Sedang Membaca
Estetika Alquran, Refleksi Sehari-hari atas Keindahan Ilahi (Bagian I)
Arfi Pandu Dinata
Penulis Kolom

Mahasiswa, Pegiat Toleransi dan Perdamaian di Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) dan Sekolah Damai Indonesia (Sekodi) Bandung.

Estetika Alquran, Refleksi Sehari-hari atas Keindahan Ilahi (Bagian I)

Santri sedang ngaji sorogan. Foto: Elik

Keur opat taun yuswana

diberesihan manahna

Nabi dibeulah dadana

Malaikat nu meulahna.

 

Terjemahan:

Pada empat tahun umurnya

dibersihkan hatinya

Nabi dibelah dadanya

Malaikat yang membelahnya.

 

Saban minggu pupujian Sunda tersebut tidak pernah terlewat untuk dilantunkan, tepat sebelum kami pengajian selesai. Kami mencintai Rasulullah dengan bernadom yang keras penuh gairah. Meskipun begitu kami sebagai anak kecil berhadapan dengan rasa bingung sekaligus takjub, membayangkan pada diri sendiri kalau dada dibelah. Tumbuh di majelis kuliah subuh setiap Ramadan, kami sedikit demi sedikit menyadari ternyata kisah ini berhubungan dengan momen Nuzululquran. Kami mendapat penjelasan bahwa pada lailatulqadar Alquran turun ke Lauhulmahfuz. Diyakini pada 17 Ramadan, untuk pertama kalinya wahyu menyapa melalui perantara Malaikat Jibril tepat pada sanubari Muhammad di Gua Hira. Iqra, bacalah!

Menghabiskan tahun demi tahun di Ushuluddin, kami lebih masuk pada percakapan yang lebih pelik. Seperti slogan teman-teman hijrah, Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Hari-hari adalah percakapan tentang-Nya. Tapi memahami yang kita imani, tidak sesederhana itu.

Ada. Kehadirannya meliputi segala sesuatu, sekaligus tidak memerlukan ruang dan waktu. Ada itu berkelanggengan, mistik tersembunyi, dalam ketunggalan yang paling sempurna. Dalam pengalaman kemanusiaan, Ada tersebut disapa akrab sebagai Dia. Jauh di sana, Sang Ada mengungkapkan diri-Nya dengan mengadakan sesuatu yang baru. Nama lain Sang Ada yakni Al-Wujud, Khalik (Pencipta) yang menciptakan makhluk (ciptaan). Proses ini dilakukan dengan Firman-Nya, kun fayakun! Semesta adalah manifestasi diri-Nya, tradisi tasawuf menyebutnya dengan tajalli. Bulan dan matahari, langit dan bumi, gunung dan laut, menjadi tanda-tanda keberadaan-Nya yang tersembunyi itu.

Baca juga:  Empat Alasan Mengapa Politik Uang (harus di)Haram(kan)

Bagi kami hal ini menjelaskan bagian nadzam yang selalu dilantunkan oleh salah seorang Bu Nyai di kampung kami saat hendak memulai majelis taklim pada senin sore: Laa maujuda illa Allah. Terus terngiang-ngiang, kami telusuri, ternyata bait dan langgamnya pesis dengan karya Kyai Koer Affandi dari Manonjaya. Makin bertanya-tanyalah, siapa sosok yang mengambil inisiatif wahyu itu? Siapa yang meng-Aku perbendaharaan yang tersembunyi lalu ingin dikenali? Semuanya samar-samar.

