Di Mesir ada dua makam kepala mulia ahlul bait yg sangat berpengaruh. Pertama Imam Husein dan kedua Imam Zaed yg dinisbatkan kepadanya nama mazhab Syiah Zaidiyah. Hanya kepala mulia beliau. Tubuh Imam Husein di Karbala.
Ahlul Bait dulu dirundung pilu dan nestapa, hingga kemudian para ahlul bait tidak lagi berurusan dengan politik, khidmah pada keilmuan lalu mendapat kehormatan di langit dan bumi. Tidak lagi dihantui pembantaian. Sebab kekusaan telah menutipi akal sehat.
Abbasiyah ketika menaklukan Umawiyah begitu beringas. Semua yang ada dibunuh dan bangunan diratakan dengan tenah. Jangan sampai ada satupun yang tersisa untuk diwariskan sebagai jejak Umawiyah. Tidak cukup puas, konon makam para raja yang sudah meninggal bertahun-tahun harus digali untuk disiksa.
Politik sejak dulu adalah lingkar setan. Ia nyaris membunuh dan menghancurkan siapapun yang di lingkarnya. Bahkan, sebagaimana kata Syahrastani, dalam Islam tidak terjadi pertumpahan darah paling banyak kecuali dalam urusan khilafah dan imamah (politik).
Syiah urusan imamah saja, yg notabene bagi mereka urusan prinsip, bisa beragam sikap sampai puluhan hingga ratusan ragam kelompok.
Abdullah bin Umar salah satu sahabat yang memilih diam. Ia hijrah dan menutup mulut rapat-rapat. Tidak membela siapapun, baik Sayidina Ali ataupun Sayidina Muawiyah. Ia khidmah mengarsip hadis dan semua yang berhubungan dengan Rasulullah.
Hasan Bashri. Salah satu puncak tabiin di masanya juga abstain. Ketika ditanya tentang fitnah kubra yang melibatkan dua orang besar, Ali dan Muawiyah, beliau diam. Ia melarang siapapun terlibat komentar urusan fitnah itu, baik pro ataupun kontra.
“Meski pro pada Amirul Mukminin Ali?”
“iya!”
Beliau tidak ingin fitnah besar itu kemudian diperparah oleh komentar lancang orang-orang berikutnya sehingga menjadikan fitnah itu terus menyala dan memantik pertikaian kembali. Kendati demikian, beliau sangat lantang menyuarakan kebenaran, maka saat ditanya perilah Yazid bin Muawiyah beliau tidak membenarkan.
Namun, tetap harus ada yg terlibat dalam politik guna mengatur jalannya roda pemerintahan, ada juga oposisi yang progesif, kaum lambe turah dan insan yang memilih diam seraya melangitkan doa dengan penuh harap atas kesejahteraan dan keselamatan umat manusia, Islam dan Indonesia.
Awal 2019