Sedang Membaca
Tentang Cinta Kepada Manusia Mulia
Moh. Mufarrichin
Penulis Kolom

Tenaga pengajar di sebuah pondok Pesantren di ujung timur Grobogan.

Tentang Cinta Kepada Manusia Mulia

Imam Al-Bushiri mengatakan dalam senandung Burdah yang masyhur, “Wa al-Hubbu ya’taridhu al-lazhati bi-l’alami.”

Namun, meski berat, para pecinta akan selalu setia pada sang kekasih. Imam Al-Bushiri dalam syair Burdah yang lain menyebutkan, “Inna al-Muhibba ‘an al-‘Udzali fi shamami.” Sesungguhnya para pecinta itu budek alias tuli dari ucapan para pencaci.

Seorang yang dimabuk cinta akan dengan tulus melaksanakan permintaan sang terkasih sebagai bukti cinta kepadanya, karena cinta tak mengenal rasa sakit, bahkan dalam derita seorang pecinta menemukan kenikmatan. Mungkin Inilah yang dinamakan the power of love.

Lalu, dari manakah datangnya cinta itu? Cinta  tumbuh karena ada sebab, yang kalau kita sering dengar, “Dari mata turun ke hati.” juga kita dengar, “tak kenal maka tak sayang.”

Dalam kata lain, cinta lahir karena pecinta mengenal siapa yang dicinta, karena itu dia mau melakukan apa pun yang diperintahkan oleh sang kekasih.

Jika kita belajar ushul fikih akan mendapati satu kaidah fikih, “Li al-Wasa’il hukm al-Maqashid”. Dan juga kaidah “Ma La Yatimmu Wajib illa bihi fahuwa wajib.” Media suatu tujuan itu sama pentingnya dengan sebuah tujuan.

Selanjutnya kita tahu bahwa taat kepada Allah swt adalah wajib hukumnya. Tapi berat rasanya bagi orang awam seperti kita.

Baca juga:  Humor Gus Dur tentang Soeharto Naik Haji

Agar ibadah kita menjadi asyik, nyaman, ikhlas menjalani ketaatan, sudah semestinya kita kenal, cinta, demen dengan pembawa risalah Tuhan, yang tak lain adalah kanjeng nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Adapun media untuk melahirkan cinta nabi itu salah satunya adalah membaca maulid, sebab di dalamnya dijelaskan bagaimana sosok Kanjeng Nabi, mulai lahir hingga wafat.

Tujuan pembacaan maulid, tidak lain agar kita kenal dengan sosok yang dibahas dalam kitab-kitab maulid tadi, yaitu Kanjeng Nabi Muhammad. Akhirnya kita mau menjalankan perintah-perintah Kanjeng Nabi, enteng beribadah.

Jadi, sudah semestinya maulid nabi itu tidak hanya dirayakan setahun, sebulan atawa seminggu sekali. Maulid Nabi sudah seharusnya dilaksanakan setiap hari, setiap saat, biar tambah rasa cinta kita kepada sang Nabi, biar semakin lama semakin entang menjalankan ibadah, yang merupakan tujuan utama Allah menciptakan kita. “Wa Ma Khalaqtu al-Jinna wa al-Insa illa Liya’buduni.”

Sebab itu, Imam Abdur Rohman Diba’i menulis, “Wa law Annaa ‘Amilnaa Kulla Hiinin, Li Ahmada Maulidan Qad Kana Wajib.”

Akhirnya semoga Allah menganugerahkan kita cinta kepada-Nya, kepada Nabi ShallalLlahu alaihi wa alihi wa sallam, kepada orang-orang yang senantiasa mendekatkan kita kepada-Nya, sehingga kita enteng menjalani ketaatan kepada-Nya.

Yaa Rabbi Shalli ‘alaa Muhammad, Wa iftah min al-Khair kulla mughlaq….

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top