
Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi pilihan favorit banyak orang, saya kira ayat kelima dari surat al-Insyirah merupakan salah satunya. Ayat yang berbunyi “sesungguhnya beserta setiap kesulitan terdapat kemudahan” itu menunjukkan kepada kita semua bahwa bersamaan dengan datangnya kesulitan, pasti ada kemudahan yang mengiringinya.
Bahkan, Rasulullah sendiri menegaskan ada lebih banyak solusi dibandingkan jumlah masalah yang kita hadapi. “Bergembiralah kalian semua. Telah datang kemudahan kepada kalian. Dan satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan,” demikian kata Nabi pada sebuah kesempatan.
Surat al-Insyirah masuk pada kategori makkiyah. Yakni surat yang turun sebelum Nabi hijrah menuju Madinah. Ia terdiri dari 8 ayat. Selain disebut dengan surat al-Insyirah, ia disebut juga dengan surat Alam Nasyrah (berdasarkan ayat pertama surat tersebut), dan surat as-Syarh.
Menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul, surat al-Insyirah turun karena Allah hendak melapangkan dada umat Islam setelah sebelumnya mereka mendapat ejekan dari orang-orang musyrik perihal kemiskinan yang mereka alami.
Pembahasan mengenai surat al-Insyirah tentu saja telah banyak dilakukan oleh para ulama terdahulu. Namun, ada satu ulama lokal yang menulis kitab khusus mengenai surat al-Insyirah ini. Beliau adalah KH. Muhammad Afif Zuhri, seorang mursyid tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah asal Demak, Jawa Tengah.
Dalam kitabnya yang berjudul al-Qalbu al-Munsyarah fi Tafsir wa Fadhail Alam Nasyrah, beliau tidak hanya menjelaskan tafsir surat al-Insyirah menurut pendapat para ulama terdahulu melainkan juga menjelaskan keutamaannya dari sisi ilmu hikmah.
Al-Qalbu al-Munsyarah fi Tafsir wa Fadhail Alam Nasyrah tuntas ditulis pada tahun 2025. Ia hadir dengan tebal 67 halaman. Penulisnya membuka pembahasan kitab tersebut dengan menjelaskan manfaat dan keutamaan al-Qur’an secara umum.
Untuk menjelaskan kedua hal di atas (manfaat dan keutamaan), penulis mengutip informasi yang bertebaran dalam khazanah Islam mulai dari al-Qur’an, hadis Nabi, hadis Qudsi, pendapat para sahabat dan para ulama.
Informasi terkait hadis-hadis yang menjelaskan manfaat dan keutamaan ini juga bisa kita temukan dalam kitab-kitab lain. Sebagai contoh, hadis yang menjelaskan tentang kedudukan para pembaca al-Qur’an—baik yang mahir maupun terbata-bata, dapat kita temukan juga dalam at-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi.
Sementara itu, informasi mengenai penafsiran surat al-Insyirah di dalam kitab ini bersumber dari tiga kitab tafsir induk yakni Tafsir at-Thabari, Tafsir al-Qurthubi, dan Tafsir Ibnu Katsir. Pada ayat kedua surat al-Insyirah misalkan, penulis mengutip penafsiran Imam at-Thabari dan Imam Ibnu Katsir.
Uniknya, selain mengutip pendapat para mufassir, penulis juga mengutip pendapat para ulama baik lokal maupun internasional untuk menjelaskan faedah membaca al-Qur’an secara umum dan membaca surat al-Insyirah secara khusus.
Pada halaman 16 kita akan menemukan pendapat Kiai Banhaji yang berasal dari Waturoyo, Pati perihal keutamaan membaca al-Qur’an. Kata beliau: “Barangsiapa membaca al-Qur’an dengan melihat pada mushaf mulai dari awal hingga akhir setiap bulannya, maka dia akan diselamatkan oleh Allah dari kebutaan. Sebaliknya, seseorang yang tidak pernah membaca al-Qur’an sampai khatam dengan melihat pada mushaf sekali seumur hidupnya, dia akan mendapat ujian berupa kebutaan di akhir hayatnya.”
Sedangkan pada halaman 36 kita akan menemukan pendapat Imam al-Ghazali terkait keutamaan membaca surat al-Insyirah. Kata Imam al-Ghazali, bagaimana mungkin seseorang yang mendapat ujian dari Allah berupa kefakiran tidak membaca surat al-Insyirah sama sekali.
