Fahrul Anam
Penulis Kolom

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Piala Dunia, Buku Atlas, dan Pengetahuan Anak

Atlas

Piala Dunia Qatar sudah dihelat. Hal-hal menarik bahkan kontroversial mencuat. Dari kasus perbudakan modern, hak pekerja yang meninggal karena telah dieksploitasi bak kerja rodi, hingga berbagai kejutan dari hasil pertandingan, seperti kalahnya Tim Tanggo oleh Arab Saudi dan kekalahan Panser Jerman oleh Tim Matahari Terbit.

Namun, gegap gempita masyarakat terhadap Piala Dunia agak lemas. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kita sedikit menjumpai atribut-atribut bendera peserta Piala Dunia terpampang di sudut-sudut jalan maupun gang-gang di desa.

Dari perhelatan empat tahunan ini, khalayak dipertontonkan bendera-bendera kontestan Piala Dunia. Dari situ, kita teringat waktu kecil. Di mana, saat di sekolah dasar kita sering membuka atau melihat buku Atlas.

Benar, buku yang dominan bersampulkan bendera dunia itu berisikan informasi dan pengetahuan selain tentang keindonesiaan—foto-foto pahlawan nasional berserta tanggal lahir dan kematiannya, dan perihal-perihal tentang demografi dan geografi—dan juga terdapatnya gambar-gambar bendera-bendera dari berbagai negara di seluruh dunia.

Dahulu, pas duduk di sekolah dasar, kita membaca buku Atlas di perpustakaan. Setelah kita buka Atlas itu di telapak, kita mengajak teman sekelas maupun sebaya untuk bermain tebak-tebakan perihal bendera dan wilayah yang ada di buku Atlas. Seru, mengasyikan.

Nasib Buku Atlas dan Pengetahuan Anak

Kerianggembiraan sembari mengenal negara dan letak wilayah bersama Atlas adalah dulu, dan nampaknya sulit kita jumpai yang demkian dulu itu. Sedarinya, nasib buku Atlas yang kita gemari itu, mengingat di dalamnya sangat minim tulisan dan didominasi gambar-gambar. Sampai sekarang pun, kita dibikin tahu oleh buku yang menemani masa sekolah dasar. Darinya kita ingat, negara-negera kontestan Piala Dunia itu terletak di benua mana saja. Juga, nama-nama kota yang ada di negera itu.

Baca juga:  Warisan Hirarki Politik Orde Baru

Nah, apakah pengetahuan kita semacam hafal nama negara dengan warna bendera dan letak benuanya, juga nama-nama wilayah atau kota masih dimiliki oleh anak-anak zaman sekarang? Rasanya sulit kalau kita mengajak anak-anak mengenalkan buku-buku bacaan yang menambah wawasan dan pengetahuan mereka, semisal buku Atlas yang kita bahas ini.

Nasib Atlas bisa dibilang berada diujung tanduk. Nasibnya pun sama dengan buku-buku bacaan untuk anak. Buku-buku itu disingkar oleh gawai. Bisa kita amati, bahwa anak berumur dua tahun pun sudah mahir mencari aplikasi Youtube juga menskip iklan yang ada di dalamnya. Di gawai, kita bisa searching apa saja. Termasuk isi-isi buku Atlas

Dari sini, lahirlah dua spektrum. Yakni, orang pesimistis dan yang optimistis. Kelompok pesimistis akan menganggap keberadaan gawai sebagai ancaman bagi anak. Mengingat, teknologi tersebut akan menggeser keterlibatan buku bacaan dalam tumbuh-kembangnya anak. Sebaliknya, kaum optimistis menganggap keberadaan gawai bisa menyokong buku-buku bacaan anak.

Sehingga, mereka tidak melulu berbuku saja, melainkan perlu beradaptasi dengan zaman lewat gawai. Namun, yang terjadi adalah dominasi gawai terhadap buku bacaan, hingga manakala gawai diambil alih anak itu akan menangis seperti mereka meminta susu dari ibunya. Ironi.

Bagaimanapun, buku bacaan pada anak sebagai air segar buat pengetahuan mereka, harus tetap disuguhkan. Anggi Afriansyah dalam esai berjudul Mengajak Anak Membaca Buku (Harian Republika, 16 Maret 2022), mengajak pembaca untuk mengerti keutamaan peran orang tua terhadap sajian buku bacaan kepada anak.

Baca juga:  Etika dan Tata Krama: Rasa yang Perlahan Sirna

Di situ, Anggi curiga. Bahwa, jangan-jangan orang tua lah yang membikin anak belum atau tidak gemar membaca buku. Hal itu karena orang tua sibuk memainkan gawainya yang saat bersamaan, kita mendemonstrasikan di depan anak. Sehingga, anak pun ingin melakukan hal demikian itu. Padahal, orang dewasa memiliki kewajiban mengenalkan buku-buku berkualitas kepada anak-anak.

Begitulah. Zaman memang telah berubah. Pengalaman membaca dan melihat gambar bendera dan peta di buku Atlas di masa lalu, telah membawa kita kepada pengetahuan tentang Piala Dunia. Ihwal itu, tidak lepas dari kegiatan membaca. Makanya, buku berkualitas bagi anak harus disuguhkan dan dibacakan, supaya mereka gemar membaca sampai mereka dewasa sehingga cinta kepada ilmu pengetahuan.[]

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
4
Ingin Tahu
3
Senang
3
Terhibur
4
Terinspirasi
4
Terkejut
4
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top