Sedang Membaca
Abu Ubaidah bin al-Jarrah: Sahabat Penuh Integritas    

Nahdliyin, menamatkan pendidikan fikih-usul fikih di Ma'had Aly Situbondo. Sekarang mengajar di Ma'had Aly Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Menulis Sekadarnya, semampunya.

Abu Ubaidah bin al-Jarrah: Sahabat Penuh Integritas    

Husein fahasbu

Wajahnya ganteng dan penuh keindahan, tubuhnya kurus tinggi, jika dilihat memunculkan ketenangan, jika bertemu tenang rasa dalam hati. Lebih dari itu ia memiliki perangai yang lembut, amat rendah hati dan begitu pemalu. Namun ketika kondisi genting ia bergerak begitu lincah seperti lincahnya macan bergerak. Itulah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.

Abdullah ibn Umar, salah seorang intelektual muda dari kalangan sahabat berkomentar atas dirinya. Ia mengatakan, “Ada tiga orang Quraish wajahnya paling cerah, akhlaknya begitu sempurna dan rasa malunya tinggi. Jika mereka berkata kepada kalian, mereka tak membohongi kalian. Jika kalian berkata kepada mereka, mereka akan mempercayai. Mereka adalah Abu Bakar al-Shiddiq, Usman bn Affan dan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah.”

Rasulullah Saw memuji Abu Ubaidah sebagai orang kepercayaan umat Islam. Ia penuh integritas. Pujian itu muncul setelah nabi tahu sendiri bagaimana integritasnya.

Al-kisah, suatu waktu ada rombongan orang Nasrani menemui nabi. Usut punya usut mereka sedang menghadapi sengkata dalam lingkungan internal. Mereka menemui nabi sembari meminta nabi mendelegasikan salah seorang sahabatnya untuk menyelesaikan persengkataan di antara mereka.

“Baik. Besok datang lagi aku akan tunjukkan salah seorang sahabat terbaikku yang memiliki integritas dan kapabilitas untuk menyelesaikan sengketa kalian,” ujar Rasulullah.

Baca juga:  Sepotong Puisi Faruq Juwaidah atas Konflik Palestina-Israel

Mendengar hal itu, Umar bin Khattab bersiap-siap. Ia berharap dirinyalah yang ditunjuk untuk menjadi pelerai pertengkaran. Ia kemudian pergi ke mesjid tidak seperti biasanya. Selepas salat zuhur. Rasulullah melirik kanan kiri. Beberapa kali beliau melihat Umar tetapi kemudian dilalui begitu saja. Tiba-tiba pandangan terhenti pada sosok Abu Ubaidah. Kamudian beliau bersabda:

“Kamu pergi menemui kelompok Nasrani itu dan putuskanlah pertentangan di antara mereka!”

Abu Ubaidah tidak hanya dikenal sebagai sosok yang terpercaya (al-Amin) tetapi ia juga dikenal memiliki kapabilitas (al-Quwwah). Perpaduan antara integritas dan kapabilitas ini menjadikannya beberapa kali diminta memimpin pelbagai acara dan kesempatan.

Misalnya ketika rasulullah mengutus beberapa kaum muslimin menemui kafilah Quraish. Sosok yang ditunjuk menjadi pemimpin delegasi adalah Abu Ubaidah. Bekal yang diberikan adalah satu kantong kurma. Tidak ada bekal lain selain itu.  Di tangan Abu Ubaidah, bekal itu cukup bagi kaum muslimin.

Ketika perang Uhud bergejolak dan kondisi kaum muslimin terdesak, bahkan posisi rasulullah Saw. dalam bahaya, Abu Ubaidah adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang mengelilingi nabi untuk menangkis panah dan tombak musuh.

Perang Uhud begitu menghabiskan banyak energi. Setelah usai, kondisi kaum muslimin begitu lemas. Hamzah bin Abdul Muttahlib terbunuh dengan sadis, rasulullah mengalami cidera fisik.  Gigi beliau retak, rusuknya luka dan pipi beliau tertusuk dua cincin yang merupakan hiasan baju besi. Kemudian Abu Bakar hendak mencabut dua tusukan itu. Abu Ubaidah meminta kepad Abu Bakar agar dirinya saja yang mencabut. Abu Bakar pun mempersilahkan.

Baca juga:  Ulama Banjar (64): KH. M. Hasyim Mochtar El-Husaini

Abu Ubaidah sadar jika ia mencabut dengan tangan khawatir rasulullah akan merasakan sakit. Ia kemudian berinisiatif untuk mencabut dua tusukan yang menempel itu dengan gigi depannya. Ia kemudian mencabut dengan giginya dan kedua giginya pun copot demi membantu rasulullah.

Pasca nabi wafat belum jenazahnya dikebumikan terjadi perpecahan ihwal siapa yang akan menggantikan nabi. Hampir terjadi perpecahan. Umar kemudian  meminta Abu Ubaidah membentangkan tangan untuk membaiat dirinya sebagai khalifah. Dasarnya Umar jelas bahwa nabi pernah memuji ia sebagai tokoh sahabat yang memiliki integritas. Tetapi dengan tegas ia menolak dan justru membait Abu Bakar. Perpecahan bisa dihindari dan Abu Bakar resmi menjadi Khalifah Rasulullah.

Abu Ubaidah bin al-Jarrah wafat sebab terpapar wabah Thaun yang menimpa Suriah. Ini juga sebagai bukti bahwa meninggal karena wabah itu bukan aib bahkan dalam beberapa keterangan akan mendapatkan kesyahidan.[]

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top