Sedang Membaca
Ramadan: Sebulan Nyantri, Seumur Hidup Menginspirasi
Akhmad Taqiyuddin
Penulis Kolom

Nama lengkapnya Akhmad Taqiyuddin Mawardi. Lahir di Surabaya, 13 September 1988. Pendidik di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Mesantren di Pesantren Tambakberas Jombang dan Pesantren Ploso Kediri

Ramadan: Sebulan Nyantri, Seumur Hidup Menginspirasi

Kilatan merupakan suatu istilah bagi pelaksanaan kajian keislaman di pesantren selama bulan Ramadan. Dinamakan “Kilatan” karena pelaksanaannya adalah berusaha secara cepat, dalam waktu yang ditentukan, para qori (ustaz yang membacakan kitab) mampu menyelesaikan pembacaan kitab kuning bagi para santri.

Pelaksanaan pengajian kilat sebenarnya sama dengan pengajian weton dalam keseharian di pesantren. Ustaz membacakan kitab, dan para santri menyimak lafaz demi lafaz dengan memberi makna dan penjelasan pada kitabnya masing-masing.

Dinamakan “Weton” karena pelaksanaannya pasti seusai pelaksanaan salat berjama’ah. Metode ini di beberapa pesantren disebut dengan istilah bandongan ataupun ngaji ‘am/stadium general. Ada pula yang menggunakan istilah balagh ramadhan. Balagh sendiri artinya sampai, atau mengkaji hingga sampai khatamnya kitab.

Selama Ramadan, pesantren-pesantren membuka kajian berbagai kitab dari berbagai disiplin ilmu. Mulai kajian tafsir seperti kitab Tafsir Jalalain dan Muroh Labid-nya Syekh Nawawi Banten, kajian hadis dengan kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, kajian tasawuf mulai dari kitab kecil semisal Bidayatul Hidayah, menengah seperti Minhajul Abidin, hingga yang tebal semisal Ihya’ ‘Ulumiddin karya Imam al-Ghazali.

Kajian Nahwu berupa kitab Jurumiyah hingga Syarah Ibnu Aqil yang merupakan penjabaran dari Alfiyah Ibni Malik. Kajian fikih mulai Safinatun Najah, Fathul Qorib, Fathul Mu’in dan Fathul Wahab.

Kajian akhlak biasanya diisi dengan mengkaji kitab Ta’limul Muta’allim dan kitab Washoyal Ba’ Lil Abna’. Semuanya berusaha dituntaskan selama bulan Ramadan.

Baca juga:  Pengalaman Ngaji dengan Kiai Marzuki Mustamar Ketua PWNU Jatim

Bulan Ramadan bagi santri pesantren memang semarak dengan kajian mengkaji kitab, di samping tadarus Alquran. Pelaksanaan pengajian Ramadan biasanya diakhiri tanggal 17 Ramadan dengan kegiatan buka bersama dan peringatan Nuzulul Quran.

Keesokan harinya, para santri bisa pulang ke daerahnya masing-masing guna berkumpul dengan keluarga saat hari raya.

Pengajian kilatan dilaksanakan bakda Subuh, bakda Zuhur, seusai Asar dan sesudah Tarawih.

Di beberapa pesantren, terdapat pula kitab yang dikaji kala waktu dluha (pukul 08.00), bahkan saat perut sedang kenyang setelah salat Maghrib dan berbuka. Seperti di Pesantren Queen Al-Falah Ploso Kediri.

Pemanfaatan waktu sebaik mungkin untuk mengaji, bahkan sesudah Maghrib itulah yang menunjukkan betapa kalangan pesantren sangat ingin mengisi waktu di bulan Ramadan seproduktif mungkin.

Di pesantren inilah Ramadan betul-betul menjadi bulan pendidikan, syahrut tarbiyah.

Kitab yang ringkas dan tipis seperti Washiyatul Musthofa,Qothrul Ghoits hingga syarah Tijanud Durori, penulis ikuti hingga usai setiap bakda Maghrib di bulan Ramadan kala di pesantren Queen kisaran tahun 2003.

Terdapat pengajian kilatan yang para santri diperbolehkan memilih dan terdapat pula kajian kitab yang wajib diikuti oleh seluruh santri, mulai yang masih di jenjang ibtida hingga santri senior.

Pengajian yang diwajibkan untuk diikutu seluruh santri, biasanya berupa pengajian yang diampu khusus oleh Kiai pengasuh pesantren.

Baca juga:  Piagam Sukorejo

Salah satu kitab yang sering dikaji di berbagai pesantren selama bulan Ramadan adalah kitab Ta’limul Muta’allim. hingga bagaikan wirid yang selalu dibaca dan dihayati, menjadikan para santri terinternalisasi dengan isi kitab yang menerangkan tentang etika pencari ilmu tersebut.

Mengambil sikap diam saat berpapasan dengan guru, menata dan membalikkan sandal guru hingga tidak berani mengetuk pintu rumah guru melainkan menunggu hingga sang guru longgar; kesemuanya adalah buah dari pengajian kilatan dan pengajian weton yang merupakan rutinitas harian santri.

Khusus kitab yang tebal, biasanya kajiannya dibagi dengan pembaca beberapa orang. Sebagaimana tahun 1440 H ini, pesantren Lirboyo mengadakan pengajian kitab Sahih Muslim yang pembacaannya secara bergantian oleh beberapa pembaca kitab (qari).

Kilatan di Pesantren memang memiliki makna mendalam bagi yang pernah mengikutinya. Lapar dan dahaga selama berpuasa, seakan tidak terasa. Di samping mendapat tambahan ilmu yang dikaji secara utuh, lafaz demi lafaz, halaman demi halaman hingga khatam, pemahaman yang didapatkan pun bukan hanya tematis, tapi menyeluruh.

Inilah keunggulannya. Memang kilatan selama Ramadan itu sesuai dengan motto “sebulan nyantri, seumur hidup menginspirasi”.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top