Mata dunia sedang tertuju pada hari dimana seharusnya hari itu menjadi peringatan semesta bahwa Palestina masih ada, dan butuh bantuan warga dunia. International Quds Day yang diperingati tiap jumat terakhir bulan Ramadan, atau bertepatan 7 Mei lalu rupanya malah menyisakan duka bagi rakyat Palestina. Hari itu, Israel lagi-lagi melakukan penggusuran paksa di distrik Syekh Al-Jarrah, Yerusalem Timur. Mengusir warga dan merampas rumah-rumah mereka.
Tak hanya itu, penggusuran paksa yang dilakukan oleh IDF (Israeli Defence Force) tersebut tidak hanya terjadi di Syekh Jarrah. 2 hari kemudian, tepatnya 9 Mei 2021 mereka melakukan penyerangan mendadak ke Masjid Al-Aqsa. Mereka memaksa jamaah yang sedang shalat tarawih untuk keluar dari masjid, dan meminta wilayah Yerusalem Timur dikosongkan dari warga Israel. Padahal menurut mandat Resolusi 181 DK PBB tahun 1947, sebagai wilayah Special International Regime, Yerusalem harusnya bebas dari agresi militer apapun. Tak hanya mengusir dan menggusur, dari beberapa klip video yang dilansir oleh media “Eye On Palestine”, terjadi tindak kekerasan fisik Tentara IDF terhadap warga Palestina yang menolak pindah. Bahkan beberapa diantaranya adalah wanita dan anak-anak.
Ketika mata dunia sedang tertuju pada kekejaman Israel ini, PM Israel Benjamin Netanyahu rupanya malah melakukan Playing Victim dan Justifikasi atas tindakan IDF tersebut. Hal itu dilontarkan dalam tweet-nya yang ia unggah tanggal 11 Mei 2021 (sehari setelah peringatan Jerusalem Day bagi rakyat Israel) dalam akun pribadi twitter-nya yang berbahasa Arab. tentunya ini juga secara tidak langsung menggulirkan bola api kepada negara-negara liga Arab (yang masih konsisten membela Palestina), yang artinya kurang lebih demikian :
“Yerusalem seutuhnya dan selamanya adalah ibukota Israel. Kami akan terus melakukan pembangunan disana beserta distrik-distriknya. Sebagaimana bangsa lain membangun dan merawat Ibukotanya. Ini sudah jadi wewenang yang wajar bagi sebuah negara yang punya pemerintahan, kami tak akan lengah dari hal itu, kami akan terus melanjutkannya”.
Tentu saja, cuitan ini mengundang emosi banyak pendukung Palestina. Bahkan mungkin juga pengamat hubungan internasional. Secara konstitusi internasional, Yerusalem adalah Special International Regime. Wilayah internasional dibawah pengawasan PBB. kendati demikian, langkah gila Netanyahu ini dilakukan guna meyakinkan negara – negara lain untuk mengikuti jejak AS, Honduras, Guatemala, Paraguay, dan Nauru dalam menyetujui usulan pemindahan ibukota Israel dari Tel Aviv Ke Yerusalem. Sehingga, meskipun secara resmi cuitan Netanyahu melanggar kesepakatan internasional, namun memiliki back-up pengaruh politik yang cukup besar.
Sebagai bentuk penolakan, banyak orang-orang terkemuka di dunia Arab yang secara terang – terangan menyerang tweet ini dengan berbagai style. Ali Ahmed misalnya, sastrawan asal Qatar ini mengunggah syair gubahannya sebagai kritik atas cuitan Netanyahu. Dalam syairnya, Ahmed menyebut bahwa Netanyahu tak ubahnya seorang “abang-abang tongkrongan” yang tidak berpendidikan, tak menghargai konstitusi internasional, dengan congkaknya head to head dengan DK PBB.
Kurang lebih beginilah replay dari Ali Ahmed:
أنت بهذةالتغريدة يانتنياهو
تتصرف(كزعيم عصابة(
وليس كرئيس حكومة
وتديرظهرك للقرارات
الدوليةوالأمميةالصادرة
عن مجلس الأمن ذات
الصلةبالقضيةالفلسطينية
ينبغي أن تثبت للعالم
أنك تحترم القانون الدولي
لأن الديمقراطية التي تتباهى
بهاأساسهاإحترام القانون
وليس التصرف بإسلوب
)قطاع الطرق(
Artinya :
“Netanyahu, tweet ini menunjukkan bahwa levelmu kini adalah seorang “abang-abang tongkrongan”
Bukan lagi seorang pemimpin negara.
Kau telah menutup mata dari kesepakatan masyarakat internasional
yang telah diterbitkan oleh Dewan Keamanan PBB, yang bicara soal masalah Palestina.
Harusnya kau buktikan di hadapan dunia, bahwa kau menghargai kesepakatan Internasional.
Kau sudah membual soal asas-asas demokrasi ! Patuhi Aturan mainnya ! jangan sembunyikan gaya perampokmu itu !”
Yang menarik dari replay tweet tersebut adalah penyetaraan seorang Netanyahu, Perdana Menteri Israel dengan”Zaim Ishabah”, pemimpin kelompok kecil. Atau penulis terjemahkan sebagai “abang-abang tongkrongan”. Disini, Ahmed ingin memberitahu pada warga dunia, terutama follower–follower-nya bahwa Netanyahu : Pertama, Seperti orang yang tidak berpendidikan. Seluruh dunia juga tahu, Resolusi 181 menyebutkan bahwa Yerusalem secara De-Jure bukan milik Palestina maupun Israel. Yerusalem adalah kota internasional yang berada di bawah pengawadan PBB. artinya, yang boleh menjaga keamanan disana hanyalah Pasukan Khusus DK PBB. Memasukkan pasukan militer negara tertentu kedalamnya sebenarnya adalah pelanggaran hukum internasional. Sebagai orang yang berpendidikan, harusnya Netanyahu tahu hal itu. Namun karena ia tak mengindahkannya, ini menandakan Netanyahu tidak memiliki mental yang terdidik sebagai seorang politisi yang patuh terhadap hukum.
Kedua, Israel itu sebenarnya bukan negara yang besar, ia hanya “Isabah” (Kelompok kecil). Negara besar mana yang rela menghancurkan reputasinya dengan melukai dan menyiksa wanita dalam konflik yang sedang ia jalani. Ketiga, menggunggah cuitan yang demikian tak menandakan seseorang layak barada di jabatan PM. Karena PM tahu ada jalur yang semestinya ia tempuh untuk mewujudkan rencana politik yang ia idam-idamkan. Tweet ini kemungkinan besar adalah sebuah kesengajaan untuk menyulut emosi negara-negara pro Palestina, dan usaha Netanyahu untuk memperkuat posisi politiknya di mata dunia dalam merebut Yerusalem.
Tak hanya itu, masih banyak tokoh – tokoh terkenal yang “menjegal” langkah Netanyahu ini. Karena selain melanggar hukum, pernyataan ini bisa dianggap sebagai hoax yang menjerumuskan masyarakat luas. Namun disamping itu semua, komunitas muslim seluruh dunia sedang berjuang dari berbagai aspek untuk membantu saudara –saudara di Palestina. Mulai dari aksi solidaritas, donasi, hingga upaya – upaya edukasi dan diplomasi terus dilakukan. Semoga semuanya membawa dampak yang positif bagi perjuangan Palestina.