Sedang Membaca
Islam Moderat dan Islam Ekstrem: Sebuah Interpretasi
Ali Mursyid Azisi
Penulis Kolom

Penulis artikel ringan dan jurnal ilmiah. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Islam Moderat dan Islam Ekstrem: Sebuah Interpretasi

ekstremisme

Dua istilah Islam yang acap kali berkembang dan dibicarakan di kalangan para akademisi bahkan tokoh agama memiliki daya tarik tersendiri dalam dinamisasi keilmuan agama di Indonesia. Seperti halnya istilah moderat dan ekstrem/radikal, merupakan hal yang penting untuk dipahami secara seksama mengapa keduanya berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di belahan dunia.

Secara makna, istilah moderat terdiri dari dua definisi, diantaranya: a). Selalu menghindarkan pengungkapan atau perilaku yang mengarah pada hal radikal/ekstrem, b). cenderung mengarah pada jalan atau dimensi tengah (al-washat). (al-wasath) moderat oleh Muchlis M. Hanafi dimaknai sebagai metode berinteraksi, berfikir, serta berperilaku yang seimbang (tawazun) ketika menyikapi keadaan tertentu, sehingga dari sini dapat ditemukan sikap yang tepat sesuai tradisi setempat serta prinsip-prinsip Islam sendiri, meliputi ibadah, akidah bahkan akhlak.

Term moderat dalam pandangan Masdar Hilmy (Guru Besar & Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya) disebut sebagai konsep yang tidak mudah untuk didefinisikan. Penggunaan kata moderat merujuk pada moderasi (al-tawassuth), keadilan (al-qist), keseimbangan (al-tawazun), kerukunan (al-i’tidal) dan sejenisnya. Senada dengan pemaknaan yang dipaparkan Masdar Himy, Muhammad Ali mendefinisikan istilah moderat dengan “those who do not share the heardline cisions and actions”.

Dari pendeginisian tersebut, Ali menyatakan bahwasanya term Islam moderat khususnya di Indonesia mengarah pada komunitas Islam yang begitu menggebukan perilaku yang tawassuth (normal) dalam merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam agama. Sesorang yang perpaham Islam moderat cenderung menghargai pendapat orang lain dan toleran, menjauhi tindakan kekerasan, inklusif, pluralis, memprioritaskan dialog dan pemikiran sebagai strateginya, memahami teks al-Qur’an sesuai dengan konteks zaman, dinamis, dan terbuka terhadap kemajuan zaman.

Baca juga:  Asian Para Games, Umat Islam, dan Kota-Kota di Indonesia

Demikian juga diutarakan Gus Dur tentang inklusif yang menawarkan gagasan Islam yang toleran dan ramah. Dari pemaknaan tentang Islam moderat di atas, sudah kita pahami secara sekasama bahwa moderat bertempat pada posisi tengah bahkan tidak terlalu fanatic pada sikap dan golongan tertentu. Makna tersebut tepat kiranya kita sandingkan dengan kalam-Nya yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 143, berikut:

وَ كَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَ يَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا

Dari penggalan ayat di atas, redaksi “wasath” ditafsirkan adil dan baik. Bahkan penafsiran lain dikemukakan oleh Al-Qurthubi terkait redaksi wasath dengan di tengah-tengah dan adil karena segala sesuatu paling baik kedudukannya yaitu yang terletak pada pertengahannya. Sedangkan Yusuf Qardhawi pun senada dengan penafsiran sebelumnya, yaitu memaknainya dengan seimbang (tawazun).

Islam moderat dalam konteks Indonesia mampu berdialog dengan tradisi dan budaya setempat. Secara ajaran tetap berorientasi pada nilai-nilai Islam, namun secara sikap lebih bersedia menerima kehadiran kelompok lain dan berdialog dengan budaya, tanpa membedakan agama, bahasa, gender, etnik demi kesatuan ummat dan bangsa.

Secara garis besar dan dominan, Islam moderat di Indonesia diwakili oleh kelompok organisasi Islam kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah (MD) penganut ahlussunnah waljamaah dan sifatnya yang luwes sebagai agen perdamaian muslim Indonesia, bahkan dunia. Sebagai organisasi masyarakat, NU berpaham Ahlussunnah Waljamaah yang begitu toleransi terhadap pluralism pemikiran di Indonesia.

Keduanya sejak awal kemunculannya disebut sebagai pengusung paham moderat yang diharapkan masyarakat muslim Indonesia berperan besar dalam menciptakan perdamaian dan pemberdayaan terhadap bangsa. Bahkan model dalam mengimplementasikan nilai ajaran agama, Nahdlatul Ulama juga mewarisi para Walisanga sebagai  penyebar Islam yang turut membumikan sikap dan pemikiran moderat dalam merangkul masyarakat Jawa untuk memeluk Islam kala itu.

