Cerita dan proses terbitnya buku ini dalam bahasa Indonesia punya jalan yang sedikit berliku dan pelik. Awalnya adalah di tahun 2015, tahun di saat saya sedang linglung dalam pergulatan, entah itu intelektual entah itu spiritual, yakni berkait identitas ke-Jawaan dan ke-Islaman saya itu, tiba-tiba saya secara tak sengaja membaca sebuah tulisan berjudul, “Writing Traditions in Colonial Java: The Questions of Islam”, yang berada di sebuah buku antologi yang dikarang oleh banyak pengarang. Buku berjudul “Culture of Scholarships” (ed. S.C. Humphreys: University Michigan Press, 1997) tersebut, saya baca pada menu Google Book yang tersedia di mesin pencari google.
Seperti diketahui, tampilan halaman yang saya baca tidak semuanya diperbolehkan dibaca oleh mesin ini. Namun karena kegelisan yang mendera diri, saya terpaksa membaca hanya sekira tiga perempat tulisannya saja. Seperempat halaman tulisan sisa yang tak saya baca, adalah catatan kaki (atau tepatnya catatan akhir). Namun begitu, tulisan yang saya baca ini, di kemudian hari saya sadari telah memberi saya lecutan kebahagiaan yang memberi arah serta gambar besar ihwal narasi kesarjanaan kolonial yang bertahan hingga paska kolonial hari ini, yang memang secara sadar diri ingin membelokkan realitas penubuhan Islam dan Jawa, yang menjadi subjek pergulatan diri saya.
Saya yang sedang terombang-ambing, dan berserikeras sedang berusaha mengenali akar diri yang memang senyatanya dilahirkan di Jawa, serta mencerap manifestasi ke-Islam dan ke-Jawaan yang tak lagi terbedakan pada sebuah desa terpencil di masa kecil, merasa terbentur oleh “narasi besar” kesarjanan kolonial yang mendudukkan Jawa dan Islam sebagai sesuatu yang bertentangan, saling menolak, dan berhadap-hadapan, Atau bahkan dalam tradisi kesarjanaan ini, Islam dipandang sebagai semata “lapisan tipis” yang menyelubungi kebudayaan, dan oleh karenanya sebutan peyoratif seringkali disematkan padanya: yakni dari “Islam Sinkretik”, “Islam campuran Hindu-Budha”, “Islam gak Jelas” dan sebutan merendahkan lainnya.
Setelah bertemu dengan tulisan, “Writing…” yang pengarangnya tak lain adalah Nancy K. Florida, saya menjadi mulai tersadarkan bahwa saya sedang berhadapan dengan tradisi kesarjanaan dan sekaligus politik kelembagaan kolonial, yang telah sejak dari awal masa penjajahan (seperti dijelaskan di tulisan tersebut), tepatnya paska Perang Dipanegara, berusaha secara sadar diri ingin memisahkan realitas penubuhan ke-Islaman di Jawa. Juga berkat tulisan inilah, satu di antara yang lain, yang mendorong saya untuk mulai belajar kembali membaca huruf Jawa, berburu, dan membaca secara rakus naskah Serat, Suluk, dan Babad sebisanya, beserta upaya saya ihwal strukturasi gagasan filosofis-historis dari kesusasteraan ini. Dari proses dan pergulatan belajar darinya, “Jawaban” yang atas proses pergulatan “eksistensial” saya ihwal Islam dan Jawa di belakang hari diterbitkan dalam sebuah buku berjudul, “Saya, Jawa, dan Islam” (TandaBaca: 2019). Dan sejak itu, nama Nancy K. Florida punya kontribusi atas buku itu, dan selanjutnya, namanya tak akan pernah saya hapus dalam memori saya.
Sejak saat itu, di sela-sela kesibukan saya menekuni dunia “ngelmu” Jawa, saya memburu tulisan-tulisan Nancy K. Florida yang lain. Di Luar karya desertasinya yang menjadi buku, yakni “Writing the Past, Inscribing the Future: History as Prophecy in Colonial Java” (Duke University Press, 1995) (telah terbit dalam bahasa Indonesia), maupun karya lain Nancy yang merupakan hasil projek digitalisasi, deskripsi, dan pemfilman naskah tiga pusat arsip Keraton Surakarta-nya, berjudul “Javanese Literature in Surakarta Manuscripts, Vol. 1. 2. 3” (Cornell University, SEAP, 1993, 2000, 2012), saya mulai mencari tulisan-tulisan Nancy Florida lainnya di beberapa Jurnal dan buku-buku antologi yang terpisah. Dan darinya saya berniat menerjemahkannya, meng-edit, dan mengumpulkan, serta menerbitkannya dalam bahasa Indonesia dalam kesatuan buku.
