Penulis Buku Penjara Perempuan (2020). Tuan Rumah Pondok Filsafat Solo dan alumnus MASTERA ESAI 2019

Pendidikan Pesantren (3): Corak Pendidikan Pesantren

Whatsapp Image 2022 10 25 At 20.36.55

Pendidikan di Pesantren telah menjadi pendidikan yang memiliki corak yang khas Indonesia. Selain dianggap sebagai pendidikan alternatif, pesantren juga dikenal sebagai lembaga perkaderan ulama atau Kiai.

Pendidikan di Pondok Pesantren memang memiliki kekhasan dari sistem pengajaran, apa yang dipelajari, serta tujuan dari pondok pesantren didirikan. Sistem pengajaran di pondok pesantren memang nampak bergantung di tangan Kiai, namun bila kita menyelami lebih dalam, di pondok pesantren itulah sebenarnya santri mengalami dialektika dan pergumulan pemikiran di pondok pesantren. Artinya, meskipun mereka berada di lingkungan pondok pesantren, mereka bisa berkontribusi terhadap lingkungan atau masyarakat luas atau bangsa dan negaranya.

Dalam buku bertajuk Pergulatan Dunia Pesantren (1985), ia mencatat bahwa metode utama yang digunakan dalam proses belajar mengajar di surau adalah ceramah dan resitasi. Pelajaran disampaikan secara lisan kepada murid yang duduk dalam suatu lingkaran di depan Syekh/ Kiai. Selain itu, para santri juga melakukan setoran atau sorogan dengan disimak oleh Syekh/ Kiai mengenai perkembangan yang dikuasai santri. Pada momen resitasi inilah terjadi hubungan personal yang memungkinkan dialog dan edukasi secara personal dengan santri.

Secara keseharian, santri juga bisa bertanya dengan Kiai tentang berbagai masalah mereka dalam kehidupan keseharian maupun dalam masalah-masalah agama dan sosial. Kiai dianggap memiliki kemampuan yang mumpuni tidak hanya dalam urusan agama tetapi juga urusan sosial. Hubungan sosial Kiai tidak terbatas pada hubungan kemasyarakatan, tidak sedikit Kiai menduduki jabatan penting dalam tingkat desa maupun tingkata pemerintahan. Kiai tidak sebatas “tukang ndungo” –seorang yang pandai berdoa semata.

Baca juga:  Nasehat Untuk Suami: Jima', iltiqa' dan dukhul

Peranan Kiai dalam kehidupan sosial ini nampak pada kehidupan pesantren di masa awal. Kiai moncer di kalangan masyarakat sekitar tidak hanya sebagai jujugan dan rujukan dalam menjalankan kehidupan agama sehari-hari. Namun, Kiai juga dianggap sebagai pemimpin, panutan dan figur dalam masyarakat. Ini bisa dilihat dari pengisahan dr. Sutomo seorang tokoh pergerakan yang memberi pengakuan mengenai kehidupan pesantren di masa lampau.

“Pada zaman nenek saya, yaitu pada kira-kira pertengahan abad ke-19, pesantrenlah tempat perguruan yang asli. Perhubungan anara santri-santri yang dewasa (studenten dari Univesitiet; di dalam pondok-pondok yang besar juga diajarkan ilmu lahir dan ilmu batin yang waktu itu jarang didapati di tanah air kita. Umpamanya waktu menanam dan mengembangkan padi, di waktu ada orang kematian, di waktu bulan Puasa, perhubungan itu nyata benar. Pesantren dan pondoknya mempersatukan anak-anak muda dari segala lapisan masyarakat.” (Dawam Rahardjo, 1985).

Dari yang diungkapkan oleh dr.Sutomo nampak jelas bahwa pesantren adalah dunia yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakatnya. Melalui pondok pesantren di masa lampau, kita mendapati pendidikan pesantren adalah pendidikan yang bercorak sosial sekaligus individual. Ia bukanlah lembaga yang terpisah dari masyarakat sekitar.

