiritual yang disebabkan oleh ceramah-ceramah pesimisme tentang surga-neraka, Gus Baha’ dengan santuy mengatakan bahwa orang mukmin pasti masuk surga. Dengan dasar yang klasik: “barang siapa mengucapkan tiada Tuhan selain Allah maka masuk surga”, “kunci surga adalah mengucap tiada Tuhan selain Allah.” Semudah itu menurut Gus Baha’. Argumen ringan dan simpel tentang optimis masuk surga oleh Gus Baha’ dilengkapi penjelasan bahwa sesungguhnya amal dan ibadah kita tidak akan cukup untuk masuk surga, tapi fadhilah Allah itu luas. Jadi pada akhirnya kita hanya harus optimis kepada fadhilah dan rahmat Allah yang luas.

Baca juga:  Saat Gus Baha Didatangi Kiai yang Jamaahnya Berkurang

Mazhab optimis Gus Baha’ juga bisa dilihat dari gaya dan bahasa tubuhnya saat menyampaikan ceramah. Gus Baha’ selalu ceria, gembira dan tak segan tertawa terbahak-bahak bersama audien. Antara optimisme yang disampaikan dengan gestur pembawaanya yang seirama, sebab itulah ceramah Gus Baha’ merasuk dan hanyut mudah diterima. Audien diajak berfikir dan merenung sambil gembira tertawa ria.

Dengan keilmuan yang mapan, tentu Gus Baha’ memilih mazhab optimis ini bukan dengan tidak beralasan. Ciri seorang yang optimis menurut Gua Baha’ adalah ia selalu ceria, menampakkan kebahagiaan dan tertawa. Pada banyak kesempatan Gus Baha’ mengutip sebuah riwayat hadis dalam Ihya’ yang berbunyi “termasuk umat-umat pilihan Allah itu umat yang tertawa dengan keras saking yakinnya dengan luasnya Rahmat Allah.” Meskipun sedang bersedih hati dan remuk redam rasanya, kita harus selalu optimis dan memperlihatkan keceriaan kita. Menurut Gus Baha’ tidak ceria/bahagia itu sebuah persoalan, jika kita tidak ceria itu seharusnya kita malu pada Allah karena seperti tidak ridho dengan ketentuan Allah.

Salah satu cara mengekspresikan keceriaan dalam kamus Gus Baha’ adalah dengan guyon. Oleh karena itu ceria dengan berkelakar atau guyon menurut Gus Baha’ itu penting, seorang yang sedang memiliki masalah namun masih bisa guyonan itu mahal nilainya. Gus Baha’ sering menjelaskan bahwa

Baca juga:  Perbedaan NU dan Muhammadiyah, Gus Baha Bilang Gak Perlu Ikut Mekkah

guyon bahkan bisa menjadi ibadah jika menggunakan ilmu, karena kebahagiaan sejati bisa diperoleh dengan ilmu. Gus Baha’ juga sering mengutip ayat dalam al-Qur’an Surat Yunus ayat 58 berbunyi: “Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” Ayat ini yang digunakan dasar Gus Baha’ menyeru agar manusia senantiasa ceria karena optimis terhadap rahmat Allah.

Rumus optimis Gus Baha’ ternyata memang sangat berpengaruh dalam keseharian. Menampakkan keceriaan dan senyuman kepada sesama adalah aktivitas menransfer energi positif dengan orang lain, selain itu terhadap diri sendiri kita bisa melatih syukur dan tawakal.

Akan tetapi penjelasan Gus Baha’ tidak berhenti di permukaan bergembira ria, setelah kita bisa berbagi keceriaaan, kebahagiaan, guyonan dan optimisme dihadapan manusia karena percaya rahmat Tuhan itu luas, dibalik itu semua kita perlu selalu mengoreksi diri, memohon ampun, menangis seorang diri di sepertiga malam dihadapan Tuhan karena dosa-dosa yang kita perbuat dan takut dengan azabnya yang amat pedih.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
3
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top