Muhammad Alwi Hasan
Penulis Kolom

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

Benarkah Taliban Lebih Moderat?

Taliban

Afghanistan adalah negara Graveyard of Empires sebuah negara yang menjadi kuburan bagi imperium-imperium besar seperti Uni Soviet dan Amerika Serikat yang mencoba menguasai negara itu. Mereka selalu gagal dan tidak pernah lama dalam menjajahnya, hal ini karena perlawanan yang terus dilancarkan tanpa lelah oleh rakyat Afghanistan.  Salah satu faksi terkuat dalam melakukan perlawanan terhadap imperium tersebut adalah Taliban.

Kemunculan Taliban tidak lain karena pengaruh kuat madrasah yang ada di Afghanistan. Peran madrasah sendiri di Afghanistan tidak sekedar menjadi lembaga pendidikan Islam akan tetapi madrasah di Afhganistan menjalankan fungsi-fungsi yang mampu mempersatukan kelompok sosial dan beragam etnis (Asghor, 2021).

Tercatat dalam sejarah, bahwa Taliban mampu menguasai Afghanistan pada tahun 1996-2001. Awal berkuasanya Taliban disebabkan karena perpecahan dan degradasi akhlak yang terjadi dalam tubuh kelompok Mujahadin, salah satu faksi yang berkuasa di Afghanistan. Hal ini yang membangkitkan keinginan Mullah M Omar, salah satu petinggi Taliban untuk memperbaiki situasi tersebut.

Selama kurun waktu enam tahun tersebut, Taliban menjalankan roda pemerintahan dengan aturan religius sangat ketat dan cenderung konservatif. Salah satunya adalah kebijakan mengenai hak anak dan perempuan, mereka memaksa perempuan untuk berhenti dari pekerjaan mereka dan menutup universitas-universitas bagi perempuan.

Kedudukan perempuan di Afghanistan pada masa pemerintahan Taliban begitu penuh perjuangan. Saat itu, perempuan tidak memiliki tempat dalam kehidupan luar, baik dalam ranah pendidikan, karir, dan politik. Akibatnya dalam pendidikan misalnya, hanya 14 %  perempuan yang terpelajar dan hanya 4 % hingga 5 % perempuan yang dapat membaca di daerah pedesaan Afghanistan (Mahmudi, dkk., 2021).

Baca juga:  Membaca Kembali Sejarah Islam di Spanyol

Setelah enam tahun berkuasa rezim Taliban mengalami keruntuhan, akibat invasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat yang pada waktu bersekutu dengan aliansi Utara, yang dahulu aliansi ini berisi sebagian dari rakyat Afghanistan yang disebut Mujahidin, mampu mengalahkan Taliban dan menduduki kota Kabul pada bulan desember 2001. Kemudian setelah runtuh Taliban bergerak secara sembunyi-sembunyi atau bawah tanah.

Namun, setelah lebih dari 2 dekade, Taliban kembali menguasai Afghanistan pada tanggal 15 Agustus 2021 kemarin. Taliban sendiri berhasil merebut kembali Afghanistan karena gagalnya Amerika Serikat dalam menguasai negara tersebut. Ini karena Amerika Serikat telah mengalami banyak kerugian, bahkan baru-baru ini sampai dari USS 88 milliar (Rp1,2 Kuadriliun), yang digelontorkan AS untuk membiayai keamanan Afghanistan lewat rezim bonekanya Ashraf Ghani (Nainggolan, 2021).

Berkuasanya kembali Taliban telah mengakibatkan dunia internasional tercengang. Banyak yang beranggapan bahwa Taliban akan kembali menerapkan peraturan-peraturan yang konservatif seperti halnya pada tahun 1996-2001. Namun, ada yang beranggapan bahwa Taliban akan membawa perdamaian secara perlahan di Aghanistan karena sifat mereka yang mulai inklusif.

