Sedang Membaca
Nabi Saw Dikultuskan; Tapi Mengapa Tidak Dituhankan?
Alfan Khumaidi
Penulis Kolom

Penulis kelahiran Banyuwangi. Alumni Blokagung yang kini domisili di Old Cairo, Mesir.

Nabi Saw Dikultuskan; Tapi Mengapa Tidak Dituhankan?

Dalam sejarah manusia membentang sejauh ini. Tidak ada satupun juru dakwah yang mampu menyebarkan misi dakwahnya dengan begitu cemerlang hanya dengan tempo dua dekade lebih sedikit.

Juga tidak ada ucapan atau tindakan berikut gaya hidup dan sketsa perawakan seorang tokoh, sebesar apapun pengaruhnya, yang dihafalkan, direkam dan diwariskan dari generasi ke generasi, juga kemudian memantik wujudnya sebuah ilmu yang cabangannya sangat banyak yang semua didedikasikan untuk validitas riwayat tersebut kecuali Sayyiduna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau egaliter dan melebur tapi juga penuh wibawa sampai-sampai Amr bin Ash, petarung nan tangguh itupun tidak bisa menyifati karakter wajah Rasulullah sebab ia tidak pernah mampu menengadahkan kepalanya menghadap wajah Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad panglima perang yang tidak pernah gentar menghadapi apapun, sekaligus ia sangat pemalu sampai-sampai jika menjelaskan masalah yang sedang dihadapi oleh umatnya, khususnya perempuan, ia memilih banyak metafora.

Beliau seorang anak kampung dari Quraisy yang makan selalu di bawah bersama-sama sahabatnya tapi al-Bara’ bin ‘Azeb, salah satu sahabat Rasulullah, yang sedang dirundung masalah justru segan mengadu kepadanya sampai bertahun-tahun karena kewibawaannya.

Nabi saw menerima semua kalangan. Tidak pandang status sosial. Tapi para sahabatnya ketika hendak ke ndalem beliau, mengetuk pintu menggunakan kuku-kuku mereka. Pelan dan penuh hati-hati. Bahkan di antara mereka ada yang memilih menunggu beliau keluar dari rumahnya dengan sendirinya.

Baca juga:  Gus Dur, Sastra, dan Kemanusiaan

Beliau bukan seorang berpengaruh yang menggunakan tangan besi untuk menundukkan orang lain, tapi kalau beliau masuk di suatu ruangan maka orang-orang muhajirin dan anshar tidak ada satupun yang berani mengangkat kepalanya kecuali Abu Bakar dan Umar keduanya berbalas senyum dengan Nabi.

Beliau begitu dekat dengan sahabatnya. Terlebih Abu Bakar. Satu-satunya sahabat yang menemani rasul ketika hijrah. Sahabat yang begitu dekat sampai-sampai Rasulullah pernah mengumumkan bahwa kalau saja boleh mengambil kekasih (khalil), niscaya khalil-ku adalah Abu Bakar.

Tapi ketika turun ayat 63 dalam surat an-Nur yang memerintahkan untuk tidak menyamakan Rasulullah dengan orang lain ketika memanggil dan juga surat al-Hujurat ayat 3 tentang larangan mengangkat suara di atas suara Nabi, sejak saat itu Abu Bakar tidak berbicara kepada Rasululah kecuali seperti orang yang sedang berbisik. Pelan sekali.

Beliau begitu dipuja dan segala hal yang pernah disentuhnya akan ikut dihormati juga dianggap bertuah nan suci. Ayah Shafiyah binti Najdah memiliki rambut di keningnya. Kelak ia begitu panjang menjuntai. Jika teruarai maka ujungnya akan menyentuh tanah. Ia enggan memotongnya sebab kening berikut rambutnya pernah dielus oleh tangan mulia Rasulullah.

Ahmad bin Fadlawaih, salah satu pasukan pemanah itu tidak pernah memegang alat pemanahnya melainkan dalam keadaan suci setelah ia tahu kalau Rasulullah pernah memegangnya.

Beliau juga tidak pernah meludah kecuali tangan para sahabatnya berebut lalu diusapkan disekujur tubuhnya. Ia juga tidak pernah mencukur rambutnya kecuali para sahabatnya berebut mendapat bagian rambutnya. Begitu dipuja sampai-sampai Khalid bin Walid, panglima perang pilih tanding kaum musyrikin di perang Uhud yang membuat pasukan Rasulullah kalah telak itu kelak masuk Islam.

Setelah masuk Islam, saat memimpin perang, penutup kepalanya jatuh. Kilat dan suara pedang di padang pasir penaka gemuruh mendung dan kilatnya itu tidak membuatnya surut untuk mencari penutup kepalanya.

Baca juga:  Strategi Dakwah Rasulullah Saw Ketika Berada Di Mekkah

Para sahabat heran dan mulai kelimpungan dengan sikap sang panglima yang justru sibuk mencari penutup kepala. Saat ditanya, ia beralasan kalau ia tidak sedang mementingkan penutup kepalanya, tapi beberapa helai rambut Rasulullah yang ia letakkan di penutup kepalanya yang harus ia jaga.

Nabi Muhammad begitu dikultuskan namun dalam sejarahnya tidak ada satupun sahabatnya hingga generasi modern yang sampai menganggapnya sebagai tuhan. Ini juga salah satu mukjizat Nabi. Semoga selawat dan salam selalu mengalir kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top