Keinginan saya tersebut ternyata tak terlalu mulus. Saya hanya bisa membaca 3 dari 7 tulisan yang tersebar pada pencarian daring, yang saya unduh secara gratis dari google, dan kemudian mulai mencicil menerjemahkan ketiganya di sela-sela kesibukan saya. Saya tak mungkin membeli sisa tulisan-tulisan lain melalui toko buku online Amazon, yang memang menurut takaran dompet manusia Indonesia, tepatnya saya, dirasa terlalu mahal dan tak terjangkau. Saya harus puas dan bersabar hanya dengan tiga tulisan tersebut. Hingga sebuah keberuntungan akhirnya menghampiri saya.
Di pertengahan 2019, sejak terbitnya buku saya, “Saya, Jawa, dan Islam”, tiba-tiba seorang peneliti sejarah dari Amerika, bernama Verena Meyer, datang ke rumah saya, dan ingin mewawancari saya berkait subyek Tradisi Islam di Jawa yang menjadi tema disertasinya (Ph.D.). Sejak saat itu, saya akrab sekali dengannya. Dan bahkan di hari-hari selanjutnya, ia sering datang dan mengunjungi saya, tidak lagi atas nama wawancara penelitiannya, melainkan sebatas main. Dan dari pertemanan itu, saya akhirnya menodongnya untuk memberi dan mengirimi saya empat tulisan-tulisan lain dari Nancy K. Florida. Dan Ia bersedia. Bahkan dari pertemanan ini, saat Verena Meyer hendak mengikuti Konferensi perihal Kesusasteraan Jawa di Yerussalem dimana ia menjadi salah satu pemateri yang bersanding bersama pemateri lain bernama Nancy K. Florida, ia menawarkan diri akan menyerahkan buku saya kepada Nancy di forum internasional tersebut. Menurut pengakuan dan cerita Verena, Nancy telah menerima buku saya dan di belakang hari ia menyampaikan “rasa senang”-nya atas buku saya. Dan yang lebih penting, sejak saat itu saya mulai sering berkorespondensi melalui surat elektonik dengan Bu Nancy, saya memanggilnya demikian.
Di perempat akhir tahun 2019, saya akhirnya bisa menyeleseikan terjemahanan bahasa Indonesia dari tujuh tulisannya Bu Nancy berkat kiriman Verena dan mulai mengirimkan terjemahannya kepada Bu Nancy lewat surel. Jadi secara keseluruhan, tulisan yang ada di buku ini merupakan terjemahan saya atas, tidak lagi tujuh tulisan (satu tulisan saya drop), melainkan hanya enam tulisan, karena satu tulisan tidak berkait secara tema dengan Judul tulisan yang saya sodorkan untuk merangkum keseluruhan buku ini. Enam tulisan tersebut adalah,
- “Writing Tradition in Colonial Java: The Quetion of Islam”, dalam Culture of Scholarships, ed. S.C. Humphreys, University Michigan Press, Ann Arbor, United Stated, 1997
- “Reading the Unread in Traditional Javanese LIterature”, dalam, Indonesia, No. 44 (Oct,1987), pp. 1-15. Seap, Cornell University Press, 1987.
- “The Badhaya Katawang, A Translation of The Song of The Kanjeng Ratu Kidul”, dalam Seap, Indonesia, No. 53 (April, 1992), pp. 20-32, Seap, Cornell University Press, 1992.
- “Sex War, Writing a Gender Relation in 19th Century Java”, dalam Fantasizing Faminines, ed. Laurie J. Sears, Duke University Press, 1996.
- “Living in the Time of Madness, Last Days of Java’s Last Prophet”, dalam History and Theory: Studies in the Philosophy of History 58: 4 (December 2019).
