Apa tak ada manusia yang doanya manjur untuk menghentikan wabah Corona?
Ada seorang santri lulusan sebuah pesantren yang tiba-tiba menampakkan batang hidungnya dengan maksud meminta ijazah tolak balak ke kiainya. Di hadapan kiai yang telah menempanya itu, sang santri bertanya: Kiai, apa tidak ada wali yang doanya manjur mengusir wabah Corona?
Sang kiai tersenyum sambil menarik napas, sebelum kemudian menjawab pertanyaan santrinya tersebut.
Menurut kiai, dulu dii jaman Rasulullah Saw juga ada yang mempertanyakan hal serupa. Tentu saja bukan Corona, melainkan lalat (dhubab atau ba’udhah) yang dipandang menjijikkan dan dapat menyebarkan penyakit.
Waktu itu kota Madinah sedang masuk musim buah kurma. Panen buah kurma yang melimpah berdampak pada berkembang biaknya lalat. Hewan kecil bersayap itu beterbangan di mana-mana. Hinggap ke makanan dan minunan, bahkan ke bibir orang-orang yang sedang menyantap makanan.
Terkecuali Rasulullah Saw sosok istimewa yang tubuhnya bersih dan wangi, hingga lalat pun sungkan untuk mendekat ke jasmani beliau.
Kejadian itu menyebabkan orang-orang Madinah, baik yang muslim maupun non muslim, merasa terganggu. Kepada umat Islam, Rasulullah menasehati: “jika lalat hinggap di air minum kalian maka celupkan sebab salah satu sayap lalat merupakan penawar racun yang timbul dari sayapnya yang lain.”
Umat Islam mampu menerima anjuran Rasulullah itu. Anjuran ini kalau diqiyaskan seperti donor plasma darah antara pasien yang sudah sembuh kepada pasien positif Corona. Namun demikian, ada sebagian orang Yahudi di Madinah yang tak terima.
Mereka bahkan mempertanyakan: Untuk apa sich, wahai Muhammad! Tuhanmu menciptakan makhluk yang tidak mengenakkan ini!? Demikian orang-orang Yahudi mengeluh dan mempermasalahkan di hadapan Nabi Muhammad.
Atas dasar peristiwa inilah, Allah Swt lalu menurunkan ayat 26 Qs. Al-Baqarah: “Sesungguhnya Allah tidak akan merasa risih untuk menciptakan lalat dan microba lainnya”. Adapun orang beriman maka mereka meyakini semua ini merupakan hak priogratif Tuhan. Adapun orang kafir menanggapinya: untuk apa sich, ada makhluk microba ini! (Adanya makhluk ini) akan menyesatkan banyak orang dan ada kalanya menunjukkan kebenaran kepada banyak orang.”
Dengan maksud lain, Allah Swt sampai kapanpun tidak segan untuk menciptakan makhluk kecil seperti lalat dan jenis microba lainnya untuk menguji umat manusia. Jadi, wabah Corona tujuannya bukan untuk mempertandingkan doa siapa yang manjur?, tetapi untuk menguji, siapa yang yakin kebesaran Allah dan yang mengingkarinya?
Demikian kiai itu menjelaskan dan menjawab pertanyaan santri itu. Kiai itu lalu berkomentar: “Mungkin yang kamu maksud doa apa agar dapat selamat dari wabah? bukan menyingkirkan wabah!”
Kalau itu maksudnya, perbanyaklah bershalawat! Mudah-mudahan berkat kecintaan kita bershalawat kepada Nabi Muhammad, kita akan dipelihara sebagaimana beliau yang tak pernah dihinggapi makhluk kecil pembawa penyakit seperti lalat dan microba lainnya, termasuk virus Corona.
Orang yang rajin bershalawat hidupnya seperti tanaman yang tak akan dimakan wereng serangga.