Sedang Membaca
Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 30: Air Sebagai Anugerah Allah
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 30: Air Sebagai Anugerah Allah

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ (30)

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya, dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (Qs. Al-Anbiya’ : 30)

Ayat ini mengingatkan kepada kita semua akan sebuah anugerah besar yang dapat disaksikan oleh mata kepala setiap manusia. Anugerah ini dijadikan pengingat bagi segenap manusia yang belum beriman kepada Allah agar segera masuk ke dalam agama Islam setelah mereka melihat besarnya anugerah Allah satu ini.

Anugerah ini adalah Air yang menjdi sumber bagi seluruh kehidupan di bumi. Lafal رَتْقًا (ratqan) dalam ayat ini bermakna padat dan keras. Sedangkan lafal فَفَتَقْنَاهُمَا (fafataqnahuma) dalam ayat ini bermakna Kami lembutkan/belah langit dan bumi. Hal ini sebagaimana penafsiran menurut Ibnu Abbas bahwa ayat ini bercerita, “Dahulu langit dibuat oleh Allah dengan bentuk yang padat dan keras sehingga tak ada sedikitpun air hujan yang turun darinya. Begitu juga bumi yang dijadikan tandus dan tak ada sedikitpun benih yang tumbuh. Tak ada tanda kehidupan hingga Allah lembutkan langit sehingga keluar darinya air hujan dan Allah belah muka bumi sehingga keluar darinya tumbuh-tumbuhan.”

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi dalam kitab tafsir al-Wasith, makna ayat ini secara keseluruhan adalah, “Wahai orang-orang yang belum beriman, apakah engkau tidak merenungi kebesaran Allah disaat Dia menjadikan langit yang keras dan bumi yang tandus menjadi penuh kesuburan dengan diturunkannya air hujan dari langit dan ditumbuhkannya segenap tumbuhan dari muka bumi, kemudian Dia jadikan dari air seluruh makhluk hidup di muka bumi, hendaknya setelah merenungi anugerah tersebut kalian bersegera untuk beriman kepada Allah.”

Baca juga:  Diaspora Santri (18): Diplomasi Santri Indonesia di Tiongkok

Menurut al-Qurthubi dalam kitab tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Quran, penggalan ayat “dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air,” memiliki tiga makna penafsiran sekaligus. Pertama, Allah menjadikan seluruh makhluknya dari air. Kedua, Allah menjaga kelangsungan hidup seluruh makhluknya dengan air. Ketiga, Allah menjadikan air mani sebagai sumber kelangsungan keturunan segenap makhluk hidup.

Dalam ayat yang lain, Al-Qur’an menjelaskan tingginya derajat air sebagai sumber penciptaan makhluk-Nya. Allah menjadikan singgasana ‘Arsy diatas air. Tentu ini adalah sebuah kemuliaan tersendiri bagi air. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا……(7)

“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya diatas air, agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya….” (Qs. Hud : 7)

Dari air, Allah mengajarkan kita agar bersyukur karena dengan adanya air inilah kita mampu menjalankan roda kehidupan. Dalam ayat yang lain, Allah menegaskan bahwa air segar yang kita minum adalah anugerah yang harus disyukuri. Karena seandainya Allah takdirkan seluruh air di muka bumi berasa asin, niscaya akan hanculah kehidupan manusia di muka bumi. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an:

Baca juga:  Merajut Kebersamaan dan Menghidupkan Toleransi Melalui Tradisi Bakar Batu

أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنزلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزلُونَ (69) لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلا تَشْكُرُونَ (70)

“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamu yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya?. Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?” (Qs. Al-Waqi’ah : 68-70)

Dan nantinya, air adalah sebuah anugerah yang agung bagi orang beriman di taman-taman surga. Dengan adanya air lah, taman-taman surga menjadi sempurna keindahannya. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى…..(15)

“Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa adalah disana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni…..” (Qs. Muhammad : 15)

Walhasil, menjaga air sebagai sumber kehidupan adalah kewajiban kita semua. Sebaliknya, merusak air sebagai sumber kehidupan adalah suatu yang terlarang. Sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan air bersih tentunya usaha penghijauan adalah hal yang sangat penting. Rasulullah Saw menganjurkan kita untuk menanam pohon sebagai warisan bagi kehidupan keturunan kita kelak. Sebagaimana dalam Hadis:

Baca juga:  Karantina: Tafsir Al-A'raaf di Dunia Nyata

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ

Rasulullah Saw bersabda, “Seandainya datang hari kiamat, dan ditangan kalian ada sebuah tangkai pohon, jika ia mampu hendaknya sebelum ia berdiri ia telah menanam tangkai tersebut, maka kerjakanlah” (HR.Ahmad)

Oleh karena itu, demi kelangsungan kehidupan di muka bumi Rasulullah menganjurkan orang-orang beriman untuk menanam tumbuhan sebagai tabungan amal baik bagi mereka agar bumi kita tetap ramah untuk dihuni oleh segenap makhluk hidup. Karena, manfaat yang muncul dari tumbuhan tersebut khususnya buahnya yang kemudian dimakan oleh makhluk Allah ternilai shodaqoh dihadapan Allah. Sebagaimana dalam Hadis:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل منه طير أو إنسان أو بهيمة إلا كان له به صدقة

Rasulullah Saw bersabda “Tidak ada seorang muslim yang menanam tumbuhan atau menabur benih pertanian, kemudian dimakan dari hasilnya oleh burung, manusia ataupun hewan ternak kecuali ia mendapatkan pahala shodaqoh darinya (hasil tanaman dan tumbuhan tersebut)” (HR.Bukhari).

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
4
Terkejut
3
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top