Khairul Anwar
Penulis Kolom

(Tim Media Ansor Kota Santri, Alumni Pascasarjana UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan)

Filosofi Sepakbola dalam Perspektif Ekonomi Islam

Sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa sepakbola hanyalah sekadar permainan menendang si kulit bundar (bola) dari kaki ke kaki, atau orang-orang mungkin hanya tahunya bahwa sepakbola itu adalah olahraga yang dimainkan oleh kaum adam. Sah-sah saja setiap orang berpandangan demikian, dan tidak bisa kita salahkan. Tetapi jika kita mau mengenali lebih jauh tentang dunia bal-balan, maka akan ada banyak hal yang bisa kita ketahui.

Permainan sepakbola secara filosofi adalah bagaimana melakukan kerjasama yang baik antar rekan setim agar mencapai hasil maksimal dalam suatu pertandingan. Dalam prinsip dasar ekonomi Islam, kerja sama adalah salah satu hal yang perlu dilakukan, seperti halnya shalat berjamaah yang dapat mendatangkan pahala 27 derajat. Kegiatan ekonomi apapun kalau dilakukan bersama-sama, maka nilai ibadah maupun nilai dalam hal harta akan semakin bertambah. Jadi dalam ekonomi Islam semua kegiatan dan aktivitas dilakukan secara berjamaah dengan niatan yang baik agar bisa menghasilkan output yang baik pula.

Sepakbola tidak hanya permainan semata melainkan juga industri. Sebagai sebuah industri, sepakbola bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mendapatkan keuntungan. Pihak-pihak dalam sepakbola, mulai dari pemain, suporter, wasit hingga pemilik klub adalah para stakeholder yang menjadi ruh dalam industri sepakbola. Bicara tentang industri maka bicara pula tentang ekonomi, karena dua hal ini saling berkaitan. Sepakbola, sebagai olahraga yang terpopuler di muka bumi, dapat menggerakkan kesempatan kerja kepada berjuta-juta orang.

Sepakbola adalah bagian dari kegiatan ekonomi. Dan pelaku ekonomi itu sendiri adalah manusia. Maka secara filosofi, adanya permainan sepakbola karena terdapat unsur manusia di dalamnya. Para pemain sepakbola adalah manusia, tidak mungkin hewan atau yang lainnya. Manusia sendiri adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan. Dengan demikian, tanpa manusia maka kegiatan sepakbola tidak bisa dijalankan.

Sepakbola sendiri mampu menjadi industri yang bisa membangun perekonomian masyarakat. Masyarakat bisa mendapatkan keuntungan materiil dari adanya sebuah pertandingan sepakbola atau ketika ada turnamen, seperti piala dunia, piala eropa, dan lain sebagainya. Pendapatan masyarakat berasal dari, misalnya dengan menjajakan dagangannya di area stadion, menjadi seorang wasit, menjadi anak gawang, menjadi tukang parkir, dan bahkan menjadi pemain sepakbola itu sendiri.

Baca juga:  Perspektif Tunggal di Negeri Merdeka

Mereka itulah yang mengais rezeki dari sebuah laga sepakbola. Dalam Islam sendiri, aktivitas ekonomi (mencari rezeki) bukanlah bagian terpisah dari ritual bernama ibadah, melainkan ia dipandang sebagai sarana pokok kehidupan manusia. Mencari rezeki merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim yang diperintahkan Allah guna memenuhi serta mencari kelebihan yang bersumber dari Allah. Kelebihan tersebut kemudian dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah secara sempurna, membantu orang lain yang tidak berkecukupan.

Industri sepakbola pada prinsipnya adalah untuk membantu masyarakat dalam mencari rezeki, memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi sebagian orang, hidup mereka mungkin hanya bertumpu pada arena laga bernama ‘sepakbola’. Tanpa adanya pertandingan sepakbola, mereka bisa saja tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Misalnya seorang wasit, yang hanya akan dibayar jika ia memimpin sebuah pertandingan. Jika tak ada lagi yang namanya sepakbola, bisa jadi orang tersebut akan banting setir ke pekerjaan lain, yang mungkin saja pendapatannya lebih sedikit daripada saat ia bekerja sebagai pengadil lapangan.

