
Universitas Indonesia (UI) menggelar “Prof. Dr. Achadiati Ikram Memorial Lecture” dan peluncuran buku persembahan untuk mengenang dedikasi mendiang Achadiati Ikram dalam dunia filologi. Acara ini diselenggarakan oleh Laboratorium Filologi, Departemen Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), di Auditorium FIB UI, Selasa (25/2/2025).

Achadiati, yang wafat pada 21 Juli 2024, merupakan sosok penting dalam pelestarian dan kajian naskah kuno Nusantara. Sebagai Guru Besar Emeritus Filologi FIB UI, ia telah membimbing banyak akademisi yang kini meneruskan perjuangannya.
Berkat jasanya, filologi berkembang dari disiplin ilmu yang sebelumnya sunyi menjadi kajian yang semakin diperbincangkan.
Ketua Umum Manassa, Munawar Holil, yang akrab disapa Kang Mumu, menjadi narasumber utama dalam acara ini dengan moderator Priscila Fitriasih Limbong.
Dalam kesempatannya, Kang Mumu mengenang sosok Achadiati sebagai guru yang berdedikasi tinggi.
“Ilmu yang beliau tularkan kepada kami bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga lewat tindakan. Saat penelitian di Ambon, beliau turun langsung ke lapangan, mendampingi kami sejak pagi hingga malam tanpa kenal lelah. Semangat inilah yang perlu kita teruskan,” ujar Kang Mumu.
Selain itu, Kang Mumu juga membagikan pengalamannya saat melakukan penelitian di sebuah perpustakaan di Moskow, Rusia. Ia mengungkapkan bahwa pada awalnya mengalami kesulitan mengakses koleksi naskah di sana.
Namun, setelah petugas perpustakaan mengetahui bahwa ia datang bersama Achadiati Ikram, ia diberikan ruang khusus untuk meneliti.
“Kepakaran dan ketekunan Prof. Achadiati Ikram sudah diakui dunia internasional. Petugas perpustakaan di Moskow mengenal namanya, dan karyanya menjadi bahan bacaan di berbagai belahan dunia,” kenangnya.
Prestasi Achadiati Ikram juga mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia. Dalam rangka memperingati HUT ke-71 Republik Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/8/2016), Presiden Joko Widodo menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepadanya.
Penghargaan ini diberikan berdasarkan Keputusan Presiden No. 66/TK/2016, yang ditetapkan pada 10 Agustus 2016.
Sebagai filolog dan Profesor Emeritus Universitas Indonesia, Achadiati diakui atas jasanya dalam bidang kebudayaan nasional.
Perempuan kelahiran Tuban pada 30 November 1930 ini menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meraih gelar doktor dari universitas yang sama, serta dikukuhkan menjadi guru besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI), Jakarta, pada 1985. Ia belajar dari A. Teeuw, seorang pakar sastra Indonesia dari Universitas Leiden, Belanda.
Acara ini juga menjadi momentum peluncuran buku “Masa Depan Studi Naskah Nusantara: Tantangan, Transformasi, dan Harapan”, yang berisi gagasan para akademisi mengenai perkembangan dan tantangan filologi di era modern.
Hadir dalam acara ini sejumlah akademisi, mahasiswa, serta pencinta filologi, baik secara luring maupun daring. Beberapa akademisi yang turut memberikan testimoni tentang Achadiati antara lain Oman Fathurahman, Mukhlis Hadrawi, Annabel Teh Gallop, Mu’jizah, Trisna Kumala Satya Dewi, dan Manneke Budiman.
Melalui kegiatan ini, dedikasi dan kiprah Achadiati Ikram diharapkan dapat terus menginspirasi generasi penerus dalam menjaga serta mengembangkan warisan keilmuan Nusantara.