Sedang Membaca
Mimpi dan Harap di Hari Santri Nasional 2020
Imam Safe'i
Penulis Kolom

Kepala Pusan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Kementerian Agama RI

Mimpi dan Harap di Hari Santri Nasional 2020

Santri

Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2020 ini mengambil Tema “Santri Sehat Indonesia Kuat”. Tema ini sangat menarik dan seharusnya ada ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Dengan demikian tema ini tidak hanya terpampang di spanduk, baleho dan pelbagai media sosial yang hanya semarak beberapa saat tetapi dalam waktu yang tidak terlalu lama semua orang sudah melupakannya. Tentu kita semua tidak ingin terjadi demikian karena sesungguhnya tema ini jika kita renungkan secara mendalam memiliki misi yang sangat mulia baik untuk kepentingan internal pondok pesantren maupun untuk seluruh bangsa pada umumnya.

Sehat adalah segala-galanya. Semua tidak akan ada maknanya jika sehat tidak dimilikinya. Termasuk ibadah akan lebih sempurna bila kondisi fisik sehat disamping memiliki ilmu dan fasilitas yang mendukungnya. Ada pendapat yang menggunakan bahasa lebih vulgar lagi dengan mengatakan bahwa ibadah itu bisa sempurna jika berilmu, sehat dan punya uang. Sebagai contoh, kita tidak mungkin bisa melaksanakan sholat dengan sempurna jika tidak memiliki ilmu tentang sholat, fisiknya tidak sehat, dan tidak memiliki fasilitas pendudkungnya seperti kain untuk menutup aurat, air untuk bermudhu dan masjid untuk berjama’ah yang semuanya memang membutuhkan uang. Demikian juga ibadah-ibadah yang lain. Oleh karena itu di lembaga-lembaga pendidikan Islam terlebih pondok pesantren terkait tiga hal di atas sangat menjadi perhatian dan telah diimplementasikan dalam penguatan Tafaquh Fiddin, Kesehatan, dan Kewirausahaan (entrepreneurship).

Dari tiga hal tersebut, terutama terkait dengan Tafaquh Fiddin saya kira semua pihak sudah mengakui bahwa semua orang yang ingin faham dan memiliki ilmu agama yang memadai mereka adalah yang telah berhasil menempuh pendidikan di pondok pesantren. Tokoh-tokoh agama Islam baik yang ada di lingkungan ormas Islam atau yang eksis secara personal dapat dipastikan mereka adalah produk dari pondok pesantren. Akan tetapi dua hal yang lainnya khususnya bidang kesehatan dan wirausaha masih perlu perhatian yang serius terhadap semua yang peduli dengan pondok pesantren. Meski di beberapa pondok pesantren telah ada unit-unit layanan kesehatan baik yang sifatnya promotif maupun tindakan medis, tetapi secara umum jika diperhatikan rasanya masih sangat terasa kurang.

Baca juga:  Salaman dan Berpelukan dalam Ajaran Islam

Melihat kondisi seperti ini Kementerian Agama khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren ikut merasakan keprihatian yang tulus dan berusaha secara sungguh-sungguh melakukan pelbagai hal yang bisa membantu pondok pesantren untuk meningkatkan kualitas di bidang kesehatan. Beberapa kerjasama dilakukan baik dengan instansi pemerintah yang menangani bidang kesehatan maupun lembaga pendidikan tinggi. Dengan sesama pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah bekerjasana membangun fasilitas kesehatan berupa POSKESTREN di pondok-pondok pesantren yang tersesebar di seluruh penjuru tanah air. Untuk mengoptimalkan fasilitas fisik kesehatan tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kesehatan. Untuk itu kerjasama dengan insitusi pendidikan tinggi yang memiliki prodi kesehatan dengan Kementerian Agama mencoba menyiapkan dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti di bidang farmasi, kesehatan masyarakat, bidan dan lain-lain.

Untuk memulai gagasan besar ini, Tahun 2005 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melakukan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Univeritas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memberikan beasiswa kepada para santri untuk diproyeksikan sebagai dokter dan tenaga kesehatan. Kegiatan yang dikemas dalam Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) ini tergolong unik karena memberikan kesempatan kepada lulusan pondok pesantren untuk menjadi dokter atau tenaga kesehatan. Padahal sebelumnya hanya pada prodi-prodi kajian Islam baik di dalam maupun di Luar Negeri.

