Setiap kali akan naik angkutan umum, seperti kereta api, pesawat, atau bis, dan kalau kebetulan pesan tiketnya jauh hari sebelumnya, kita akan bertanya-tanya, “Siapa teman duduk saya nanti? Seorang pemudakah? Gadiskah? Emak-emakkah?”
Konon, Kiai Sahal Mahfudh, pada suatu hari diudang oleh LP3ES dan ditanggung biaya pembelian tiket kereta apinya, berangkat dari Stasiun Tawang, Semarang, tujuan Jakarta. Akan tetapi, beliau membeli satu tiket lagi.
“Loh, kok beli dua tiket, Kiai? Padahal panitia hanya menanggung satu tiket saja dan yang akan Kiai gunakan cuma satu, bukan?” tanya seseorang. “Apa yang satunya hanya buat tas saja?” (Baca: Ketika Gus Dur Menulis Kiai Sahal)
“Orang tua seperti saya itu rentan gosip. Coba misalkan tempat duduk sebelah saya ini tidak saya pesan dan akhirnya dibeli oleh orang seorang perempuan, apa kata-kata orang? ‘Wah, Kiai Sahal bareng pasangan barunya’, mungkin begitu dibilang, atau ‘Wah, Kiai Sahal bareng sama perempuan bukan mahram di kereta’. Makanya, biarlah saya beli sendiri tiket satunya, sudah biasa, kok,” begitu Kiai Sahal seperti yang diceritakan Pak Toni Pangcu
Bagaimana dengan pengalaman Anda?