Baca juga:  Sajian Khusus: Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi

Dengan begitu, definisi Islam moderat dapat disimpulkan yaitu suatu sikap keberagamaan yang memperjuangkan cita-cita bangsa dan Islam, yaitu perdamaian, menghargai perbedaan, toleran, dan jauh dari kata kekerasan. Dengan sikap demikian, terlihat bahwa ajaran demikian merupakan wajah Islam yang sejuk, damai dan membawa rahmat bagi segenap alam.

Sedangkan Islam ekstrem sendiri memiliki arti: a). paling keras, paling ujung, paling tinggi: b). sangat teguh, fanatik, keras. Dengan begitu, ekstrimitas merupakan suatu hal (perbuatan/tindakan) yang keluar dari batas. Jika diposisikan dalam terminologi syariat Islam, sikap demikian disebut dengan ghuluw (berlebihan dalam suatu perkara).

Secara istilah, ghuluw merupakan tipe atau model keberagamaaan yang mengakibatkan seseorang yang menempuh jalan tersebut melenceng dari keberagamaaannya. Namun, terdapat istilah lain dalam bahasa Arab yang mengarah pada sikap eksrem sebagaimana di atas, seperti halnya ifrat (mempersempit), tanattu’ (bersikap keras), takalluf (memaksakan diri) atau tashaddud (menyusahkan sesuatu).

Bahkan sikap ghuluw lainnya dapat kita temui semacam menganggap dirinya yang paling benar dan dengan gampangnya mengkafirkan orang yang tidak sependapat dengannya, bahkan ia berupaya untuk mendapat pengakuan masyarakat terhadap ideologinya. Kedua, yaitu ghuluw dalam segi amalan agama/praktik-praktik ibadah. dapat dicontohkan seperti halnya ibadah sepanjang hari tanpa henti, puasa terus menerus, atau pandangan kaum-kaum tertentu yang hingga mewajibkan perkara yang sunnah.

Dari munculnya sikap tersebut, tentu terdapat faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Abduraahman bin Mu’alla al Luwaihiq dalam disertasinya yang bertajuk “Mushkilaat al-Ghuluw fi al-Din fi al-‘Asr al-Haadir”, mengidentifikasikan secara rinci bagaimana faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang bersikap ekstrem.

Baca juga:  Sufi, Tafsir Mimpi, dan Imaginasi (3)

Ia membagi menjadi tiga sebab utama, diantaranya: a). penyebab yang berkaitan dengan metodologi ilmiah, b). penyebab yang kaitannya dengan aspek pendidikan dan kejiwaan, c). sebab-sebab yang ada kaitannya dengan problematika dunia dan aspek sosial. Faktor atau penyebab pertama muncul dari adanya semangat ibadah yang tinggi akan tetapi sedikit ilmu dalam mengamalkannya.

Faktor yang kedua mencakup bagaimana lingkungan yang keras dan pendidikan yang kurang mendukung. Hal demikian terlihat dalam diri para khawarij, yang secara letak geografis bertempat tinggal di padang pasir yang ganas. Kebanyakan kelompok tersebut berasal dari suku Badui Arab Saudi. Dari keadaan geografis tersbeut memnuat mereka simple dan sederhana dalam segi pemikiran, namun bersikap merdeka, bahkan bengis-berani.

Dalam segi ajaran, yang mereka pahami hanya apa yang ada di dalam al-Qur’an dan Hadits secara leterlek dan lafal semata. Faktor terakhir yaitu hal-hal yang mencakup hubungannya dengan politik, ekonomi, sosial dan permasalahan dunia seiring berjalannya waktu. Adanya anggapan ketikdakpuasan terhadap sisi ekonomi maupun sosial yang merasa tidak sesuai dengan pemikirannya sering menjadi salah satu alasan mengapa ia bertindak ghuluw.

Dalam konteks kekinian, Islam ekstrem di Indonesia diwakili oleh kelompok Salafi-Wahabi, Front Pembela Islam (FPI), LDII, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan beberapa sekte garis keras lainnya. Bahkan hal demikian juga merambah pada ranah universitas yang kini dikenal dengan gema pembebasan yang begitu semangat menggaungkan isu dan jargon negara khilafah sebagai patokan paten dalam bernegara ala Islam. Begitu pula dengan adanya jargon atau dalih jihad fi sabilillah yang dimaknai dengan memerangi kebathilan dengan cara apa pun.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top