M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Qiraah Sab’ah 2: Kisah Sahabat Nabi Menyikapi Perbedaan Bacaan Al-Qur’an

5a26d075 16bf 44e0 9b2e 06fc691f5066

Dikisahkan suatu ketika Umar bin Khattab mendengarkan Hisyam bin Hakim membaca Al-Qur’an surah al-Furqan. Maka ia pun mendengarkan bacaan Hisyam bin Hakim dengan seksama. Umar bin Khattab kaget bukan kepalang ketika ia mendengar bacaan Al-Qur’an Hisyam bin Hakim berbeda dengan bacaan yang ia dapatkan dari Rasulullah.

Hampir saja Umar bin Khattab menegur Hisyam bin Hakim yang sedang membaca Alquran di dalam salatnya. Namun Umar bin Khattab dengan sabar menunggu Hisyam bin Hakim selesai melakukan salat. Kemudian, Umar bin Khattab menarik sorban Hisyam bin Hakim seraya berkata, “Siapa yang mengajarkanmu bacaan Al-Qur’an yang kudengarkan tadi ?”

Hisyam bin Hakim menjawab, “Aku mendapatkan bacaan Al-Qur’an dari Rasulullah.”

“Engkau berbohong, sungguh Rasulullah membacakan kepadaku dengan bacaan yang berbeda dengan bacaanmu tadi.”

Umar bin Khattab pun menyeret Hisyam bin Hakim untuk menemui Rasulullah Saw. Umar bin Khattab ingin mengadukan kepada Rasulullah terkait perbedaan bacaan Al-Qur’an di antara mereka.

“Duhai Rasulullah, sungguh Hisyam bin Hakim membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang tidak pernah engkau ajarkan kepadaku.” ujar Umar bin Khattab.

Rasulullah menjawab, “Lepaskanlah ia,” kemudian Rasulullah menoleh kepada Hisyam bin Hakim, “Wahai Hisyam, bacalah Alquran!”

Maka, Hisyam bin Hakim membacakan kepada Rasulullah bacaan Alquran yang tadi didengar oleh Umar bin Khattab.

Setelah Hisyam bin Hakim selesai membaca Al-Qur’an, Rasulullah tersenyum seraya mengatakan, “Seperti itulah Al-Qur’an diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah Al-Qur’an dengan apa yang paling mudah bagi kalian.”

Perdebatan para shahabat atas bacaan Al-Qur’an juga dialami oleh Ubay bin Ka’ab, salah seorang sahabat yang paling indah bacaan Al-Qur’annya. Rasulullah pernah bersabda, “Bacaan paling baik di antara kalian semua adalah bacaan Ubay bin Ka’ab.”

Baca juga:  Ketika Bilal Dikritik Saat Adzan

Dikisahkan, suatu ketika Ubay bin Ka’ab masuk sebuah masjid. Ketika tengah duduk di dalamnya, ia mendengar seorang laki-laki membaca Al-Qur’an. Ubay bin Ka’ab terheran-heran ketika laki-laki tersebut membaca Al-Qur’an. Ubay bin Ka’ab menanyakan, “Siapa yang mengajarkan Al-Qur’an kepadamu?”

Laki-laki tersebut menjawab, “Rasulullah lah yang mengajarkan Al-Qur’an kepadaku”

Belum selesai rasa herannya, ia mendengar seorang laki-laki lain sedang salat dan membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang lebih berbeda lagi. Setelah laki-laki tersebut selesai salat Ubay bin Ka’ab menanyakan, “Siapa yang mengajarkan Al-Qur’an kepadamu?”

Laki-laki tersebut menjawab, “Rasulullah lah yang mengajarkan Al-Qur’an kepadaku.”

Semakin gusar lah hati Ubay bin Ka’ab. Ia merasakan keraguan begitu mendalam melihat bacaannya dan bacaan kedua orang yang ditemuinya berbeda satu sama lain. Terselip di hatinya pertanyaan mengapa Al-Qur’an yang diajarkan Rasulullah berbeda-beda.

Ubay bin Ka’ab dengan penuh keraguan membawa kedua orang yang baru ditemuinya ini menghadap kepada Rasulullah. Ubay bin Ka’ab bermaksud untuk mengadukan bacaan keduanya kepada Rasulullah.

“Duhai Kanjeng Rasulullah, mintalah kedua orang ini membaca Al-Qur’an di hadapanmu.” pinta Ubay bin Ka’ab.

Maka Rasulullah pun meminta salah satu dari keduanya untuk membaca Al-Qur’an.

Setelah salah satu di antara mereka selesai membaca Al-Qur’an. Rasulullah dengan tersenyum mengatakan, “Bagus sekali bacaan Al-Qur’anmu.”

