Sedang Membaca
Pesantren Minhajut Thullab dan Cikal Bakal NU di Banyuwangi
M. Dani Habibi
Penulis Kolom

Lahir di Lampung, 1996. Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Isalam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan saat ini tinggal di PP Wahid Hasyim

Pesantren Minhajut Thullab dan Cikal Bakal NU di Banyuwangi

Pertumbuhan dan perkembangan Islam di Banyuwangi memang tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya pondok pesantren dan kaum santri. Dengan demikian, tradisi keilmuan Islam akan terus berkemabang. Didasari dengan keilmuan agama, tradisi dan budaya, sehingga tidak hanya ilmu agama yang satri dapatkan di pesantren melainkan ilmu kemasyarakatan, perekonomian, dan ilmu kebudayan.

Di balik indahnya kota Banyuwangi ternyata terdapat banyak ulama terkenal pendiri Nahdlatul Ulama (NU) di Banyuwangi. Salah satu cikal bakal berdirinya NU di Banyuwangi adalah beliau KH Abdul Manan pendiri pondok pesantren Minhajut Thullab yang bertempat di daerah Muncar. Pesantren Minhajut Thullab didirikan pada 1929 oleh seorang ulama KH Abdul Manan murid dari KH Kholil bangkalan Madura.

KH Abdul Manan merupakan putra kedua dari KH Muhammad Ilyas yang berasal dari Banten dan Umi Kultsum, yang berasal dari Jatirejo, Kandangan, Kediri. KH Abdul Manan Lahir di desa Grampang, Kabupaten Kediri pada 1870. Lahir di lingkungan pesantren membuat KH Abdul Manan menjadi sosok ulama yang mempunyai karismatik sehingga banyak di ikuti oleh kalangan masyarakat

KH Abdul Manan pertama menimba ilmu bersama ayahnya KH Ilyas. Setelah dirasa cukup menimba ilmu bersama ayahnya lalu KH Abdul Manan melajutkan belajarnya dibeberapa pondok pesantren di Jawa seperti pesantren Siwalan Panji Sidoharjo, pesantren Grempol, dan sampai pada akhirnya ia berguru bersama Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Setelah melakukan beberapa pengembaraan ilmu di wilayah Jawa Timur, lalu KH Abdul Manan melanjutkan pengembaraannya di kota Makkah dan sekaligus melaksanakan ibadah haji.

Baca juga:  Mengenang Ibnu Batutah, Pengelana Sepanjang Masa

Sepulang dari Makkah, K.H Abdul Manan kembali ke Kediri. Di Jawa beliau kembali lagi memulai pengembaraan ilmu. Ia berjalan sampai ke ujung timur pulau Jawa dan berguru dengan sosok Kiai besar bernama Kiai Abdul Basar. Karena KH Abdul Manan memiliki keilmuan dan akhlak yang tinggi akhirnya dinikahkan dengan putri Kiai Abdul Basar yang bernama Siti Asminatun. Beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Jalen dalam beberapa waktu sepinanggalan mertuanya, Kiai Abdul Basar.

Perjuangan beliau dalam menuntut ilmu sungguh luar biasa dengan kesabaran dan ketekunannya akhirnya mengantarkan Kiai Abdul Manan menjadi sosok ulama yang mempunyai karisma dan sangat disegani oleh masyarakat Banyuwangi. Ketika sebelum mendirikan pondok pesantren, beliau sempat berjalan dengan beberapa santrinya di beberapa tempat yang tepat untuk mendirikan pesantren. Kiai Abdul Manan bersama santri-santrinya berjalan keliling daerah Banyuwangi mulai dari Kalibiru, Silirangung, Pesanggaran, Tamansari dan hingga Sumberberas, Muncar. Pada tempat yang terakhirlah isyarat dari Kiai Kholil Cangaan, Genteng turun.

Kemudian KH Abdul Manan dan beberapa santri-santrinya membeli sebidang tanah milik H. Sanusi yang berasal dari Desa Badean, Kabat. Dan tepat pada 1932, akhirnya berdiri Pesantren Minhajut Thullab.

Kehadiran kaum santri inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya NU di Banyuwangi. Sebuah pondasi utama dari tradisi keagamaan dan masyarakat terbentuk sehingga menjadi sebuah jaringan yang saling terhubung satu dengan yang lainnya. Upaya untuk melestraikan tradisi keagamaan yang sesuai dengan ajaran kaum santri tersebut secara umum dibagi menjadi tiga yaitu pertama tradisi sifatnya dan geneologisnya, kedua trardisi pewarisan keilmuan dan yang ketiga tradisi ijasah.

Baca juga:  Tahu Gejrot, Kreasi Kuliner Unik dari Kampung Jatiseeng Cirebon

Seperti contoh di atas yaitu Pesantren Minhajut Thullab. Ketika melestarikan tradisi pesantrennya yaitu dengan cara hubungan geneologis dan mengembangakan hubungan trnsmisi intelektual antar sesama Kiai. Tidak hanya itu, Pesantren Minhajut Thullab juga melestarikan tradisi melalui jalur perkawinan. sehingga tidak hanya geneologi keilmuan yang diwariskan melainkan secara nasab dan beberapa kitab rujukan yang sama. Sedangkan untuk nasab dalam arti ijasah adalah jalinan kelompok langgaran maupun kelompok tarekat.

Jaringan kelompok langgaran ini, yang bisa kita lihat di beberapa daerah di Banyuwangi. Di wilayah Muncar terdapat langgar Minhajut Thullab dan di kota terdapat langgar Guru Munah. Beliau mengajarkan cara baca Alquran kepada masyarakat dan Barzanji. Lalu terdapat pula langgar Kiai Abdul Aziz. Sehingga Kiai Saleh belajar pada masa kecilnya dan ketika dewasa beliau KH Saleh menjadi salah satu tokoh penggerak NU di Banyuwangi.

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Scroll To Top