Sebelum Rasulullah Saw tiba di Madinah, sudah ada beberapa orang yang memeluk agama Islam dan mendakwahkannya, di mana kelompok ini kemudian dikenal dengan Kaum Anshar. Sehingga pada waktu Rasulullah Saw hijrah dari Mekah ke Madinah, masyarakat Madinah pada waktu itu terdiri dari masyarakat yang begitu plural. Di dalamnya terdapat kelompok yang sudah memeluk Islam, kemudian ada kelompok Yahudi yaitu Bani Nadhir dan Bani Quraizhoh serta kelompok bangsa Arab yang belum memeluk Islam.
Terhadap kelompok-kelompok tersebut, Rasulullah Saw terus berusaha mendakwahkan agama Islam. Hal itu dilakukan oleh Rasulullah Saw bukan hanya sebatas beliau sebagai utusan Allah Swt untuk mendakwahkan Islam. Tetapi juga karena respon mayoritas masyarakat Madinah yang menyambut baik, atas kehadiran beliau dan umat Islam di Madinah.
Dakwah Rasulullah Saw sendiri pada dasarnya adalah aktualisasi imani, yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan, dalam bidang kemasyarakatan yang dilakukan secara teratur. Untuk mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan bertindak masyarakat Madinah dengan menggunakan cara tertentu.
Rasulullah Saw berusaha meletakkan dasar-dasar eksistensi ajaran agama Islam, dengan menanamkan nilai-nilai persamaan, keadilan, persatuan, perdamaian, kebaikan, keindahan dan toleransi sebagai penggerak pengembangan masyarakat pada waktu itu. Dengan membebaskan kehidupan masyarakat dari sistem perbudakan menuju kemerdekaan. Dalam hal ini, Rasulullah Saw menyampaikan kritik sosial atas penyimpangan yang terjadi di dalam masyarakat Madinah, dalam rangka mengemban tugas Nahi Munkar. Dan memberi alternative atas kemacetan sistem yang berlaku, dalam rangka melaksanakan Amar Ma’ruf.
Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw tersebut, mendapat sambutan yang beragam. Ada yang menerima, kemudian masuk Islam dan ada pula yang menolak secara diam-diam, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok yahudi yang tidak senang atas kehadiran Nabi Saw dan umat Islam.
Penolakan kelompok Yahudi secara diam-diam dan tidak berani berterus terang menentang Rasulullah Saw, semakin menjadi ketika mereka menyaksikan perkembangan agama Islam yang didakwahkan oleh Rasulullah Saw semakin pesat. Seakan-akan jalan untuk mencapai kemenangan telah terhampar datar, apalagi ketika sekutu mereka yaitu suku Aus dan Khazraj ikut memeluk Islam.
Orang-orang Yahudi sendiri sebenarnya sudah mengetahui tentang kehadiran sosok Nabi baru, yang dalam kepercayaan mereka jika Sang Nabi datang, mereka akan memperoleh kemenangan dalam menghadapi lawan-lawannya. Mereka menduga bahwa Sang Nabi yang dijanjikan adalah seorang Yahudi, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab perjanjian lama dan sebagaimana lazimnya nabi-nabi yang mereka kenal sebelumnya.
Setelah diam-diam menentang dakwah Rasulullah Saw, mereka pada akhirnya menggalang koalisi dengan kelompok kafir Quraisy Mekah untuk menghancurkan dakwah Rasulullah Saw di Madinah. Dari sinilah kemudian terjadi beberapa peperangan antara kaum muslim Madinah dengan para penentang dakwah Rasulullah Saw. Perang pertama yang menentukan Islam menjadi agama dan peradaban baru adalah Perang Badar, yang terjadi pada 8 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah. Di mana Nabi Saw dan 305 muslim keluar kota dengan membawa perlengkapan seadanya. Tepatnya 120 kilometer dari Madinah, yaitu di daerah Badar, pasukan Nabi Saw bertemu dengan pasukan Quraisy yang jumlahnya sekitar 900 sampe 1000 pasukan. Dengan izin Allah Swt, Nabi Saw dan pasukannya berhasil memenangkan pertempuran ini.
Beberapa tahun kemudian, pihak Quraisy dari Mekah menyerang pihak Nabi Saw di Madinah sehingga terjadi Perang Uhud dan kemudian disusul dengan Perang Khandaq. Dalam Perang Uhud, pihak Nabi Saw menderita kekalahan akan tetapi dalam Perang Khandaq, pihak Nabi Saw berhasil mengalahkan pihak Quraisy.
Walaupun dakwah Rasulullah Saw di Madinah disambut dengan baik, karena bisa menjadi penengah dan juru damai antar suku dan kelompok yang sering berkonflik di Madinah. Bukan berarti dakwah Rasulullah Saw di Madinah terbebas dari rintangan dan penentangan, oleh kelompok yang ada di dalam masyarakat Madinah, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok Yahudi.
Karena pada hakikatnya setiap dakwah dalam menyampaikan ajaran Islam yang teduh dan ramah, pasti akan mendapat rintangan dan tantangan, entah itu dari kelompok yang tidak setuju ataupun dari kelompok yang khawatir eksistensi dan kepopulerannya tergerus dengan dakwah baru yang berkembang di masyarakat. (RM)