Bangunan pondok pesantren yang masih luas, halaman dan kebun Pak Kiai yang cukup besar digunakan juga sebagai sarana pembelajaran di lingkungan pesantren. Batas-batas antara individu dengan sosial Kiai di pesantren menjadi lebur. Pola bangunan ini turut serta mempengaruhi bagaimana pola interaksi antara entitas yang ada di pesantren dengan entitas masyarakat itu sendiri.

Baca juga:  Pendidikan Pesantren (4): Menabur Benih Kepemimpinan dari Pesantren

Pesantren dengan corak bangunan yang terbuka dan luas memungkinkan interaksi yang lebih luas antara santri, pengajar, maupun Kiai dengan masyarakat menjadi lebih terjalin. Sebab seorang Kiai meski nampak sebagai direktur pesantren, tetapi ia membaur dan melakukan aktifitas sehari-hari melebur bersama masyarakat. Ia menjadi bagian integral masyarakat yang terlibat dalam berbagai peranan yang dibutuhkan masyarakat.

Melalui interaksi itulah, timbul saling membutuhkan antara pesantren dengan masyarakat sekitar. Tidak heran di masa lampau panen akbar dilakukan oleh santri di pesantren. Ini karena kehidupan pesantren di masa lampau membaur dan melebur bersama masyarakat.  Di kalangan pesantren modern, bentuk bangunan pesantren yang tingkat ke atas turut serta berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Elitisme pesantren menjadi nampak dan pelan-pelan menggusur interaksi masyarakat sekitar dengan santrinya.

Bergeser

Pola pendidikan pesantren memang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Pergeseran itu dipengaruhi oleh beragam faktor baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Pengaruh dari dalam misalnya dapat muncul dari Kiai. Kiai atau pengasuh di pondok pesantren yang mengalami pencerahan melalui studi atau belajar di luar negeri sehingga melihat lebih luas dunia dan perkembangannya. Hal ini akan mempengaruhi corak perubahan terhadap dunia pesantren yang dipimpinnya termasuk pola pengajaran di dalamnya.

Dunia pengajaran dan perkembangan manusia Indonesia yang semakin berubah dari waktu ke waktu membuat metode pengajaran di pesantren menjadi berubah. Bila dulu otoritas pengajaran dan pendidikan pesantren hanya Kiai yang menjadi pengajarnya. Namun, seiring berjalannya waktu, pengajaran pesantren dibantu tenaga dari luar melalui mendatangkan Ustadz/ Ustadzah dari luar pesantren.

Baca juga:  Qiraah Sab'ah 7: Imam Hamzah dan Kisah Mimpinya

Teknologi komunikasi dan digital memungkinkan pengajaran melalui media sosial yang menjadi alat untuk pendidikan dan pengajaran. Hal ini memungkinkan pesantren berinteraksi secara virtual dengan orang-orang di luar pesantren.

Sistem manajemen administrasi ditilik sebagai salah satu pintu masuk perubahan terhadap manajemen pendidikan di pesantren. Bila dulu orientasi pendidikan pesantren tidak mengacu pada ijazah atau sertifikat tanda kelulusan. Maka di era sekarang, pesantren dituntut untuk rapi dalam administrasi sehingga memerlukan tenaga tambahan yang tidak selalu diurusi oleh Kiai.

Menghadapi tantangan zaman yang semakin modern menuntut pesantren turut serta merubah tatanan pendidikan di dalamnya baik dari segi kurikulum, manajemen, serta tata kelola administrasinya.

Walau secara jauh hal ini nampak tidak ada beda antara pendidikan pesantren dengan pendidikan formal lainnya, tetapi bila kita tilik lebih dekat, kita tetap menemukan ada banyak nilai-nilai atau corak pendidikan pesantren yang tidak berubah. Figur Kiai dan juga kharismanya, kitab kuning dan kitab lainnya yang dipelajari di pesantren, maupun penekanan kepada adab atau akhlak dari santri-santrinya.

Inilah yang menjadi daya pikat masyarakat di era sekarang, pesantren dianggap sebagai pendidikan alternatif yang berorientasi terhadap masa depan yang mampu menjadi tempat kawah candradimuka anak-anak mereka menghadapi zaman yang semakin kompleks dan semakin menjauh dari nilai-nilai religiusitas dan mengidap krisis akhlak.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top