Sedang Membaca
Menjadi Orang yang Beruntung: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 207

Mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta.

Menjadi Orang yang Beruntung: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 207

kisah hikmah islam

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW  sebagai petunjuk kepada umat manusia. Untuk itu dalam memahami kandungan isi Al-Qur’an, maka diperlukan ilmu yang membahas mengenai Al-Qur’an agar tidak melenceng dari kandungan sebenarnya dari Al-Qur’an. Salah satu dari banyaknya cabang ilmu Al-Qur’an adalah Asbabun Nuzul. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai sebuah ayat Al-Qur’an  yaitu surat Al-Baqarah ayat 207 dalam tulisan ini.

Asbabun Nuzul berasal dari dua kata bahasa arab yaitu asbab yang artinya sebab dan nuzul yang artinya turun sehingga dapat diartikan bahwa asbabun nuzul adalah salah satu cabang dari ilmu Al-Qur’an yang membahas mengenai sebab-sebab turunnya suatu atau beberapa ayat Al-Qur’an. Imam Jalaluddin as-Suyutiy dalam kitabnya Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul menyatakan bahwa Asbabun Nuzul ialah sesuatu yang terjadi pada waktu atau masa tertentu dan menjadi penyebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-Qur’an.

Kemudian imam Abdul Azim az-Zarqaniy dalam kitab Manahil Irfan fi Ulumil Qur’an  menyatakan bahwa Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang terjadi pada waktu atau masa tertentu dan menjadi penyebab turun satu atau beberapa ayat Al-Qur’an sebagai penjelasan kandungan dan penjelasan hukum terkait sesuatu tersebut. Pengertian serupa juga di sampaikan oleh imam Muhammad Abu Syuhbah dalam kitab al-Madkhal li Diràsàt al-Qur’àn al-Karìm. Dengan demikian pendapat para ulama tidak bertentangan satu sama lain.

Baca juga:  Banjir Nuh Perspektif Al-Qur’an, Al-Kitab, dan Arkeolog

Dalam artikel ini penulis mengambil salah satu ayat dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 207 yang berkaitan dengan kisah salah seorang sahabat yaitu Suhaib bin Sinan yang dipuji oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang berumtung dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-Azhim karya Ibnu Katsir. Berikut kutipannya.

عن صهيب قال : لما اردتُ الهجرة من مكة الى النبي (ﷺ) قالت لى قريش : يا صهيبُ قَدمتَ الينا لا مال لك, و تخرج انت و مالك؟ و الله لا يكون ذالك ابدًا. فقلت لهم : أرأيتم إن دَفَعْتُ إليكم مالي تُخَلُّون عني؟ قالوا : نعم . فدفعتُ إليهم مالي, فخلُّوا عني, فخرجت حتى قدمتُ المدينة. فبلغ ذلك النبي (ﷺ) فقال : ” ربح صهيبُ, ربح صهيب ” مرتين.

Dari Shuhaib dia berkata : Ketika aku akan berhijrah dari Makkah menuju Nabi SAW, kaum Quraisy berkata kepadaku : Wahai Shuhaib, kamu datang ke kota kami tanpa harta apapun, kemudia akan meninggalkan kota ini dengan harta? Demi Allah itu tidak akan terjadi!. Maka aku berkata kepada mereka : Bagaimana pendapat kalian jika aku memberikan hartaku apakah kalian akan membiarkan aku pergi? Mereka menjawab : iya. (Shuhaib berkata) maka aku menyerahkan hartaku kepada mereka, mereka pun membiarkan aku pergi, aku pun keluar dari Makkah hingga aku sampai ke Madinah. Lalu cerita ini sampai kepada Nabi SAW kemudian berkata : “ Shuhaib telah beruntung, Shuhaib telah beruntung” dua kali.

Baca juga:  Kiai Ahsin Sakho: Setelah Ramadhan, Dzikir kepada Allah Harus Ditingkatkan

Kisah diatas yang diceritakan langsung oleh Shuhaib bin Sinan menjadi sebab turunnya surat Al-Baqarah ayat 207 yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat-sabahatnya di Madinah tatkala terjadi peristiwa tersebut. Dalam kisah diatas Shuhaib bin Sinan rela memberikan seluruh hartanya yang ada di Makkah kepada kaum Quraisy sebagai syarat agar ia bisa berhijrah menuju Rasulullah SAW di Madinah. Oleh karena itu  turunlah surat Al-Baqarah ayat 207 yang berbunyi :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ ٢٠٧

Artinya : “ Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari rida Allah. Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba(-Nya) “.

Hikmah yang bisa diambil adalah bagaimana kita bisa mencontohkan dari apa yang telah Shuhaib bin Sinan lakukan  yaitu menjual dirinya untuk mendapatkan ridha Allah SWT dengan cara mengorbankan hartanya meskipun ia mencintai hartanya demi berhijrah menuju Rasulullah SAW di Madinah Munawwarah. Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam kitabnya yang berjudul Tafsir as-Sa’di mengatakan bahwa mereka yang termaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang menukar dan menjual dirinya serta mempersembahkannya untuk menggapai ridha Allah SWT dan mengharapkan pahala darinya.

Kita bisa mengikuti langkah sahabat Shuhaib dengan cara mengorbankan diri kita untuk menataati berbagai macam perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah SWT. Wallahu a’lam.

 

Baca juga:  Makna Jihad dalam Al-Qur'an

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
4
Terkejut
1
Lihat Komentar (1)
  • Mengapa ada ilmu hadist sedangkan saja kita tahu bahwa alquran turun bedasarkan sebabnya, semua masalah ada sebabnya dan sebab ada jalan keluarnya?

Komentari

Scroll To Top