Janji Taliban Agar Lebih Moderat

Dalam konferensi pers yang dilakukan pada tanggal 17 Agustus 2021atau tepatnya dua hari setelah menaklukkan Kota Kabul – melalui juru bicaranya (Zabihullah Mujahid), Taliban berjanji untuk bersikap moderat dibanding kan ketika berkuasa pada 1996 – 2001. Setidaknya ada lima janji Taliban untuk rakyat Afghanistan.

Baca juga:  Iklan Majalah Adzan: Bukan Berkumandang, Tapi Berhadiah

Pertama, Taliban akan menghormati hak perempuan sehingga kaum perempuan akan diperbolehkan untuk bekerja dan belajar walaupun Taliban akan menentukan peraturan terkait pelaksanaannya.

Kedua, Taliban akan memberikan ampunan bagi seluruh pihak, termasuk pada pihak -pihak yang melawan mereka, seperti pejabat pemerintah, ataupun angkatan bersenjata.

Ketiga, Taliban akan menjamin keamanan bagi kedutaan ataupun organisasi asing. Taliban menjamin keamanan seluruh pihak, termasuk pemerintahan, organisasi asing, dan kantor maupun pegawai kedutaan besar.

Keempat, Taliban menjanjikan bahwa Afghanistan tidak akan dipakai untuk melawan negara lain ataupun melakukan tindakan terorisme. Ini merupakan kesepakatan utama antara Amerika serikat dan Taliban. Pada tahun lalu.

Kelima, Taliban akan mengakhiri industri narkotika di Afghanistan, yang menjadi salah satu pusat dunia untuk produksi dan perdagangan obat – obatan terlarang, seperti heroin (Mahmudi, dkk., 2021).

Pergeseran sikap Taliban yang mengarah pada moderasi dan menjalin hubungan yang lebih terbuka tentu bagi dunia internasional disikapi dengan positif, mereka beranggapan bahwa Taliban sekarang akan membawa Afghanistan yang lebih baik lagi.

Pengalaman masa lalu mengajarkan bahwa Taliban 2021 harus bersikap moderat agar rakyat tidak merasakan ketakutan pada Taliban yang bisa menyebabkan ekonomi Afghanistan tidak berjalan dengan baik (Machmudi, dkk., 2021). Dan tentunya peran bagi negara-negara Islam sangat penting, agar terus mengawal dan mendialogkan agar Taliban mampu dan benar-benar merealisasikan sikap moderatnya.

Baca juga:  Warga Akademik dan Keterikatan Teks

Peran Indonesia dalam Mengawal Moderasi Taliban

Walaupun Taliban telah berjanji untuk bersikap lebih moderat, bukan berarti Indonesia tidak bisa berbuat banyak lagi untuk Afghanistan. Pada tahun 2019 lalu wakil presiden RI -melalui M. Jusuf Kalla – mengundang Taliban untuk berdialog dan menunjukkan moderasi Islam yang dilakukan di Indonesia.

Hal semacam ini, tentu bisa dilakukan sekarang untuk mengawal kemoderatan Taliban, mengingat wakil presiden sekarang adalah seorang Ulama (KH. Ma’ruf Amin). Dan juga banyaknya organisasi Keislaman di Indonesia yang memiliki asas Kemoderatan seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan organisasi Islam lainnya. Tentu akan menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memainkan perannya di kancah perdamaian internasional (Machmudi, dkk., 2021).

Prinsip Islam Wasathiyah, yang telah diterapkan di Indonesia akan mudah diterima oleh Taliban maupun dunia internasional. Karena Indonesia sendiri telah membuktikan dengan mayoritas berpenduduk Muslim, Indonesia mampu menjaga dan saling menghargai Umat beragama,  tanpa adanya konflik – konflik antar saudara yang berkepanjangan.

Peran dunia Islam memang sangat penting bagi Taliban mengingat Afghanistan adalah negara produk kontestasi kekuatan Global dalam Proxy War. Selama ini peranan organisasi – organisasi Muslim dunia dirasa kurang dan tidak berdaya untuk mengambil inisiatif dan berperan mendamaikan saudaranya yang berkonflik sejak lama di kawasan Timur Tengah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top