Bandung Mawardi
Penulis Kolom

Esais. Pegiat literasi di Kuncen Bilik Literasi, Karanganyar, Jawa Tengah

Kecengengan dan Iman

Rhoma Muda, Sarinah, 24 Juni 7 Juli 1985

Pada suatu masa, Rhoma Irama masih muda, gagah, dan cakep. Ia menjadi pujaan jutaan orang. Rhoma Irama berlagu asmara, melenakan orang-orang dengan kerinduan, kepasrahan, lara, dan pengharapan. Di lagu-lagu berbeda, Rhoma Irama menjadi pendakwah tanpa mimbar. Masa lalu dan masa sekarang masih milik Rhoma Irama. Indonesia belum jemu mendengar dendang dan pesan-pesan Rhoma Irama meski ia pernah terbelit di polemik asmara dan politik. Indonesia tetap menginginkan lagu-lagu Rhoma Irama, sampai dunia kiamat. Di majalah Sarinah, 24 Juni-7 Juli 1985, foto-foto Rhoma Irama hasil jepretan Herman dan Asril Amran mengingatkan babak-babak asmara dan ketenaran tanpa tandingan. Rhoma Irama masih berusia 39 tahun. Titiek WS, pengarang novel-novel pop, membuat tulisan panjang diawali kalimat: “Kemasyhuran… memberikan kebahagiaan, namun dapat juga menimbulkan duka, bahkan tragedi.” Kalimat mengiringi biografi Rhoma Irama dalam asmara. Bermula dari garapan film berjudul Satria Bergitar, Rhoma Irama menjadi perbincangan dengan sekarung pendapat saling bertentangan. Rhoma Irama telanjur pujaan.

Asmara kita lupakan dulu untuk mengerti dakwah melalui dangdut. Kita membaca penjelasan Rhoma Irama: “Sasaran saya adalah orang-orang, khususnya remaja Islam yang tak terjangkau oleh majelis taklim, masjid atau pesantren. Mereka memang orang-orang Islam, namun belum terketuk hatinya untuk bersembahyang jemaat di masjid, belum terketuk untuk mengikuti majelis taklim dan belum terketuk untuk ke pesantren.” Pada masa lalu, Rhoma Irama bicara dangdut dan pesantren. Gus Dur mungkin tak membaca Sarinah untuk dijadikan sumber menulis esai tentang Rhoma Irama dan perdangdutan di pesantren. Sastra-pesantren sudah ditulis tapi dangdut-pesantren terlewat? Kita berhak berpikiran persekutuan pesantren lekas memberi penghargaan ke Rhoma Irama dan memberikan jatah ia berpidato panjang.

Baca juga:  Penghargaan Nobel untuk Semua Kalangan

Kemarin, Rhoma Irama tua di televisi, menghibur publik, 25 April 2020. Ia bersama Soneta di hadapan kita saat wabah dan Ramadan. Berpakaian putih dan bergitar, Rhoma Irama memberi nostalgia dan ajakan ke penonton bersedekah. Menit demi menit, ia bersenandung. Lagu paling mengharukan: Kalau sudah tiada, baru terasa/ bahwa kehadirannya sungguh berharga/ Sungguh berat aku rasa/ kehilangan dia/ sungguh berat aku rasa hidup tanpa dia… Kutahu rumus dunia/ semua harus berpisah/ tetapi kumohon tangguhkan, tangguhkanlah/ Bukan aku mengingkari/ apa yang harus terjadi/ tetapi kumohon kuatkan, kuatkanlah. Lirik itu membuat penulis menunduk. Malam terasa lara. Lagu berjudul “Kehilangan” meruntuhkan perasaan penulis. Lagu tercengeng, lagu gampang mengundang tangisan. Mengapa Rhoma Irama memilih lagu “Kehilangan” dipersembahkan kepada kita dalam tanggungan perasaan tak keruan? Terlalu…

Ratusan kali penulis mendengarkan lagu itu memastikan masih memiliki kecengengan melakoni hidup. Menangislah! Rhoma Irama memang “terlalu” dalam mendakwahkan asmara-kecengengan. Di depan televisi, Rhoma Irama terus berdakwah. Pada suasana Ramadan kita perlahan ingin mendengar lagu-lagu Rhoma Irama berpesan agama. Sudahilah bersenandung “Kehilangan” di malam gerimis dan tangis! Kita mengingat lirik dalam lagu-lagu berjudul “Haram”. Kita pun bersenandung: “Setiap keindahan perhiasan dunia, hanya istri salehah, perhiasan terindah…” Lagu menegakkan ketauhidan atau mengukuhkan iman dimulai pembacaan surat Al Ikhlas. Ia pun berdakwah: “Katakan, Tuhan itu satu….” Kita menikmati lagu-lagu beramanat agama dari Rhoma Irama-Soneta bisa setiap hari, tak perlu menunggu Ramadan. Lagu-lagu berdakwah sepanjang hari sambil kita mengingat Rhoma Irama “terlalu” berpengaruh bagi jutaan orang, dari masa ke masa. Pada masa lalu, Rhoma Irama berucap kalem tentang peran diri: “Partikel kecil dari umat Islam”. Begitu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top