Sedang Membaca
Tadabbur: Literasi Statistik dan Tradisi Keilmuwan Islam

Dosen ITSNU Pekalongan.

Tadabbur: Literasi Statistik dan Tradisi Keilmuwan Islam

literasi islam

Di era big data, literasi statistik menjadi kunci utama dalam mendorong kemajuan bangsa. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pengembangan literasi statistik sangat penting untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi yang kompleks, mengoptimalkan tata kelola pemerintahan, dan memberdayakan sumber daya. Di luar implikasi praktisnya, literasi statistik yang menjadi fondasi aktivitas ilmiah selaras dengan tradisi keilmuan Islam yang menekankan penalaran kritis (tadabbur), penyelidikan berbasis bukti (evidence-based), dan penerapan etika ilmu pengetahuan. Artikel ini membahas bagaimana literasi statistik dan tradisi keilmuan Islam dapat membangun masa depan Indonesia.

Literasi Statistik sebagai Kompetensi Esensial

Istilah literasi statistik merujuk pada kemampuan untuk menafsirkan, mengevaluasi secara kritis, dan menerapkan informasi dari data ke di dunia nyata (Gal, 2002). Literasi statistik membekali individu dengan kompetensi untuk membuat keputusan yang tepat, memahami tren data, mengidentifikasi korelasi antar variabel, dan melakukan analisis prediktif. Di bidang kebijakan publik yang meliputi pembangunan ekonomi, pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan pendidikan, literasi statistik sangat diperlukan (Umbach, 2022).

Sebagai ilustrasi, saat pandemi COVID-19 yang lalu, model statistik dibutuhkan untuk melacak penyebaran virus, memproyeksikan kebutuhan sumber daya medis, dan mengevaluasi efektivitas kebijakan. Tanpa literasi statistik, baik pembuat kebijakan maupun masyarakat, berisiko salah dalam menafsirkan data yang mengakibatkan misinformasi dan berujung pada pengambilan keputusan yang tidak tepat (Rahmawati dkk., 2021).

Kontribusi Literasi Statistik dalam Pembangunan Nasional

Peningkatan tata kelola pemerintahan, pemberdayaan masyarakat, serta mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dianggap sebagai upaya dalam mewujudkan pembangunan nasional. Dalam konteks tata kelola pemerintahan yang efektif, literasi statistik mendukung pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy) yang penting untuk mengatasi berbagai masalah seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Dengan memahami tren data, pembuat kebijakan dapat mengalokasikan sumber daya secara efektif dan mengevaluasi dampak kebijakan secara akuntabel (Segone & Pron, 2008).

Baca juga:  Belajar Agama Tidak Boleh Otodidak

Di lain pihak, dominasi sentimen dalam wacana publik terkait kebijakan pemerintah menuntut masyarakat agar lebih cerdas dalam menyikapi informasi yang beredar di media massa. Kemampuan untuk mewaspadai penyalahgunaan data menjadi keahlian yang dibutuhkan. Dalam konteks ini, literasi statistik berperan krusial dalam membekali masyarakat untuk turut berpartisipasi aktif mengevaluasi kebijakan pemerintah (Engel, 2017).

Literasi statistik juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di berbagai sektor. Dalam konteks ekonomi digital seperti e-commerce, literasi statistik dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen, mengoptimalkan strategi pemasaran, dan mengidentifikasi peluang bisnis baru. Selain itu, bisnis yang memanfaatkan analisis big data dapat mengoptimalkan rantai pasok, meningkatkan penargetan pelanggan, dan menciptakan produk inovatif, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi (Robledo dkk., 2011).

Tradisi Keilmuan Islam: Tadabbur, Evidence-Based, Etika Sains

Aktivitas ilmiah diawali dengan penalaran kritis (tadabbur), yaitu proses perenungan mendalam terhadap suatu fenomena, baik alam maupun sosial. Tadabbur mendorong manusia agar tidak hanya mengamati suatu fenomena, tetapi juga menggali makna yang terkandung di dalamnya. Al-Qur’an sendiri hadir sebagai sumber inspirasi utama bagi manusia untuk ber-tadabbur. “(Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran” (QS. Shad: 29). Melalui tadabbur, seorang ilmuwan dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang relevan dan memulai proses penelitian untuk mencari jawabannya.

Baca juga:  Bubur India Takjil Favorit Warga Semarang dari Masjid Pekojan

Tradisi keilmuan Islam memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan Muslim seperti al-Khawarizmi, Ibn Khaldun, dan al-Biruni telah mencontohkan observasi empiris, pengukuran dan kuantifikasi, serta analisis dan interpretasi data yang ketat jauh sebelum formalisasi statistik modern (Nasr, 2003). Pada dasarnya, memahami tradisi keilmuan Islam memerlukan pemahaman terhadap nilai-nilai Islam itu sendiri. Ditegaskan dalam al-Qur’an: “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya(QS. al-Isra’: 36). Ayat ini menggarisbawahi tanggung jawab untuk memverifikasi informasi sebelum bertindak berdasarkan informasi tersebut, sebuah prinsip yang selaras dengan penyelidikan berbasis bukti (evidence-based).

Di samping itu, cendekiawan Muslim, Ismail Raji al-Faruqi, mengartikan penerapan etika ilmu pengetahuan dalam kerangka maqashid as-Syari’ah, yaitu memberikan kemaslahatan bagi umat manusia (Syihabuddin dkk., 2024). Hal ini menempatkan ilmuwan pada posisi etis untuk memastikan bahwa penemuan mereka digunakan untuk kemaslahatan umat manusia, alih-alih membuat kerusakan. Contohnya, para ilmuwan nuklir memiliki tanggung jawab etis untuk memastikan bahwa penemuan mereka tidak disalahgunakan untuk membuat senjata pemusnah massal.

Integrasi Literasi Statistik dan Tradisi Keilmuwan Islam

Meski literasi statistik dan tradisi keilmuan Islam memiliki sudut pandang yang berbeda (modern dan Islam), keduanya berpijak pada landasan yang sama, yakni mencari kebenaran dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam koridor ilmiah. Literasi statistik menawarkan alat-alat kuantitatif untuk menganalisis dan menginterpretasikan data, sementara tradisi keilmuan Islam memberikan kerangka nilai dan etika dalam menerapkan ilmu pengetahuan. Integrasi kemampuan statistik dengan nilai-nilai Islam memberikan panduan etis dalam penggunaan data dan teknologi.

Baca juga:  Sekaten Cinta untuk Kanjeng Nabi Muhammad

Pembangunan berkelanjutan akan menjadi kenyataan apabila sumber daya dikelola secara bijaksana, kesenjangan dan ketimpangan sosial dapat dikurangi, serta kelestarian lingkungan dapat dijaga. Kesejahteraan kolektif akan tercapai ketika setiap individu memiliki kesempatan untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat. Akselerasi kemajuan dan peradaban bangsa bisa berjalan dengan mencetak individu yang cerdas dan membangun masyarakat yang berdaya. Semua hal itu dapat diwujudkan melalui integrasi literasi statistik dan tradisi keilmuan Islam dalam kerangka mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara yang maju, adil, dan makmur.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
2
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
3
Terkejut
2
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top