Kami memperoleh jawabannya ketika masuk ke dalam gerakan lintas iman di Bandung. Di luar ekspektasi, hikmah itu datang melalui persahabatan khususnya dengan teman-teman Kristiani. Dalam perjumpaan itu, kami mencoba memahami Trinitas dan Dualitas Kodrat Kristus dalam Kristologi. Melalui dokrin utama Kekristenan itu, umat Kristani percaya bahwa Firman Tuhan telah menjadi daging, mengambil rupa manusia. Kiranya kami tidak terlalu asing, Asyariyah dan Maturidiyah sebagai adalah dua aliran pokok dalam tradisi Sunni menyatakan status keqadiman (kekekalan) Alquran. Artinya, dalam Islam Al-Wujud itu telah mengambil ‘ikon’ dalam rupa kitab.

Kami bersyukur hal ini bukan hanya menjadi titik temu, juga memberi makna lebih pada cara berislam kami. Ketidakberdosaan Kristus menjelaskan keterjagaannya Alquran dari salah. Keperawanan Maria menjelaskan ke-ummi-an Rasulullah. Begitupun persekutuan perjamuan kudus menjelaskan pembacaan Alquran dalam salat, keduanya tampak nyata bahwa umat kristiani dan muslim sedang menginternalisasi Firman Tuhan, melalui dalam roti atau bacaan.

Baca juga:  Mengenal Filsafat Ketakutan: dari Sigmund Freud hingga Fahrudin Faiz

Keindahan-Nya tidak berhenti di situ. Kami juga berjumpa dengan teman-teman penghayat Kepercayaan. Dalam perjumpaan yang sama, kami mencoba memahami ritus penataan sesaji yang hampir selalu dilakukan pada setiap kegiatan. Melalui praktik yang tak terlepaskan dengan agama leluhur itu, warga penghayat percaya bahwa sasajen (dalam bahasa Sunda) merupakan kepanjangan dari Sastra Jendra Hayuningrat, tulisan-tulisan Semesta yang suci yang harus dicari maknanya. Lebih dari itu, mereka memandang semesta dan lingkungan sekitar sebagai perwujudan Ilahi. Kiranya kami tidak terlalu asing dengan itu, Islam mengenal ayat kauniyah yang tersebar pada semua semesta, layak dibaca, dimengerti, dan menjadi penuntun berlaku hidup yang mulia.

Untuk kesekian kalinya, kami bersyukur menemukan makna keberislaman yang sejauh ini enggan kami pahami. Kesakralan ibu bumi dan hutan larangan menjelaskan hamparan bumi Allah sebagai masjid yang suci. Begitupun penghormatan bakti sesaji menjelaskan etos rahmat bagi semesta alam. Ngaji diri dan alam tidak jauh berbeda dengan tadabur dan tafakur alam sebagaimana penegasan Allah pada Ad-Dzariyat ayat 20 hingga 21.

Tentu dialog yang mempesona ini membawa kami pada kehadirat penyingkapan Ilahi yang Maha Misterius. Tuhan memang bersembunyi, tapi memperkenankan kita sebagai manusia untuk mempersaksikan keindahan diri-Nya. Berlimpah-limpahlah tanda-tanda Tuhan di semesta kita. Kiranya ayat kauniyah khas Islam bercakap-cakap dengan konsep Jagat Gede khas agama leluhur dan Kristus Kosmik khas Kekristenan. Dia mewujud menjadi Rahim untuk kehidupan, termasuk menampung manusia di dalamnya. Hal ini juga seharusnya menjadi pengingat akan kerahman-rahiman Allah, acuan kita berkasih sayang terhadap sesama juga pada lingkungan sebagai ruang hidup bersama.

Baca juga:  Berimajinasi Margasatwa: Pembaca dan Indonesia

Menemukan Rahim Ilahi itu melalui serangkaian ziarah dan dialog yang panjang. Kami sungguh harus bertekun, bahkan mengalami gejolak batin. Berpulanglah kami ke rumah asal, tempat perjalanan ini dimulai; Islam. Di sana Alquran tergeletak, satu-satunya wujud Firman yang akrab dalam komunitas muslim. Kami mencoba untuk mencari tahu maksud terdalam dari keberadaannya. Sebuah buku, apa uniknya?

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top