- “Syattariyyah Sufi Scent, Literary World of the Surakarta Palace in Nineteenth Century Java”, dalam Buddist and Islamic Orders Southern Asia, Comparative Perspectives, ed. Michael Feener and Anne M Blackburn, University of Hawai’i Press, 2019.
Saya juga merasa perlu menambahkan sebuah wawancara yang pernah dilakukan oleh Bre Redana dan Ardus M Sawega di Solo saat acara penganugerahan gelar kehormatan dari Keraton Surakarta yang diberikan kepada Nancy K. Florida, yang termuat di harian Kompas Cetak Sabtu, 30 Mei 2009, sebagai lampiran dalam buku ini.
Sejak naskah terjemahan beserta tawaran judulnya saya serahkan kepada Nancy (8 Desember 2019), Bu Nancy Florida lah yang menguruskan izin copy-right dari beberapa penerbit buku dan Jurnal tempat tulisan-tulisan tersebut berasal, yang kebetulan dilaluinya dengan mudah dan cepat. Bu Nancy jugalah yang, di masa-masa yang kurang sehat bagi tubuhnya, dalam waktu nyaris dua bulan saja, memeriksa hasil terjemahan saya, menambahi teks-teks Jawa tambahan maupun lampiran baru yang diperlukan yang sebelumnya tidak ada dalam versi Inggrisnya, atau juga menambahi dan mengubah beberapa struktur kalimat yang tak berpatokan lagi pada versi tulisan Inggris, hingga bersedia memberi kata pengantar untuk buku utuh ini, yang di dalam versi tulisan Inggrisnya terpecah-pecah (terpisah-pisah) dalam beberapa buku dan jurnal.
Jadi secara umum buku ini sedikit berbeda dengan versi tulis Inggrisnya. Saya ingat untuk menandai perbedaan tulisan antara versi tulisan Inggris dengan hasil akhir buku terjemahan bahasa Indonesia ini, Ia menyapa saya di surel dengan menjelaskan bahwa buku ini merupakan: “’gubahan baru’ atas buku kita”, katanya hangat. Bahkan ia menerangkan, yakni setelah menambahkan keterangan dan ralat dari artikel asli, bahwa versi Indonesia buku ini malah sebagai “lebih lengkap dan betul daripada versi Inggris”-nya, tambahnya. Ia juga menyarankan untuk, sebelum diterbitkan, agar saya memeriksa ulang hasil “gubahan baru”-nya tersebut, dan meminta menuliskan nama penerjemahnya menjadi dua: yakni Saya dan Nancy K. Florida.
Dari proses yang terhitung berliku inilah buku ini bisa tersaji. Saya merasa secara keseluruhan, kenapa buku ini penting diterbitkan dalam buku utuh berbahasa Indonesia, karena buku ini (tulisan-tulisan Nancy K. Florida) memiliki tawaran pembacaan “alternatif” dan lain terhadap sejarah, budaya, dan kesusateraan Jawa, utamanya berkait dengan relasi kesusasteraan Jawa dan Islam, yang selama ini narasi sarjana kolonial maupun paska kolonial, berkecenderungan untuk men-downgrade maupun menyepelekan kontribusi Islam dalam khasanah kebudayaan ini. Buku ini saya tangkap seolah menyuarakan nada “advokasi post-colonial” tertentu berkait pembelaan pengetahuan tradisi maupun khususnya terkait kontribusi Islam di sana, dimana kesarjanan kolonial mainstream sebelumnya, menurut Nancy, berada dalam struktur “tak mau atau gagal melihat” signifikansi Islam di dalam tradisi ini, serta berusaha melarikan kontribusi senyatanya Islam tersebut pada jejak-jejak warisan Hindu-Budha Jawa-nya yang terlalu jauh. Nah dengan menyajikan dan menerbitkan tulisan-tulisan Nancy K florida ini dalam versi bahasa Indonesia yang diikat dalam kesatuan buku, semoga buku ini bisa memberi “suara lain” atas tradisi, sejarah, dan kesusateraan Jawa.
Terakhir, selamat membaca.
Cepokojajar, Yogyakarta, 10 Maret 2020.
Catatan:
*Tulisan ini diambil dari “Pengantar Editor” di buku yang baru saja terbit, Nancy K. Florida, Jawa-Islam di Masa Kolonial, Suluk, Santri, dan Pujangga Jawa, Buku Langgar, Yogyakarta, Juli 2020.