Sedang Membaca
Tengku Zulkarnain Menangis Dengar Kisah Amal Saleh Gus Dur
Hamzah Sahal
Penulis Kolom

Founder Alif.ID. Menulis dua buku humor; Humor Ngaji Kaum Santri (2004) dan Ulama Bercanda Santri Tertawa (2020), dan buku lainnya

Tengku Zulkarnain Menangis Dengar Kisah Amal Saleh Gus Dur

Tentang Siluet Negara Islam 2

Selain bercerita tentang ide Gus Dur tentang Israel, Tengku Zulkarnain mengisahkan pengalamannya menonton acara televisi yang sedang menayangkan Gus Dur. Tengku Zul menyaksikan televisi saat berada di ruang tunggu bandara, di Pekanbaru.

“Suatu hari saya duduk di VIP room airport Pekanbaru. Waktu itu TV One acara Tokoh Kita sedang diputar. Saya minum teh habis shalat Asar, sambil nunggu pesawat. Tiba-tiba muncul tokoh kita Gus Dur,” cerita Tengku Zul yang tampil dengan pakaian khasnya, udeng-udeng putih di kepalanya dan jubah putih. Dia mengatakan saat penayangan itu Gus Dur sudah wafat, tapi kemudian merevisinya bahwa Gus Dur masih hidup.

Katanya, tayangan itu menampilkan Ibu Shinta Nuriyah yang ditanya oleh penyiar televisi tentang kelebihan Gus Dur. “Kelebihan Gus Dur itu yang saya rasakan, sangat menonjol, tidak pernah komplain soal makan,” Tengku Zul menirukan Ibu Shinta.

“Kemudian ditayangkanlah Gus Dur duduk di tempat tidur, di amben kecil itu, pake celana sedengkul, pakai kaos, makan. Lauknya itu cuma ayam goreng paha sebuah, gak ada sayurnya, gak ada sambelnya, gak ada kecapnya. Nasi putih (saja) dan ayam. Disenduklah nasi putih ke mulut, ayamnya di-graot pakai tangan. Gus Dur makan di-shooting begitu. Itulah kelebihan Gus Dur yang membuat saya bahagia. Seuemur hidup perkawinan kami, beliau tidak pernah komplain soal makanan,” lanjutnya.

Baca juga:  Humor Gus Dur: Jin dan Tiga Bangsa Manusia

Lalu dengan nada tinggi ustaz kontroversial itu mengatakan langsung keluar dari ruangan dan menangis. “Menangis saya. Sebab kelemahan saya paling besar adalah komplain makanan. Ibu saya itu pandai masak dan saya anak kecil satu-satunya. perempuan enam, laki-laki satu. Akhirnya saya makan itu sangat dimanja. Pakai gulai, namanya orang Melayu, ikan goreng, dan sambal.”

Dia menceritakan istrinya yang berasal dari Banten, masakannya rebus-rebus dan lalapan saja. Saking seringnya dimasakin lalapan, dia pernah berkomentar kepada istrinya bahwa yang disuguhkan itu makanan kambing. “Jengkel juga saya tiap hari lalap-lalap rebus,” ceritanya. Sebagai orang Melayu yang sehari-hari disuguhi masakan berlemak dan santan, dia merasa berhak komplain. Dan karena komplainnya kasar, istrinya sampai menangis.

Di luar ruang tunggu bandara, dia menelepon istrinya  sambil menangis dan mengungkapkan penyesalan atas sikapnya selama ini, komplain soal makanan. Tengku Zul minta maaf. Sang istri yang ditelepon tiba-tiba oleh suaminya sambil menangis merasa aneh. Sang istri khawatir terjadi sesuatu pada Tengku Zul.

“Tidak ada apa-apa. Saya baru dengar Gus Dur. Ibu Shinta Nuriyah diwawancarai, ternyata kelebihan Gus Dur tidak pernah komplain soal makan. Saya jadi teringat Rasulullah. Rasulullah itu mengatakan dalam hadis yang saya tahu hadisnya, ‘jangan komplain soal makanan. Kalau enak kamu makan kamu puji. Kalau kamu merasa nggak enak, jangan kau caci dan jangan kau makan. Pergi aja. Jangan kau caci’. Nah, saya mencaci makanan, padahal saya tahu hadis. Saya pikirkan itu cuma Rasulullah yang bisa melakukannya. Eh, nyatanya Gus Dur bisa.”

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top