Sedang Membaca
Kisah Sufi Unik (50): Ibrahim bin Adham dan Doa yang Terkabulkan Setelah Duapuluh Tahun
M. Nurul Huda
Penulis Kolom

Pernah nyantri di Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi, Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, Pesantren Bayt al-Qur'an Pondok Cabe, dan S1 PTIQ (prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir).

Kisah Sufi Unik (50): Ibrahim bin Adham dan Doa yang Terkabulkan Setelah Duapuluh Tahun

Satu waktu, Ibrahim bin Adham melakukan perjalanan ke suatu tempat. Ia pun melewati kota Syam. Di suatu malam yang hujan, ia memutuskan untuk menginap salah satu masjid di sana. Ketika ia sedang terlelap, marbot masjid membangunkannya, “Bangunlah, masjid ini akan aku tutup.”

Ibrahim mengutarakan sebuah alasan bahwa ia adalah seorang yang melakukan perjalanan (musafir) dan membutuhkan tempat bermalam. Namun si marbot tidak menerima alasan dan keberatannya sama sekali. Pasalnya, di masjid itu, lampu dan tikar seringkali hilang dicuri orang.

“Tak ada seorang pun yang aku izinkan untuk tinggal di masjid ini, meskipun ia adalah Ibrahim bin Adham” kata si marbot itu yang sejatinya menunjukkan pengakuannya terhadap kehebatan Ibrahim bin Adham.

Ibrahim menjawab, “Aku ini adalah Ibrahim bin Adham.”

Marbot tetap keukeuh tidak memperbolehkannya. Bahkan ia menuduh pria yang dihadapannya itu telah berbohong dengan mengaku sebagai Ibrahim bin Adham. Si marbot akhirnya menyeretnya ke depan kamar mandi dan mempersilakannya untuk tidur di sana, “Kalau malam ini kamu memang butuh tempat tinggal, tinggallah di sini!”.

Di depan kamar mandi itu, ia melihat ada seseorang berwajah tampan sedang melakukan suatu pekerjaan (ia adalah tukang bangunan, pen.). Ibrahim mengucapkan salam kepadanya namun sama sekali ia tak menjawabnya.

Setelah pekerjaannya selesai, ia lantas menjelaskan alasan mengapa ia tidak menjawab salam tersebut, “Maaf, aku di sini bekerja dan karenanya aku mendapatkan upah. Aku takut termasuk orang yang berkhianat dan memakan gaji buta manakala aku sibuk berbicara dan menjawab salam darimu”

“Berapa gaji perhari yang diberikan kepadamu?,” tanya Ibrahim penasaran.

Baca juga:  Sufi Perempuan: Hafshah dari Bashrah

Lelaki itu menjawab, “Satu dirham dan seperenam dirham dalam bentuk makanan pokok. Namun yang satu dirham itu aku berikan kepada para keponakanku yang tak lagi memiliki orangtua”.

Ibrahim bin Adham menanyakan kepada lelaki itu tentang doa dan keinginan apa yang ia kehendaki agar dikabulkan Allah. Lelaki itu menjawab bahwa ia telah memanjatkan sebuah doa selama duapuluh tahun lamanya, namun Allah belum mengabulkannya.

Mendengar itu, Ibrahim semakin penasaran apa sebenarnya yang diinginkannya. Ia menjawab, “Aku pernah mendengar ada seseorang ‘ajam (non-Arab) yang sangat zuhud dan rajin beribadah yang bernama Ibrahim bin Adham. Aku memohon kepada Allah, sebelum aku meninggal dunia, aku ingin Dia mempertemukan aku dengannya”.

Ibrahim menjawab, “Sekarang berbahagialah, aku ini adalah Ibrahim bin Adham. Allah mengabulkan doamu dengan cara Dia menyeretku ke sini”.

Lelaki itu bangkit dari tempatnya dan berlari sembari berteriak, “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku. Kini, aku memohon kepadamu, ambillah aku!”.

Selepas ia mengucapkan kalimat itu, ia terjatuh dan menemui ajalnya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.

Kisah di atas terdapat dalam kitab al-Nayl al-Hatsits fii Hikayat al-Hadits karya Abu Hafs Umar bin al-Husain Al-Samarqandi. Lewat kisah di atas terbaca dengan jelas bagaimana Allah telah mengabulkan doa seseorang yang memohon kepadaNya, bahkan setelah dua puluh.

Baca juga:  Kisah 3 Orang Terjebak di Gua yang Tawasul dengan Amal Baiknya

Allah Swt. berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir [40]: 60)

Lewat ayat ini, Allah menegaskan Allah akan mengabulkan siapa saja yang meminta keadaNya. Juga, siapa yang sombong (tidak mau) untuk berdoa, maka Dia akan masukkan ke dalam neraka. Begitu kurang lebih penjelasan dalam kitab tafsir al-Muntakhab. Lantas, apa hubungan berdoa dengan kesombongan?.

Syaikh al-Nawawi dalam tafsir Marah Labid menjelaskan, ketika seseorang berdoa berarti ada rasa ‘ubudiyah (penyerahan diri) dan hina kepada Allah Swt. Maka, siapa yang meninggalkan dan tidak mau berdoa, maka ia dinilai sombong. Lebih lanjut al-Nawawi menjelaskan, siapa yang berdoa, namun hatinya masih terpaut dan bergantung kepada selainNya, maka sejatinya ia hanya berdoa secara lisan saja, dan pada tahapan ini sama saja ia tidak berdoa.

Kembali tentang pengabulan doa. Yang harus diyakini oleh seorang yang berdoa adalah Allah memiliki pertimbangan tersendiri tentang kapan dan dalam bentuk apa doa itu akan dikabulkan. Dia Maha Mengetahui segalanya dan juga Maha Bijaksana.

Baca juga:  Memahami Pemikiran Al-Ghazali (7): Ilmu Pengetahuan Menurut Imam Al-Ghazali (Part 1)

Nabi Muhammad Saw. bersabda:

مَا عَلَى الأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِمَأْثَمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ ». فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرَ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »

“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, melainkan pasti Allah memberikannya kepadanya, atau Allah akan menghindarkannya dari kejelekan yang sebanding dengan doanya, selama ia tidak mendoakan dosa atau memutuskan silaturrahim.” Lalu seseorang berkata, “Kalau begitu, kita akan memperbanyak doa”. Nabi bersabda, “Allah lebih banyak memberi (dari apa yang kalian minta)” (HR. Tirmidzi)

Walhasil, berdoa memang meminta suatu hal kepada Allah. Namun ada yang lebih penting dari itu, yakni doa itu ibadah. Jika doa yang kita panjatkan belum juga dikabulkanNya, bisa jadi Dia masih ingin mendengar kita merintih dan merengek-rengek memohon kepadaNya. Dalam keadaan demikian, kita harus tetap khusnudzan dan tidak berhenti berdoa. Semua akan indah pada waktunya. Insyallah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top