Sedang Membaca
Pembaca Itu…
Joko Priyono
Penulis Kolom

Menempuh Studi di Jurusan Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak 2014. Menulis Buku Manifesto Cinta (2017) dan Bola Fisika (2018).

Pembaca Itu…

Photo 1586488902367 B1ef9e974582

Surat pembaca terlanjur tak dipedulikan banyak orang. Orang-orang lebih memfokuskan diri untuk menjumpai berita utama, kolom, iklan, hingga kabar sosial-politik terkini. Mafhum, kemudian media cetak khususnya majalah dan koran, tidak banyak memberikan ruang untuk sebagai sarana para pembaca setia untuk menuangkan pikiran demi pikirannya dalam kiprahnya menghadapi koran maupun media cetak langganannya. Kemungkinan lahirnya dialog antara pembaca dan teks terurungkan.

Tak mungkin juga, semua kalangan pembaca mengharuskan diri untuk menulis panjang dan dikirim ke redaksi dalam bentuk pendapat. Toh, ingatan kita terhadap rubrik surat pembaca sangatlah terbatas. Rentan tiga sampai lima paragraf. Namun, jangan meremehkan tulisan demi tulisan dari pembaca dengan dalih bukan dari kalangan penulis ternama atau pakar. Tulisan di surat pembaca tak sekadar keluhan terhadap beberapa hal. Terkadang, ia menghadirkan kritik maupun masukan mendalam.

Pesan tersampaikan menjadi hal penting dan perlu diperhatikan seksama. Bisa jadi orang lain di luar sana tak akan pernah terpikirkan sebelumnya. Kita menemukan sebuah tulisan dalam rubrik surat pembaca di Majalah Tempo edisi 9 Februari 1991. Tulisan terkirim dari Junawir Panigoro dari Nabire. Seorang insinyur itu menulis tulisan singkat berjudul Bagaimana Sains & Teknologi? Tulisan mengajak banyak orang untuk berpikir dan memberikan jawaban. Kita kutip tulisannya:

“Membaca TEMPO, 29 Desember 1990, yang berisikan Kilas Balik ’90 dan Prospek ’91, sangat menarik dan mengasyikkan. Dalam nomor tersebut, TEMPO berhasil menyajikan hasil wawancara dengan berbagai pakar di bidangnya: politik, ekonomi, lingkungan hidup, dan lain-lain.

Baca juga:  Ijab-kabul Pernikahan di Jawa Era Sultan Agung

Tapi ada yang luput dari penyajian TEMPO, yaitu: bagaimana perkembangan sains dan teknologi sekarang.”

Mungkin bagi sebagian orang pertanyan itu pada masanya lumrah, dengan dalih latar belakang si penulis setidaknya pernah mengenyam pendidikan tinggi. Namun, kita perlu mengamini akan situasi tergambarkan itu. Banyak orang terkadang berdebat panjang akan bagaimana menyampaikan perkembangan demi perkembangan terjadi dalam dunia sains dan teknologi. Di kalangan publik, hal itu sudah dipandang sebagai hal rumit dan memusingkan. Tak sedikit parapembaca terkadang merasa jengkel.

Di babak lain kita kemudian menemukan buku berjudulkan Wartawan dan Penulisan Sains: Kiat dan Masalahnya di Asia . Buku tersebut gubahan dari Adlai J. Amor, Paul Icamina, dan Jack Laing. Kita tidak perlu menduga buku itu tulisan orang Indonesia. Buku itu hasil terjemahan dari S. Maimun dengan judul aslinya Science Writing in Asia: tha Craft, kemudian diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tahun 1988. Buku memuat bagaimana pentingnya menggagas serius narasi keberadaan sains dan teknologi dalam ranah jurnalistik serta kiat-kiat mesti ditempuh.

Kita mendapatkan penjelasan bahwa dalam sejarahnya, Asia adalah tempat bermula keberadaan jurnalistik sains. Penjelasan tersampaikan mulai dari negara China hingga Jepang, sebagai negara dengan perhatian awal akan hal itu. Konon, perhatian negara terhadap sains dan teknologi menjadi satu hal kunci dalam mengarungi peradaban. Bagian kecil dari sana berupa penyampaian pengetahuan ke publik dengan kemasan menarik, bermutu, dan memancing gairah berilmu banyak orang. Terjelaskan dalam buku itu dalam sebuah kalimat di dalamnya:

Baca juga:  Orang Desa Naik Haji

“Tugas penulis sains dalam memasyarakatkan sains dan teknologi tidak pernah berakhir. Perhatian masyarakat terhadap sains dan teknologi sering pasang surut. Akan tetapi, penulis sains harus berusaha untuk memelihara minat masyarakat terhadap sains dan teknologi. Seperti yang dikatakan oleh pemennang Hadiah Nobel dari Inggris, Sir George Porter, di New Delhi ketika menerima Hadiah Kalinga (penghargaan tertinggi untuk memasyarakatkan sains) tahun 1979: ‘Kalau ia dapat menunjukkan kepada mayoritas rakyat bahwa hasil usaha sains jauh lebih penting dari hasil Derby (paduan kuda tahunan di Epsom) atau omong kosong para ahli nujum, maka memasyarakatkan sains akan membawa kemajuan yang nyata’.”

Jalan berliku perkara komunikasi sains dan teknologi ke kalangan publik terpikir oleh para kalangan intelektual maupun cendekiawan dengan keberangkatan memiliki perhatian sebelumnya. Kita mengenal salah satu sosok bernama Slamet Soeseno dengan ragam tulisan populernya di beberapa media cetak pada zamannya. Ia pernah menulis buku berjudul Teknik Penulisan Ilmiah Populer diterbitkan Gramedia pada tahun 1980. Buku tipis sejumlah 154 halaman dalam cetakan edisi kedua tahun 1984 menguatkan dirinya peduli dan mengajak banyak kalangan untuk menggagas tulisan ilmiah populer.

Kita mengerti bentuk bacaan kelompok pembaca di Indonesia terkait tulisan ilmiah populer. Slamet membagi menjadi tiga hal, masing-masing adalah: Pertama, bentuk bacaan deskriptif, yang membeberkan sesuatu pengetahuan sebagai kumpulan fakta begitu saja, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan umum para pembaca.  Kedua, bentuk deskriptif, tetapi selalu disertai penjelasan tentang jalannya proses pembentukan, riwayat penemuan, atau sejarah terjadinya hal, penjelasan mengapa dan bagaimana duduk perkaranya, serta. Ketiga, bentuk deskriptif, disertai proses terjadinya, berikut alasan mengapa bisa terjadi, dan bagaimana duduk perkaranya, ditambah dengan masalah yang berkaitan dengannya, berikut bagaimana jalan keluar atau cara pemecahan masalah itu.

Baca juga:  Di Samping Berdoa, Mari Kita Tumbuhkan Jiwa Kreatif

Memang, proses itu mesti. Namun, keterlambatan menjadi perkara pada lainnya. Urusan ilmu bukan melulu mencari siapa harus berperan. Semuanya punya peran dalam menumbuhkan tradisi pengetahuan. Tak terkecuali di sana adalah keberadaan lanskap media bagi publik. Sebab, publik secara tak langsung dalam kehidupannya terus membutuhkan kabar demi kabar terbaru terjadi dalam lingkungan sekitarnya. Sebagai penyambung antara dunia keilmuan terhadap masyarakat luas, kerja-kerja jurnalistik tentu terus penting dan perlu.[]

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top