Sedang Membaca
Nu’aiman yang Bengal (3): Menyembelih Unta Milik Tamu Rasul

Nu’aiman yang Bengal (3): Menyembelih Unta Milik Tamu Rasul

Whatsapp Image 2020 10 28 At 7.18.22 Pm

Islam mulai berkembang, tersebar, dan didengar sampai di luar Arab. Banyak para pemimpin negara atau pemimpin agama yang berusaha untuk mengorek lebih dalam pengetahuan tentang Islam. Hampir tiap hari kediaman Rasulullah tak pernah sepi dari kehadiran tamu-tamu asing dan tak dikenal oleh para sahabat.

Suatu saat Rasulullah kedatangan tamu yang merupakan delegasi dari berbagai negara dan sengaja datang untuk berdialog tentang Islam. Para tamu delegasi tersebut datang mengendarai unta karena zaman itu adalah kendaraan yang paling mahal dan mewah untuk dimiliki.

Dengan ukuran yang sangat besar, gemuk dan sehat, unta-unta itu diparkir di depan rumah Rasulullah dengan rapi. Di dekat tempat itu tampak beberapa sahabat sedang duduk menjaga unta yang sedang diparkir tersebut, diantaranya adalah sayidina Hamzah.

Beberapa saat kemudian lewatlah Nu’aiman dengan santai. Hamzah pun menegurnya, “Hai Nu’aiaman, hendak kemana kamu? Kemarilah sebentar aku mau bicara sedikit padamu.”

Nu’aiman berjalan mendekati Hamzah sambil memberi seuntai kurma yang sudah sangat matang. Hamzah meneruskan kalimatnya, “Lebih enak daging unta dari pada kurma ini menurutku dan bukankah sudah lama sekali kita tidak makan daging unta.”

Tiba-tiba mata Nu’aiman tertuju pada unta-unta yang sedang diparkir di sebelah rumah Rasulullah. “Unta siapa itu?” tanya Nu’aiman pada Hamzah, “Tamu Rasulullah,” jawab Hamzah singkat.

Baca juga:  Saat Menghadapi Perbedaan, Nabi Muhammad Santai Saja

Nu’aiman pun ngeloyor pergi, tentu saja dia langsung menyambut ide yang ada di otaknya. Unta tamu Rasulullah itu pun dia sembelih secara diam-diam. Lalu Nu’aiman mendekati para sahabat yang masih duduk seperti keadaan semula.

“Adakah diantara kalian yang masih tertarik dengan daging unta?”, sambil tangannya menunjuk pada unta yang paling besar gemuk dan kepalanya sudah tergeletak di tanah setelah disembelih.

Betapa terkejutnya para sahabat dengan kejadian tersebut, mereka seolah terbungkam dan tak mampu untuk berbicara. Mata mereka saling berpandangan dan penuh dengan ketakutan apa yang bakal akan terjadi.

Di antara tamu itu ada yang keluar dari dalam rumah, kemudian betapa terkejut ketika melihat salah satu dari untanya ada yang mati disembelih. Kemudian tamu tadi kembali masuk ke dalam rumah Rasulullah dan keluar lagi bersama Rasulullah.

Belum lagi Rasulullah berucap sepatah kata pun, para sahabat sudah menjawab, “Nu’aiman yaa Rasulullah, Nu’aiman yang melakukannya.” Rasulullah pun memerintahkan pada beberapa sahabat untuk mengganti unta yang disembelih itu dua kali lipat dan lebih bagus.

Nu’aiman sadar kalau akan dicari oleh Rasulullah dan para sahabat, sehingga dia lari untuk bersembunyi sampai ke luar perbatasan kota Madinah. Sampailah dia di perbatasan kota, dan melihat Al-Miqdad yang sedang membersihkan sumur rumahnya.

Baca juga:  Teladan Toleransi Sahabat Nabi

Dia dekati Al-Miqdad kemudian menyapa, “Bolehkah aku masuk ke dalam sumurmu?” “Ada apa sebenarnya yang terjadi sehingga engkau ingin masuk ke dalam sumurku seolah hendak bersembunyi,” kata Al-Miqdad.

Nu’aiman lalu menceritakan kejadian sebenarnya dan alasannya bersembunyi, Al-Miqdad pun mengizinkan. Sebelum masuk ke dalam sumur, Nu’aiman meminta pada Al-Miqdad berjanji agar tak memberitahukan kepada siapa pun tentang keberadaannya, termasuk jika Rasulullah yang mencarinya.

Lantas Nu’aiman segera masuk ke dalam sumur yang baru saja dibersihkan itu. Tak lama waktu berselang, muncullah Rasulullah bersama beberapa sahabat yang ikut mencari Nu’aiman. Rombongan itu mendatangi Al-Miqdad untuk bertanya di mana keberadaan Nu’aiman.

Al-Miqdad merasa bingung karena sudah berjanji pada Nu’aiman tak akan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Nu’aiman berada di dalam sumur. Namun Al-Miqdad merasa dilema karena yang datang bertanya adalah Rasulullah SAW. Sehingga, mulut Al-Miqdad saat itu berkata bahwa dirinya tak mengetahui keberadaan Nu’aiman.

Sedangkan tangannya menunjuk ke arah sumur yang ditutupi dengan pelepah daun kurma. Rasulullah menghampiri sumur itu dan membuka pelepah daun kurma yang ada di atasnya. Terlihatlah dari atas, Nu’aiman berada di dalam sumur itu.

Akhirnya Nu’aiman ditemukan oleh Rasulullah sendiri, dan ia disuruh untuk keluar dari dalam sumur. Sesampainya di atas sumur, Rasul melihat wajah Nu’aiman penuh dengan debu. Lalu tangan Rasul membersihkan wajah Nu’aiman.

Baca juga:  Ziarah Wali Maroko (5): Imam Abdul Aziz At-Tubba' Pemintal Sutra yang Menjadi Wali

Rasulullah tidak marah sama sekali, sambil tersenyum dan terus membersihkan wajah Nu’aiman. “Kenapa kau sembelih unta tamu itu?” tanya Rasulullah padanya. Dijawablah oleh Nu’aiman dengan seolah tanpa dosa, “Yaaa… Rasulullah, jangan engkau tanyakan padaku persoalan ini, tapi tanyakan pada mereka yang megajakmu mencariku,”

Rasulullah pun kemudian mencari sahabat yang sedang mencari Nu’aiman. Dalam kesempatan yang seperti itu, Nu’aiman kembali melarikan diri lagi. Ketika Rasulullah mengetahui kalau Nu’aiman melarikan diri lagi, beliau bersama para sahabat hanya tersenyum-senyum saja.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
2
Senang
6
Terhibur
24
Terinspirasi
4
Terkejut
3
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top