Gagasan inovatif ini bukan tanpa alasan. Sesungguhnya kita sedang merenungkan keprihatian yang cukup serius. Bahwa sehat itu penting dan sangat mendukung kesempurnaan ibadah tetapi faktanya kita terkesan abai. Buktinya banyak sekali lembaga pendidikan Islam atau pesantren yang memiliki ribuan santri tetapi kebanyakan dan hampir semua tidak memiliki satupun tenaga medis dan dokter. Saya yakin mereka sangat butuh tetapi bagaimana menindaklanjutinya belum terpecahkan. Karena di samping kemampuan akademik yang relevan dengan bidang ini belum dipersiapkan secara matang, faktor finansial cukup menjadi pertimbangan karena biaya studi pada prodi ini cukup besar sementara latar belakang ekonomi santri pada umumnya adalah menengah ke bawah.

Baca juga:  Berlaku Adil terhadap Lawan Politik

Dua hal yakni kemampuan akademik dan finansial inilah yang menjadi tanggungjawab Kementerian Agama agar program yang telah dicanangkan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Secar akademik, kemampuan santri-santri di bidang sains memang tertinggal dibandingkan dengan sekolah umum. Mereka yang diberikan kesemapatan untuk mendapatkan beasiswa adalah santri yang sekaligus juga sebagainsiswa Madrasah Aliyah swasta di pondok pesantren. Dibandingkan sekolah umum atau Madrasah Aliyah Negeri tentu di bidang ini mereka lebih tertinggal. Disamping keterbatasan fasilitas pembeljarannya, guru-guru pengampu bidang sains di madrasah aliyah swasta di lingkungan pondok pesantren kemampuannya masih sangat butuh ditingkatkan. Tidak sedikitnpulq guru yang mismatch tetap terus mengajar karena kondisinya memang masih memaksa sepertinitu karena belum mendapatkan guru yang profesional. Sedangkan terkait dengan pembiayaan jelas di Fakultas Kedokteran tergolong paling mahal di bandingkan dengan fakultas-fakultas yang lainnya.

Terhadap kelemahan di bidang akademik, saat itu kita meminta agar pihak perguruan tinggi berkenan memberikan matrikulasi selama kurang lebih tiga bulan untuk meningkatkan kemampuan mata pelajaran yang relevan menunjang studi pada prodi kedokteran. Kebijakan ini sudah pasti berdampak pada penambahan anggaran yang cukup besar. Hal ini terus tetap dilakukan karena melalui matrikulasi ini adalah satu-satunya langkah untuk bisa menyamakan kemampuannya. Sedangkan terkait pembiayaan, Kementerian Agama memberikan bantuan sepenuhnya mulai dengan biaya matrikulasi, biaya studi, living cost, pembelian buku hingga coach. Kebijakan ini harus dilakukan karena menyadari kemampuan ekonomi santri pada umumnya yang tidak mungkin untuk dapat membiayai pendidikan di Fakultas Kedokteran secara mandiri.

Baca juga:  Diskursus Khamr dalam Islam (1): Al-Qur’an, Khamr, dan Mekanisme Gradual dalam Islam

Karena didorong oleh mimpi-mimpi indah dan harapan agar pondok pesantren bisa memiliki sejumlah dokter dan tenaga kesehatan yang memadahi sehingga cita-cita agar santri sehat dapat terlihat -tidak seperti persepsi selama ini bahwa pondok kumuh, santri gudikan dan sejenisnya, beberapa kendala tersebut dapat diatasi. Dari pertama program tahun 2005 hanya diikuti sekitar 13 santri, terus berkembang hingga saat ini kita telah memiliki santri-santri yang lulus dari fakultas kedokteran sudah lebih dari 900 santri yang mewakili dari pelbagai pondok pesantren dari seluruh penjuru tanah air. Bahkan yang awalnya hanya bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemudian dikembangkan kerjasamanya dengan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Mataram (Unram) dan juga Universitas Islam Malang (Unisma).

Agar tema Hari Santri Nasional 2020 bukan hanya sekedar slogan yang cepat dilupakan, maka harus diikuti sebuah kebijakan yang memadahi seperti terus meningkatkan kerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk menambah jumlah POSKESTREN dan Usaha Kesehatan Sekolah, dan yang tidak kalah pentinya adalah dengan menyiapkan anggaran cukup untuk besiswa santri bidang kesehatan sebagai prioritas karena pondok-pondok pesantren masih sangat membutuhkan, Tanpa ada kebijakan seperti ini saya yakin tema hari santri tahun ini yang telah dielu-elukan dan didengungkan dimana-mana akan lenyap dan hilang tanpa ada bekasnya apa-apa. Semoga dengan niat yang penuh semangat untuk mewujudkan mimpi-mimpi untuk menjadikan santri sehat segera terlihat. Dengan didukung oleh kebijakan yang kuat, semuanya InsyaAllah akan bisa terwujud dengan cepat, dan jargon Santri Sehat Indonesia Kuat betul-betul akan memberikan maslahat untuk umat.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top