Sedang Membaca
Stop Membeli Buku Bajakan!
Sam Edy Yuswanto
Penulis Kolom

Penulis lepas bermukim di Kebumen.

Stop Membeli Buku Bajakan!

Maraknya penjualan buku-buku bajakan di negeri ini tentu sangat meresahkan sekaligus merugikan para penulis dan penerbit buku. Bayangkan saja, penulis telah susah payah mengerahkan segenap pikiran dan tenaganya untuk melahirkan karya-karya yang bagus dan bermanfaat, tapi ketika bukunya terbit dan beredar di toko buku di seluruh Indonesia, ternyata ada pihak-pihak tak bertanggungjawab yang ingin membajak buku tersebut, lalu menjualnya dengan harga sangat murah.

Bagi para pembaca (masyarakat) awam yang tak begitu tahu menahu tentang dunia perbukuan, tentu mereka akan mudah tertipu dan akhirnya membeli buku-buku bajakan tersebut. Namun, lain persoalan bila yang membeli adalah orang yang mengerti buku, para penulis misalnya, maka akan dengan mudah bisa mengetahui buku yang asli (original) dan yang bajakan.

Dulu, saya pernah mengalami sebuah kejadian tak mengenakkan saat meminjam buku kepada seorang teman. Saya masih ingat, waktu itu meminjam novel berjudul Maryamah Karpov karya Andrea Hirata, penulis novel laris Laskar Pelangi yang juga telah sukses difilmkan. Begitu tiba di rumah, saya merasa curiga karena buku tersebut sangat buruk kualitasnya. Kertasnya tipis, cover bukunya juga agak blur seperti fotocopy-an. Setelah diselidiki, ternyata buku tersebut bajakan. Saya pun tak jadi membacanya. Saya tak tega dengan penulisnya yang telah susah payah berkarya. Intinya, saya tak mau membaca buku bajakan. Akhirnya, saya pun mengembalikan buku tersebut kepada teman saya.

Baca juga:  Kitab Sunda ‘Al-Risalah Al-Nafisah’ Karya Kiai Abdurrohim: Pemahaman Seputar Najis

Merugikan Penerbit

Selain penulis, kerugian besar juga dirasakan oleh pihak penerbit yang telah susah payah menggaji orang-orang yang ikut membantunya menerbitkan buku. Misalnya, para layouter, editor, bahkan penerjemah (bila buku tersebut merupakan karya terjemahan) dan lain sebagainya. Pihak penerbit tentu akan mengalami kebangkrutan yang sangat besar ketika buku-buku terbitannya dibajak lantas menjualnya ke khalayak dengan harga murah.

Ironisnya, ada beberapa toko buku yang sudi menampung buku-buku hasil bajakan tersebut. Bahkan, saat ada acara bazar atau pameran buku di kota saya, ada stand khusus yang menjual buku-buku bajakan dengan begitu bebasnya. Buku-buku yang biasanya dibajak adalah buku-buku best seller atau buku yang sedang laris manis di pasaran. Misalnya buku karya Asma Nadia, Andrea Hirata, Boy Candra, dan lain sebagainya.

 

Cara Membedakan Buku Asli dan Bajakan

Salah satu cara untuk memutus mata rantai para pengedar buku-buku bajakan adalah dengan tidak membelinya. Berilah pemahaman kepada keluarga, teman dan para sahabat yang memiliki hobi membaca dan membeli buku, agar berhenti alias setop membeli buku-buku bajakan. Lantas, bagaimana caranya membedakan buku yang asli dengan buku hasil bajakan?

Mengutip blog bukupedia.com ada 5 ciri untuk mengenali buku-buku bajakan. Pertama, harga lebih murah dari harga resmi yang dijual di toko buku. Oleh karena itu, tiap hendak membeli buku, ada baiknya cek terlebih dahulu akun media sosial penerbit buku tersebut, untuk melihat daftar harganya. Biasanya setiap penerbit memiliki beberapa akun media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook. Silakan follow akun media sosial berbagai penerbit agar kita bisa selalu update dengan buku-buku terbaru sekaligus mengetahui harga-harganya.

Baca juga:  Beragama dan Tertawa Bersama Nasruddin Hodja

Kedua, kualitas sampul atau cover buku tidak bagus. Biasanya terlihat buram seperti fotocopy-an, sementara buku asli itu biasanya memiliki kertas cover lebih terang dan licin. Ketiga, tidak disegel. Atau disegel tapi ketika diperhatikan dengan teliti akan tampak buruk kualitas kertas sampul tersebut. Keempat, format cetakannya ada yang miring alias tidak tercetak rapi. Kelima, kertasnya buram. Mengapa kertas buku bajakan tipis dan buram? Karena dicetak dengan harga murah, maka kualitasnya pun dipilih yang buruk dan murah. Makanya, buku tersebut pun dijual murah, biasanya separuh harga (bahkan lebih) dari harga buku aslinya yang memiliki kualitas kertas dan cetakan bagus.

Selain berusaha mengenali kelima ciri-ciri tersebut, diperlukan kesadaran yang tinggi bagi kita, para penikmat buku, agar jangan sampai tergoda dan terjebak membeli buku-buku bajakan yang harganya sangat murah tersebut. Seandainya kita belum mampu membeli buku-buku asli, alangkah lebih baik bila kita mengunjungi perpustakaan daerah. Atau bisa juga membeli buku secara patungan dengan beberapa teman. Membeli buku patungan atau iuran bersama teman-teman, tentu akan lebih terasa ringan di ongkos dan bisa menjadi budaya yang positif.

Sering mendatangi acara pameran atau bazar buku juga dapat dijadikan sebagai alternatif. Karena biasanya, di acara tersebut banyak sekali buku-buku asli dari berbagai penerbit yang dijual dengan harga diskon dan sangat terjangkau. Bahkan ada buku asli yang diobral 10 ribuan. Memang biasanya, buku-buku yang diobral itu bukan termasuk buku baru. Tapi hal ini tentu dapat dijadikan pilihan, daripada membeli buku-buku bajakan yang sangat merugikan penulis dan penerbit. Buku-buku asli (original) yang dijual dengan harga diskon tinggi tersebut biasanya buku-buku sisa di berbagai penerbit yang tidak habis terjual di toko-toko buku, sehingga akhirnya diobral di acara bazar buku.

Baca juga:  Sejarah Gus Dur Muda di Kairo: Buku, Film hingga Politik

Kerjasama dengan Pihak Kepolisian

Langkah selanjutnya untuk memberantas buku-buku bajakan yang semakin hari kian meresahkan adalah dengan melaporkannya ke pihak kepolisian. Usut sampai tuntas para pelaku pembajak buku. Telusuri mulai dari toko buku yang menyediakan buku-buku bajakan. Siapa pengepulnya, dan seterusnya. Terkait hal ini, pihak penulis bisa bekerja sama dengan para penerbit untuk bersama-sama mengusut dan melaporkannya kepada pihak berwajib.

Bila pihak yang berwajib benar-benar serius mengusut pengedaran buku-buku bajakan dan langsung menindak tegas pelakunya, saya yakin praktik pembajakan buku di negeri ini akan semakin berkurang, bahkan suatu hari nanti akan musnah dengan sendirinya. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top