Pada masa 1950-an, bahasa Indonesia sedang bersemi. Peristiwa terpenting terjadi di Medan: Kongres Bahasa Indonesia II. Pada 1954, orang-orang paham bahasa Indonesia berkumpul memikirkan kemajuan bahasa Indonesia. Mereka mengetahui bahasa masih muda itu terpengaruh oleh pelbagai bahasa dari Timur dan Barat.
Orang-orang di Indonesia belum gampang berbahasa Indonesia dalam keseharian. Penggunaan bahasa ibu mungkin masih menguat diselingi bahasa Indonesia dalam urusan di sekolah atau kantor. Bahasa Indonesia diramalkan bakal membesar dan menentukan kemuliaan Indonesia, setelah peristiwa 1928 dan 1945.
Bahasa Indonesia dipelajari di sekolah-sekolah dan digunakan di penerbitan surat kabar. Pidato para pejabat dan dokumen resmi pemerintah pun berbahasa Indonesia. Iklan-iklan membujuk publik menjadikan bahasa Indonesia makin berpengaruh. Pada saat berbahasa Indonesia, sekian orang mengerti kata-kata berasal dari pelbagai bahasa. Mereka berpikiran kata-kata dalam bahasa Indonesia diperoleh dari bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Pengetahuan diperoleh saat belajar di sekolah atau membaca buku-buku. Percakapan keseharian kadang memicu renungan untuk menemukan persamaan dan perbedaan bahasa-bahasa. Penggunaan kata-kata menguak asal dan pemaknaan. Pada masa 1950-an, pengaruh dari bahasa Inggris makin membesar, setelah selama ratusan tahun bahasa-bahasa di Nusantara dipengaruhi bahasa Arab. Kata-kata dari dua bahasa itu diterima dalam bahasa Indonesia, mendapat peresmian dengan masuk dalam kamus-kamus bahasa Indonesia.
Di majalah Varia, 22 Juli 1959, iklan tanpa gambar diajukan penerbit dan toko buku Mutiara, beralamat di Pasar Baru Timur 24, Jakarta. Keterangan mengandung “sombong” terpasang di bagian atas: “Penerbitan pertama kali di Indonesia.”
Di Indonesia, masa 1950-an teringat masa ramai kamus.
Kamus-kamus beragam bahasa terbit dan dipelajari. Sekolah dan pekerjaan membuat orang-orang menginginkan belajar bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain. Politik, perdagangan, dan pariwisata memicu kemunculan istilah-istilah dari pelbagai bahasa asing. Kamus-kamus tentu diperlukan.
Abd bin Nuh dan Oemar Bakry meramaikan pasar perkamusan dengan membuat Kamus Indonesia-Arab-Inggeris. Kita susah mengimajinasikan bentuk kamus gara-gara tak ditampilkan dalam iklan.
Keterangan bisa mengecewakan bagi orang-orang belum memiliki koleksi lengkap: “Kamus ini kelandjutan dari Kamus Arab-Indonesia-Inggeris jang telah mendapat sambutan hangat dari masjarakat. Permintaan-permintaan disegerakan terbitnja kamus ini banjak sekali dan sjukurlah sekarang dapat dipenuhi.” Ada kamus mendahului mungkin belum dimiliki pembaca. Dua kamus disusun dua orang berbeda cara membaca (urutan) dan kegunaan. Kita membaca sepintas mungkin salah mengerti untuk dua buku: Kamus Arab-Indonesia-Inggeris dan Kamus Indonesia-Arab-Inggeris.
Pada masa 1970-an dua orang itu juga membuat Kamus Arab-Indonesia. Kita mengetahui dari cetak ulang ketiga, 1979. Penerbit kamus tetap Mutiara. Di kata pengantar, kita mengetahui hal-hal penting: “Kamus Arab-Indonesia-Inggeris jang beredar semendjak tahun 1953 mendapat sambutan jang hangat dari masjarakat, sehingga sampai mengalami beberapa kali tjetakan ulangan… Karena pemakaiannja jang begitu luas, maka kami djuga menerima berbagai usul perbaikan. Diantara usul jang kami terima ialah menerbitkan edisi chusus jang hanja memuat dua bahasa sadja: Arab dan Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan masjarakat jang mempergunakan dua bahasa itu sadja, kami terbitkanlah edisi Indonesia-Arab ini. Isinja sama dengan Arab-Indonesia-Inggeris. Jang ditiadakan hanja bahasa Inggerisnja sadja.”
Di situ, tercatat penerbitan Kamus Arab-Indonesia pada 1971.
Kamus-kamus terus tumbuh sejak masa 1950-an sampai 1970-an. Bahasa-bahasa digunakan di Indonesia dipelajari dan dimengerti dengan kamus-kamus. Penjelasan bahwa kamus-kamus terbitan Mutiara itu laris mengesankan pelajaran bahasa-bahasa di sekolah-sekolah terduga maju dan bermutu.
Orang-orang mau membeli Kamus Indonesia-Arab-Inggeris diiklankan dalam majalah Varia mendapat petunjuk dahulu: “Bahasa Indonesia dalam kamus ini disusun menurut alfabet huruf Latin seperti kamus bahasa Indonesia lainnja. Bahasa Arab disusun dengan uraian lengkap tentang kalimat-kalimat mufrad, djamak, taksir, harkat, ‘ain fi’il madhi, mudhari’ dan masdarnja dengan kelise tulisan nasaac jang indah. Bahasa Inggeris lengkap dengan pendjelasan kata-kata: adjective, noun, verb dan sebagainja.” Kamus dibuat dengan serius dan keunggulan.
Kamus laris dan mengaku bersejarah terbit pada 30 Djuni 1959. Kita menduga ada orang-orang membuat acara ulang tahun kamus asal keranjingan belajar bahasa-bahasa. Begitu.