Adapun sisi hikmah dari surat al-Insyirah dijelaskan oleh kitab ini dengan cara mengemukakan faedah dan manfaat apa saja yang akan diperoleh seseorang ketika rutin membaca surat al-Insyirah.
Menurut kitab ini, setidaknya ada 7 kekhususan bagi orang-orang yang rutin membaca surat al-Insyirah, yakni:
- Allah memudahkan rezeki orang yang membaca surat al-Insyirah, melapangkan dadanya, dan menghilangkan segala kesulitan yang dialaminya.
- Allah memudahkan segala urusannya, menghapuskan kesusahannya, dan memberikan rezeki kepadanya dengan cara yang tak terduga.
- Allah mendatangkan kekayaan baik secara materi maupun non materi bagi para pembaca surat al-Insyirah secara sempurna.
- Allah akan memenuhi kebutuhan hidup seseorang yang rutin membaca surat al-Insyirah.
- Anak yang dibacakan surat al-Insyirah akan menjadi anak yang bertakwa, salih, dan memperoleh ilham kebaikan.
- Allah akan memberi pemberian laduni yang khusus diberikan hanya kepada orang-orang yang membaca surat al-Insyirah.
Dalam halaman lain turut dijelaskan pula bahwa surat al-Insyirah mampu mendinginkan hati, menghilangkan kesedihan, dan kesusahan hati pembacanya. Dijelaskan juga bahwa barangsiapa membacanya, maka akan memperoleh kemudahan di setiap urusannya, dilancarkan rezekinya, diangkat derajatnya, dan dibuat terang hatinya.
Al-Qalbu al-Munsyarah fi Tafsir wa Fadhail Alam Nasyrah ditulis dengan bahasa Arab yang padat dan rapi sehingga mudah dipahami oleh pembaca non-arab. Sesekali, penulisnya menyisipkan pendapatnya dalam bentuk syair seperti contoh di bawah ini:
اِذَا ضَاقَتْ بِكَ الدُّنْيَا فَكُنْ فِي # قِرَاءَتِهِ اِنْشِرَاحٍ كُنْتَ تَفْرَحُ
فَعُسْرُكَ زَالَ جَاءَ لَدَيْكَ يُسْرٌ # مَتَى تَقْرَأُ فَقَلْبُكَ دَامَ يَفْرَحُ
وَذِكْرُكَ تُرْفَعُ دُنْيََا وَأُخْرًى # بِبَرْكَةِ سُوْرَةِ الشَّرْحِ فَتُشْرَحُ
Artinya: “Jika dunia terasa sempit bagimu, bacalah surat al-Insyirah. Niscaya kamu akan merasakan kebahagiaan. Lalu kesulitanmu hilang dan datang kepadamu kemudahan. Sewaktu-waktu kamu membaca surat al-Insyirah, maka hatimu selalu bahagia. Kedudukanmu diangkat baik di dunia maupun di akhirat. Berkat membaca surat al-Insyirah dadamu dilapangkan.”
Kitab ini cocok digunakan untuk kajian selama bulan Ramadhan karena jumlah halamannya tidak terlalu banyak. Selain memberikan informasi perihal makna yang terkandung di dalam surat al-Insyirah, kitab ini juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamalkan surat tersebut dalam kehidupan sehari-hari disertai dengan ijazah sanad yang diberikan oleh penulisnya.
Jika dirunut ke atas, ijazah tersebut sampai kepada Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki (seorang ulama Mekkah yang menjadi guru bagi para ulama di Jawa) hingga kepada Syaikh Muhammad Haqqi an-Nazili penulis kitab Khazinatul Asrar.
Meminjam istilah Sam D. Gill dalam Non-Literate Tradition and Holy Books, menurut saya kitab Al-Qalbu al-Munsyarah fi Tafsir wa Fadhail Alam Nasyrah berhasil menunjukkan dua aspek yang dimiliki oleh kitab suci di mana setiap kitab suci—termasuk al-Qur’an, memiliki aspek informatif dan performatif.
Aspek informatif merujuk pada pesan-pesan dan informasi apa saja yang terkandung dalam kitab suci. Sementara aspek performatif merujuk pada bagaimana kitab suci itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti ketika seseorang menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai obat pelipur lara atau petunjuk untuk memenuhi kebutuhan mendesaknya.
Dalam kitab ini, aspek informatif surat al-Insyirah dapat kita lihat pada informasi yang disajikan oleh para mufassir terkait makna surat tersebut. Sementara aspek performatif surat al-Insyirah dapat kita lihat pada faedah apa saja yang diperoleh seseorang ketika rutin mengamalkannya.