Sedang Membaca
Tafsir Surah al-Fatihah (12) : Jalan yang Ditempuh Para Nabi
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Tafsir Surah al-Fatihah (12) : Jalan yang Ditempuh Para Nabi

Thalhah Alfayyad

Sebuah perjalanan pasti memiliki tujuan. Ketika kita misalnya diajak sanak saudara ke sebuah tempat pasti kita bertanya kemana kita akan berjalan dan bersama siapa kita akan kesana. Begitu juga dengan surah al-Fatihah, ketika surah al-Fatihah mengatakan “Tunjukilah Kami jalan yang lurus” maka sang hamba pun bertanya-tanya “Bagaimanakah bentuk jalan yang lurus yang diridhoi Allah? Dan siapakah yang akan aku ikuti untuk mencapai jalan yang lurus?”

Akhirnya, surah al-Fatihah memberikan jawaban dalam ayat terakhir:

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”

Dalam ayat ini, surah al-Fatihah memberikan jaminan bahwa jalan yang lurus adalah jalan yang dilalui oleh orang-orang yang taat beribadah kepada Allah. Selain itu, jalan yang lurus tidaklah dilalui oleh mereka yang dimurkai Allah bukan juga dilalui oleh mereka yang tersesat. Hal ini berdasarkan penafsiran shahabat Ibnu Abbas:

“Diriwayatkan dari ad-Dhahhak dari shahabat Ibnu Abbas, beliau berkata dari “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya” adalah jalan yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka dengan ketaatan dan ibadah mereka kepada-Mu dari golongan malaikat, para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh, mereka semua adalah orang-orang yang taat beribadah kepada-Mu.” (Tafsir Jami’ al-Bayan karya Ibnu Jarir ath-Thabari hal. 177 vol. 1 karya cetakan Dar Hijra Kairo tahun 2001).

Baca juga:  Membaca Ayat-Ayat Misoginis: Tafsir Klasik dan Modern

Tentunya, mengikuti jejak langkah jalan para nabi dan orang-orang yang saleh pasti akan mengantarkan kita kepada tempat tujuan mereka yaitu surganya Allah. Dan kelak kita akan dikumpulkan bersama para kekasih Allah di surga-Nya. Inilah jaminan yang diberikan kepada kita bila mau taat beribadah mengikuti jalan mereka. Sebagaimana dalam al-Qur’an:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman-teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. An-Nisa ayat 69).

Nikmat Allah yang diberikan kepada kita sebagai seorang muslim di dunia saja tak dapat kita hitung. Lantas, bagaimana dengan nikmat akhirat yang diberikan kepada para nabi dan rosul yang kita ikuti jejaknya? Dan  tentunya akan diberikan juga kepada kita kelak.

Redaksi “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya” menunjukkan bahwa dakwah yang dibawa oleh para nabi dan rasul Allah adalah sama yaitu ajaran mengajak manusia menuju surga Allah. Akan tetapi, ada sebagian dari umat mereka menolak ajaran yang benar dan ini ditunjukkan dengan redaksi “bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Baca juga:  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 268: Takut Miskin Sahabatnya Setan

Redaksi “bukan (jalan) mereka yang dimurkai” maksudnya adalah bukan jejak langkah orang-orang yang diberikan petunjuk oleh Allah kemudian durhaka kepada Allah serta menentang syariat Allah. Kemurkaan yang Allah berikan kepada mereka yang durhaka berbentuk siksa di dunia dan akhirat. Redaksi  ini ditunjukkan kepada orang-orang yahudi karena mereka telah durhaka kepada Allah, menentang syariat Allah, dan membunuh para nabi dan rasul Allah. Sebagaimana dalam al-Qur’an:

مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ

“Mereka (orang-orang yahudi) adalah orang yag dilaknat dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah taghut…” (Qs. Al-Ma’idah ayat 60).

Redaksi “bukan (jalan) mereka yang dimurkai” menunjukkan bahwa mereka dijauhkan dari nikmat Allah serta di dekatkan dengan siksa Allah. Oleh karena itu, ditempatkan lebih awal sebagai perbandingan hasil yang didapatkan diantara golongan yang taat kepada Allah dan golongan yang durhaka kepada-Nya.

Redaksi “…Dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” maksudnya adalah bukan jejak langkah orang-orang diberikan petunjuk oleh Allah kemudian mereka berpaling dan tersesat dari petunjuk Allah. Redaksi ini ditunjukkan kepada orang-orang nasrani karena mereka telah menyimpang dari ajaran nabi Isa dan memilih ajaran yang sesat menyesatkan. Oleh karena itu, golongan seperti mereka akan membawa dosa mereka dan dosa orang-orang yang mereka sesatkan kelak di hari kiamat. Sebagaimana dalam al-Qur’an:

Baca juga:  Duka Al-Razi di Ujung Surat Yunus

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (25)

“(perbuatan mereka) menyebabkan mereka pada hari kiamat memikul dosa-dosanya sendiri secara sempurna, dan sebagian dosa orang-orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, alangkah buruknya (dosa) yang mereka pikul itu.” (Qs. An-Nahl ayat 25).

Seluruh penafsiran ini berdasarkan hadis:

قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ الْمَغْضُوبَ عَلَيْهِمُ الْيَهُودُ وَإِنَّ الضَّالِّينَ النَّصَارَى

Rasulullah bersabda: “Mereka yang dimurkai Allah adalah orang-orang yahudi, dan mereka yang sesat adalah orang-orang nasrani.” (HR.Ahmad).

Dalam ayat ini, kita diajarkan untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah agar kita dijauhkan dari murka-Nya. Begitu juga, kita harus mengikuti tatacara yang benar dalam mengikuti perintah Allah agar dijauhkan dari kesesatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top