Sedang Membaca
Tafsir Kerinduan (Bagian 1)
Husein Muhammad
Penulis Kolom

Pencinta kajian-kajian keislaman, utamanya di bidang ilmu fikih, tema-tema keperempuanan, dan ilmu tasawuf. Menulis beberapa buku, aktif di pelbagai forum kajian, baik nasional ataupun internasional. Tinggal di Pesantren Darut Tauhid, Cirebon, Jawa Barat

Tafsir Kerinduan (Bagian 1)

Izinkan saya menulis ihwal kitab “Turjumanul Asywaq” (Tafsir Kerinduan), karya al-Syeikh al-Akbar (maha guru terbesar), Ibnu Arabi.

Ia berisi kumpulan (kompilasi) puisi dengan komposisi notasi yang beragam. Para santri dapat menyanyikannya dengan langgam lagu (bahar) yang berbeda-beda: Thawil, Kamil, Wafir dan lain-lain. Tidak diketahui secara pasti apakah kitab ini ditulis mendahului dua kitab besarnya: Al-Futuhat al-Makiyyah” dan “Fushushul Hikam” atau sesudahnya.

Meski penting untuk ditelusuri, namun yang paling penting dari itu adalah bahwa dalam kitab ini Ibnu Arabi memperlihatkan konsistensi atas gagasan-gagasan besarnya, sebagaimana akan diketahui kemudian.

“Turjumanul Asywsq” ditulis ketika dia bermukim di Mekkah, tahun 597 H/1214 M. Di kota suci kaum muslimin ini dia bertemu dengan sejumlah ulama besar, para sufi dan sastrawan terkemuka, laki-laki dan perempuan.

Mereka adalah orang-orang yang menjalani hidupnya dengan serius. Ibnu Arabi banyak menimba ilmu dari mereka. Tetapi perhatiannya tertumbuk pada beberapa orang perempuan “suci”. Dalam pendahuluan kitab ini dia menyebut tiga orang perempuan.

Pertama, Fakhr al-Nisa (kebanggaan kaum perempyan), saudara perempuan Syaikh Abu Syuja’ ibnu Rustam ibnu Abi Raja as-Ishbihani. Perempuan ini seorang sufi terkemuka dan idola para ulama laki-laki dan perempuan. Kepadanya dia mengaji kitab hadits “Sunan al-Tirmidzy” (kumpulan hadis yang dihimpun Imam Tirmidzi).

Baca juga:  Ilmuwan Besar dalam Dunia Islam (4): Mengapa Sains dalam Islam Mengalami Kemunduran?

Kedua, Qurrah al-Ain. Pertemuannya dengan perempuan ini terjadi ketika Ibnu Arabi tengah asyik tawaf, memutari Ka’bah. Ibnu Arabi menceritakan sendiri pengalaman pertemuannya dengan perempuan itu:

Ketika aku sedang asyik tawaf, pada suatu malam, hatiku gelisah. Aku segera keluar dengan langkah sedikit cepat (al-raml), melihat-lihat ke luar. Tiba-tiba saja mengalir di otakku bait-bait puisi. Aku lalu menyenandungkannya sendiri dengan suara lirih-lirih.

ليت شعرى هل دروا اي قلب ملكوا
وفؤادى لو درى. اي شعب سلكوا
اتراهم سلموا. ام تراهم هلكوا
حار ارباب الهوى. فى الهوى وارتبكوا

Aduhai, jiwa yang gelisah
Apakah mereka tahu
Hati manakah yang mereka miliki

O, relung hatiku
Andai saja engkau tahu
Lorong manakah yang mereka lalui

Adakah engkau tahu
Apakah mereka akan selamat
Atau binasa

Para pecinta bingung akan
cintanya sendiri
Dan bimbang

(Bersambung)

10.05.19

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top