Tanpa disadari, industri sepakbola sudah berperan dalam berbagai sektor kehidupan manusia Di bidang kesehatan misalnya, tim medis atau dokter yang menangani masalah cedera pemain adalah mereka yang ahli dalam bidangnya. Mereka juga mendapatkan bayaran dari pekerjaan yang dilakukannya. Di bidang bisnis, kebutuhan akan perlengkapan pesepakbola adalah keuntungan bagi para pengusaha sepatu, deker, sarung tangan, jersey, dan kaos kaki. Sekali lagi, mereka mendapatkan keuntungan dari sebuah industri sepakbola. Meskipun keuntungan antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya berbeda. Keuntungan tersebut bisa saja dipengaruhi oleh sesuatu yang lagi ramai, misal musimnya Piala Dunia, Liga Champions atau Piala Eropa.

Baca juga:  Agama, Kengeyelan, dan Pandemi Covid-19

Secara langsung sepakbola telah memberikan kemaslahatan kepada banyak orang. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar ekonomi Islam, yakni memberikan manfaat kepada umat. Pun juga sama dengan tujuan ekonomi Islam secara umum yaitu tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua orang.

Bola yang digunakan untuk bermain pun sebenarnya mempunyai filosofi tersendiri. Coba kita berpikir, bola yang dipakai Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Mohamed Salah untuk dimainkan di atas rumput hijau itu buatan siapa? Pasti manusia, meskipun dalam prosesnya menggunakan teknologi mesin. Tapi bola itu adalah karya manusia. Ada tangan-tangan kreatif manusia yang bermain, bagaimana ia mendesain bola itu supaya dapat digunakan dengan baik.

Kemudian bahan yang dipakai untuk membuat bola itu adalah karet. Dan karet adalah salah satu sumber daya alam yang Allah kasih ke bumi. Allah memang menciptakan alam dan isinya untuk kebutuhan manusia, supaya manusia bisa mengambil manfaat dari semua yang dihalalkan-Nya, tidak ada di alam ini yang diciptakan Allah secara sia-sia. Semuanya memiliki manfaat bagi manusia itu sendiri.

Sumber daya alam ini merupakan modal yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup manusia. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 22:

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Sumber daya alam yang Allah berikan kepada manusia janganlah disia-siakan, tapi supaya dimanfaatkan menjadi barang yang berguna. Dan ‘bola’ lah salah satu hasil karya manusia yang memiliki nilai ekonomis. Selain pekerja pembuat bola itu mendapatkan upah dari usaha yang ia lakukan, bola itu juga bermanfaat bagi para stakeholder sepakbola.

Baca juga:  Tata Cara Amar Makruf Menurut Abu Laits

Para pesepakbola pada prinsipnya dapat memainkan si kulit bundar karena berkat jerih payah para pekerja pembuat bola. Dengan bola, pesepakbola bisa mendapatkan rezeki karena ia sebagai pelaku utama yang bertanding di lapangan, begitu pula, dengan adanya sepakbola, masyarakat bisa meraih rezeki, karena ia sebagai karyawan pembuat bola, penjual jersey pemain, tim medis pemain, ofisial klub, panitia pertandingan, dan lain sebagainya. Dalam industri sepakbola, ada faktor alam dan manusia lainnya yang terlibat.

Makhluk yang bernama manusia pada dasarnya dapat memperoleh rezeki karena dua alasan. Pertama, usaha yang dilakukannya untuk mendapat rezeki tersebut. Kedua, yang paling utama dan paling menentukan adalah kemurahan dan kehendak Allah sebagai pemilik dan pemberi rezeki kepada semua makhluk. Jadi, apa yang kita dapatkan di dunia ini pada hakikatnya adalah sebuah titipan dari Allah. Dengan titipan itu, kita diperintah untuk mengelola dan memanfaatkan titipan itu dengan sebaik-baiknya.

Pihak-pihak yang terlibat dalam industri sepakbola sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bekerja. Pesepakbola profesional pun juga termasuk kategori orang yang bekerja. Karena mereka mengandalkan ‘olahraga sejuta umat’ ini untuk mendapatkan pundi-pundi uang. Islam sendiri menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya. Bekerja yang baik adalah sifatnya wajib dalam Islam.

Setelah mendapatkan rezeki dari pekerjaannya sebagai pemain profesional, pesepakbola juga terkadang mendistribusikan kekayaan yang mereka miliki untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Sadio Mane, Cristiano Ronaldo, Mohamed Salah, Mesut Ozil dan Lionel Messi adalah sekian dari banyak pesepakbola di dunia ini yang seringkali ‘bersedekah’ kepada orang-orang yang butuh pertolongan. Hal tersebut tentu selaras dengan prinsip ekonomi Islam, yakni menolak suatu akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja, dan kekayaan yang sudah memenuhi batas atau nisab harus dibayarkan zakatnya.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top