Sedang Membaca
Eiji Yoshikawa dan Novel Musashi
Amien Wahyudi
Penulis Kolom

Sedang menikmati belajar pendidikan, psikologi dan kebudayaan. Tinggal di Sleman Yogyakarta.

Eiji Yoshikawa dan Novel Musashi

Musashi

Dulu ada masa dimana membaca buku adalah hal yang menyenangkan. Membaca bisa tapi membeli buku tidak. Berbeda dengan sekarang dimana membeli buku lebih mudah, namun minat membaca yang semakin sulit atau menurun.

Diantara buku yang menarik adalah buku-buku karangan Eiji Yoshikawa. Seingatku perkenalan dengan karya Eiji Yoshikawa dimulai dari novel Musashinya. Setelah itu novel lainnya seperti Taiko, Uesugi Kensin, Minamotono Yoritomo, Tairano Masakoado dan The Heikie Stori menjadi bacaan yang sangat menarik untuk dibaca. Sekali membuka maka tak berhenti untuk membaca hingga kisah-kisah dalam novel tersebut tuntas terbaca.

Tema yang diangkat Eiji Yosikawa adalah tema-tema keberanian dan kepahlawaan. Sebuah tema dengan latar belakang Kesogunan Tokugawa sekitar tahun 1600-1800 an masehi.

Dalam novel Musashi yang menjadi salah satu karya monumental dari Eiji, tergambar dengan sangat baik bagaimana perjuangan seorang Ronin (samurai tak bertuan) karena kekalahan dalam perang Sekigahara untuk menjadi pendekar pedang besar pada zamannya. Untuk menjadi pendekar pedang besar, Mushahi harus melalui berbagai pertempuran yang semuanya berbicara tentang keahlian, perjuangan, pengorbanan dan juga cinta.

Buku Mushahi ini memberikan sebuah wawasan tentang bagaimana perang Sekigahara antara penerus Toyotomi Hideyosi yang dikomandani Isida Mitsunari dengan Klan Tokugawa yang dipimpin oleh Tokugawa Iesu.

Perang ini pada akhirnya dimenangkan oleh Klan Tokugawa yang menjadikan Klan Tokugawa sebagai pemimpin Jepang hingga Era Restorasi Meiji.

Baca juga:  Sabilus Salikin (20): Pengertian Sufi dan Tasawuf (lanjutan)

Salah satu adegan yang menarik dalam buku ini adalah bagaimana Musashi bertarung dengan keluarga Perguruan Yoshioka. Sebuah keluarga samurai yang terkenal pada masanya. Dengan keberanian dan strategi, Mushahi berhasil mengalahkan keluarga Yoshioka yang sudah dibantu dengan para ronin bayaran.

Keluarga Yoshioka adalah gambaran keluarga dimana anak-anak yang lahir dari keluarga hebat, memiliki  kecenderungan tidak memiliki daya juang seperti pendirinya.

Para pendiri keluarga, kadang kala tidak tega untuk menanamkan sikap disiplin kepada anak-anaknya, seperti mereka menanamkan sikap disiplin dalam diri mereka.

Sebenarnya fenomena ini juga banyak terjadi di masa modern, dimana keprihatinan keluarga pertama dalam membangun fondasi keluarga, tidak diikuti dengan pendidikan serupa bagi para generasi selanjutnya. Hal ini menjadi sebab sebuah keluarga semakin lama bukanya berjaya namun semakin menurun kejayaan tersebut.

Pertarungan besar dalam dunia samurai tidak terjadi dengan sendirinya. Pertarungan ini juga melibatkan banyak pihak. Ini menunjukan bahkan dimasa lalupun pertarungan orang orang hebat selalu diwarnai dengan adanya sponsor yang ingin terlibat dalam kesuksesan individu.

Hal seperti ini terjadi juga dimasa sekarang, dimana individu yang hebat akan di orbitkan oleh orang orang yang kuat. Orang orang yang kuat ini tentu saja mengorbitkan individu yang hebat bukan dengan maksud kosong, tetapi dengan maksud mendapatkan keuntungan, apabila calon yang diunggulkan menang dalam kontestasi yang diadakan.

Baca juga:  Tiga Kisah Viral tentang Mimpi Para Sufi dalam Kitab Nasaih al-‘Ibad dan Usfuriyyah

Adegan lainnya yang menarik dari buku Mushahi ini adalah pertempuran terakhirnya dengan Sasaki Kojiro di pinggir Pantai Funashima. Sasaki Kojiro adalah pendekar pedang yang mendapatkan seponsor Yang Dipertuan Tadatoshi.

Di dalam novel atau film digambarkan bagaimana Musashi yang mendalami ilmu pedang sebagi jalan hidupnya menggunakan pedang kayu untuk dijadikan senjata. Saat Sasaki Kojiro melompat  dengan menggunakan pedang yang dimilikinya, namun serangan ini tidak mengenai Mushahi, kemudian Musashi balas bergerak dengan mengecilkan tubuhnya yang 180 cm menjadi 120 cm menghindar dan langsung mendaratkan pedang kayunya ke kepala Sasaki Kojiro.

Musashi sempat terperanjat karena ikat kepalanya ternyata telah tertebas oleh pedang panjang Sasaki Kojiro. Walaupun begitu Musashi berhasil mendaratkan pedang kayunya ke kepala musuh dan berakhirlah pertarungan epic ini.

Setelah pertarungan Musashi bersujud sebagai bentuk penghormatan kepada lawan dan para pejabat yang hadir melihat pertarungan tersebut. Walaupaun menang Musahahi bisa mengendalikan dirinya dan tetap menghormati yang kalah. Sebuah perbuatan yang dilandasi sikap ksatria.

Buku ini juga memberikan wawasan tentang dinamika samurai dari kelas rendah sampai kelas tinggi pada masa tersebut.

Dari novel Musashi ini, manusia dapat belajar arti totalitas dalam mencapai tujuan. Manusia tidak bisa menentukan lahir dari siapa, tetapi dia bisa menentukan akan menjadi apa.

Musashi yang hanya lahir dari samurai yang tak dikenal, membangun jati dirinya sehingga menjadi salah satu legenda hidup dalam sejarah Jepang masa lalu. Mendekati akhir tulisn novel tersebut ada ungkapan yang memikili makna mendalam yaitu “Manusia tak pernah meninggalkan rasa cinta dan benci selama hidupnya”. Akan ada saja orang-orang yang bersuara, baik saat orang lain sukses ataupun mengalami kegagalan.

Baca juga:  Perintah Bercita-cita dalam Syi’ir Ngudi Susila Karya Kiai Bisri

Cerita tentang kehebatan, ketekunan dan kepahlawanan juga ada di Indonesia. Kita bisa melihat karya SH Mintaja seperti Api di Bukit Menoreh dan Pelangi di Atas Singosari, karya Bastian Tito dengan Wiro Sableng, karya Langit Kresna Hariyadi dengan Gajah Mada atau Arwendo Atmowiloto dengan Senopati Pamungkas.

Membaca dan menonton film Wiro Sableng sewaktu kecil membuatku menulis dada dengan cat coklat dengan angka 212 agar terlihat keren di dada. Tapi bukanya keren, malah catnya meleber hingga kemana-mana membuatnya susah untuk dihilangkan dengan minyak tanah.

Untungnya setelah membaca karya Eiji Yosikawa ini tak ada sedikitpun keinginan untuk mempraktikan adegan pertarungan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Karena kalau itu terjadi pastilah  mamak akan bilang, “wooooy, masih waras kah”?.

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
2
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top