Sedang Membaca
Kejayaan dalam Kenangan Sejarah
Halimi Zuhdy
Penulis Kolom

Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun dan Guru BSA di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Kejayaan dalam Kenangan Sejarah

“Watilkal Ayyamu Nudawiluha Bainannas”, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). QS. Ali Imran, 140.

Entah, Apakah Ayat ini termasuk sebuah kejayaan suatu negara yang pernah berjaya syiar Islamnya dan akan bangkit lagi, atau akan terpuruk selamanya. Tapi yang jelas, kehidupan akan terus berputar. Di Eropa ada Andalusia, kini tinggal cerita Islam pernah berkaya. Dan kini, Spanyol seperti tak memberi bekas bunga, tapi goresan luka. Di Asia tenggara, Islam pernah berjaya di enam negara, bahkan menjadi penduduk mayoritas muslim terbesar. Kini, di tiga negara menjadi segelintir, bahkan hanya menjadi kerikil-kerikil yang tak pernah terlihat lagi.

Manila ibu kota Fhilipina, nama ibu kota ini berasal dari bahasa Arab “Fi AManillah” Dalam lindungan Allah. Di negeri ini, dulu syariat Islam ditegakkan, mayoritas penduduknya muslim, azan yang bersaut-sautan di seluruh penjuru negeri ini. Tapi kini, di negeri Filipina, kita sering mendengar Islam hanyalah sebuah gerombolan pemberontak terhadap pemerintah, dan mereka menjadi minoritas.

Berikutnya negeri Gajah Putih, Thailand. Di negeri ini menyimpan mutiara yang luar biasa, kejayaan Daulah Islamiyah di selatan negeri ini. Kerajaan Islam Pattani. Penduduk muslim di tanah mereka sendiri dijuluki khaek (pendatang, orang luar).

Baca juga:  Pansus Buloggate dan Bruneigate, Langkah Riil Pertama DPR untuk Jatuhkan Gus Dur

Pernah dengar kaum Cham dan Negeri Champa?. Di tempat ini, dulu muslim menjadi mayoritas, ratusan masjid pernah berdiri, tetapi Khmer Merah merubah sejarah berikutnya, muslim tak lagi terdengar mekar di negeri Kamboja dan juga Vietnam. Ia hanya menjadi kenangan sejarah. Kerajaan Champa memiliki sejarah erat dengan hadirnya wali Songo di Indonesia, Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati.

Di Myanmar, Islam pernah tumbuh lebat, di negeri ini, banyak sejarah diukir bagaimana orang muslim bertahan. Ada Muslim Burma dan Rohingya (Rakhine). Tahun 1050 silam, Islam sudan berbunga di tempat ini, tapi setiap kekuasaan berganti, berganti pula peran-peran kehidupan mereka. Beberapa tahun terakhir, Rohingya seperti berteriak mencari saudara-saudara yang melupakannya.

Memang sejarah akan selalu berubah. Tiada yang abadi dan kekal, kecuali yang Maha Kekal. Tetapi, berusaha mengabadikan kebaikan adalah sebuah anjuran. Bukan kemudian harus terulang, tetapi usaha dari sebuah kebaikan adalah kebaikan, urusan hasil hanyalah Allah yang menentukan.

“Belajar pada sejarah”, karena sejarah akan selalu berulang. Seperti sejarah Qabil dan Habil akan terus terulang setiap masa, tetapi berusaha untuk tidak menjadi Qabil adalah bagian dari ikhtiyar terbaik.

Islam di Indonesia dan di beberapa tempat di dunia, mempertahankannya adalah bagian dari sebuah ikhtiyar agar Islam berada di negeri ini. Dengan mensyiarkannya, sesuai dengan kemampuan setiap muslim. Menjaganya, seperti tetap memperkuat jalinan silaturahim antar umat Islam. Memenuhi masjid-masjid dengan berjamaah dan kajian-kajian keislaman. Madrasah dan pesantren yang dimakmurkan dengan keilmuan-keilmuan serta sebagai laboratorium kehidupan. NKRI yang terus dipertahankan dengan berbagai kebhinikaannya. perekonomian dan keamanan yang dirawat dengan baik, bahkan ditingkatkan. Dan berbagai usaha lainnya.

Baca juga:  Strategi Sun Tzu di Perang Khandaq

_Wallahul musta’an wailahi tauklan_

Malang, 8 Pebruari 2021

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top