Sedang Membaca
Ketika Santri Mengenang Kurt Cobain
Avatar
Penulis Kolom

Menyelesaikan S2 di bidang Ilmu Bahasa Arab, UIN Sunan Kalijaga. Pernah aktif di Ikatan Muhasiswa Muhammadiyah DIY. Saat ini selain menjadi asisten dosen Bahasa Arab di UIN Sunan Kalijaga, juga menjadi penerjemah. Tinggal di Jogjakarta.

Ketika Santri Mengenang Kurt Cobain

Hari ini tepat setengah abad kelahiran seorang legenda pembawa arus musik baru era 90-an. Kurt Donald Cobain.

Ia memang telah berhenti untuk mengadakan live concert sejak 26 tahun yang lalu. Tapi, musik dan lirik lagunya masih hidup, bahkan banyak menginspirasi musisi-musisi yang hari ini cukup berkarakter. Sebut saja band sekelas Muse, Seather, bahkan Patti Smith’ God Mother’ musik punk pun mengakui bahwa lelaki asal Seatle itu membawa udara baru bagi musi dunia kala itu.

Kerendahan hati dan ketulusannya dalam menyuarakan aspirasinya lewat musiklah yang membuat lagu-lagu Kurt masih berirama hingga saat ini.

Ia sosok yang rendah hati meskipun tak sedikit dari media mainstream yang berusaha merayunya menjadi King of Rock kala itu. Bahkan, ia sempat berkeinginan agar ia tak ingin disaksikan banyak orang.

Ia hanya ingin bermain di belakang panggung, asalkan lagunya tetap bisa dinikmati orang-orang. Mungkin karena ketulusannya bermusiklah yang menjadikannya satu-satunya band rock yang mampu menggeser album King of Pop di billboard kala itu.

Di haul setengah abadnya ini, kiranya lebih bijak kita kembali memetik butiran-butiran hikmah yang tercecer di lirik-lirik lagunya. Kurt menyiratkan tentang nafsu manusia yang tiada habisnya dalam lagunya yang berjudul Polly.

“Polly wants a cracker, or maybe she would like more food. She ask me to untie her, a chase would be nice for a few.”

Polly yang Kurt gambarkan dalam potongan lirik tersebut sebagai lakon yang tak pernah kenyang akan nafsunya, mulanya diberi biskuit, eh malah minta banyak makanan. Bahkan, untuk memenuhi nafsunya Polly pun meminta untuk dilepaskan ikatan akal sehatnya, demi sama-sama mengejar nafsu bersama beberapa pemburu nafsu.

Baca juga:  Mengenang Ki Seno, The Master of Bagong

Pada lirik yang lain, Kurt menggambarkan betapa hidup ini harus tetap optimis, meskipun kita diangggap sebagai orang asing, sekalipun yang kita punya hanyalah sebatang lilin. “I’m not like them, but I can’t pretend. The sun is gone, but I have a light”.

Dari lirik lagu yang diberi judul ‘Dumb’ tersebut, Kurt sekali lagi ingin mengubah pola pikir kita untuk selalu tetap berjuang, berfikir positif, dan tetap optimis dalam menjalani hidup ini, meskipun yang kita punya hanyalah seberkas cahaya, kendati mentari tak lagi menghangati langkah kita.

Terakhir, Kurt menunjukan kita cara termudah untuk menemukan Tuhan. “Light my candle, coz in a daze I’ve found God”. Potongan lirik lagu yang ia beri judul ‘Lithium’ tersebut mengisyratkan bahwa hanya dalam keadaan sunyi seorang diri lagi tak sadarlah kita akan menemukan Tuhan. Mungkin inilah alasan kenapa Nabi Musa tidak sadar saat Allah bertajalli padanya di bukit Sinai. Mengapa?

Karena, menurut Kurt, kita hanya akan menemukan Tuhan, kala kita tak sadarkan diri oleh cahaya-Nya yang begitu tinggi, sedangkan yang kita punya hanyalah sebatang lillin sunyi.

Masih banyak lagi hikmah-hikmah yang bisa kita teguk dari segarnya lirik-lirik yang Kurt Cobain pernah ia ciptakan. Namun, satu pesan yang terpenting darinya ialah: “They laugh at me because I’m different, and I’m laugh at them coz they all the same”. Atau dalam istilah santrinya lebih dikenal dengan خالف تعرف. Berbedalah, maka kau akan dikenal. Rest in Peace Kurt Donald Cobain.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
4
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top