Kemudian, Rasulullah meminta laki-laki lainnya untuk membaca Al-Qur’an.

Baca juga:  Meneladani Ajip Rosidi: Bisa Sukses Tanpa Kuliah dan Jadi Sastrawan Besar

Setelah laki-laki yang kedua membaca Al-Qur’an, Rasulullah dengan tersenyum mengatakan, “Bagus sekali bacaan Al-Qur’anmu.”

Hati Ubay bin Ka’ab pun semakin gusar dan ragu. Terbersit di hatinya pertanyaan mengapa Rasulullah membenarkan bacaan dua orang laki-laki ini. Jelas-jelas keduanya berbeda bacaan Al-Qur’an satu sama lain.

Melihat Ubay bin Ka’ab yang penuh dengan keraguan Rasulullah pun menepuk dada Ubay bin Ka’ab.

“Aku memintakan perlidungan kepada Allah atasmu dari segala keraguan wahai Ubay,” bisik Rasulullah.

Kemudian Rasulullah menceritakan kepada Ubay bin Ka’ab.

Sungguh malaikat Jibril telah datang kepadaku. Ia mengatakan kepadaku “Duhai Rasulullah, sungguh Tuhanmu memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf.”

Aku pun meminta, “Ya Allah, berilah keringanan kepada umatku.”

Tak lama kemudian malaikat Jibril kembali lagi seraya mengatakan kepadaku “Duhai Rasulullah, sungguh Tuhanmu memerintahkan kepadamu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan dua huruf.”

Aku pun meminta, “Ya Allah, berilah keringanan untuk umatku.”

Tak lama kemudian malaikat Jibril kembali lagi seraya mengatakan kepadaku “Duhai Rasulullah, sungguh Tuhanmu memerintahkan kepadamu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf.”

Rasulullah bersabda, “Sungguh Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf maka bacalah dengan apa yang mudah bagi kalian”

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat mengenai definisi tujuh huruf yang disebutkan dalam banyak hadis. Bahkan perbedaan pendapat itu bila kita hitung secara keseluruhan terdapat 40 pendapat.

Tetapi pendapat yang paling kuat, maksud dari tujuh huruf adalah tujuh cabang bahasa dari bahasa arab. Ketujuh cabang bahasa disini adalah bahasa arab suku Quraisy, bahasa arab suku Hudzail, bahasa arab suku Tsaqif, bahasa arab suku Hawazin, bahasa arab suku Kinanah, bahasa arab suku Tamim, bahasa arab suku Yaman.

Baca juga:  Manuskrip Tafsir al-Jalalain dari Cirebon Ini Dinilai sebagai Manuskrip Pegon Tertua di Jawa Barat

Pendapat ini diikuti oleh al-Baihaqi dalam kitab “Asy-Syu’b”, Ibnu Athiyyah dalam kitab “at-Tafsir”, az-Zarkasyi dalam kitab “al-Burhan”, as-Suyuthi dalam kitab “al-Itqan”.

Dalam perkembangannya, cara baca Al-Qur’an yang bersumber dari bacaan Rasulullah terwakili oleh tujuh qiraah atau yang lebih dikenal dengan qiraah sab’ah. Tujuh qiraah ini dibukukan pertama kali di abad ketiga oleh Ibnu Mujahid dalam kitabnya yang berjudul “as-Sab’ah”. Ketujuh qiraah ini adalah qiraah imam Nafi’, qiraah imam Ibnu Katsir, qiraah Abu Amr al-Bashri, qiraah Ibnu Amir, qiraah Ashim bin Abi Najud, qiraah Hamzah az-Zayyat, qiroah Ali al-Kisa’i.

Selain tujuh qiraah ini, masih ada tiga qiraah yang juga bersambung sanadnya hingga Rasulullah yaitu qiraah imam Ya’qub al-Hadrami, qiraah imam Abu Ja’far, qiraah imam Kholaf. Seluruh qiraah ini menggambarkan kepada kita akan sebuah keragaman bacaan Al-Qur’an yang justru merajut persatuan dan toleransi di antara para sahabat hingga para ulama setelah mereka. Di mana mereka mampu memahami perbedaan bacaan Al-Qur’an di antara mereka dengan bijaksana. Toh, semuanya adalah bacaan yang diajarkan Rasulullah sebagai keringanan atas beragamnya dialek serta cabang bahasa arab diantara bangsa arab itu sendiri. (RM)

Refrensi:

Kitab as-Suyuf as-Sahiqah li Munkar al-Qiroat min az-Zanadiqah karya Muhammad bin Ali bin Kholaf al Husaini.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
3
Senang
2
Terhibur
2
Terinspirasi
4
Terkejut
3
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top