Sedang Membaca
Tradisi Haul Mbah Mutamakkin Kajen
Saiful Umam
Penulis Kolom

Dosen di Fakulas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah

Tradisi Haul Mbah Mutamakkin Kajen

Tradisi Haul Mbah Mutamakkin Kajen

Senang sekali minggu lalu bisa melihat dan mengikuti (sebagian) prosesi haul K.H. Ahmad Mutamakkin di Kajen, Pati. Ini momen yang saya tunggu-tunggu, setelah bertahun-tahun absen.

Tradisi yang telah berlangsung entah berapa lama ini secara umum masih terjaga dengan baik. Berbagai kegiatan yang menyemarakkan haul, baik di dalam kompleks makam maupun di luar, masih dilaksanakan, tentu saja dengan sedikit perubahan di sana sini.

Takhtiman bil ghoib, takhtiman bin nazhar, tahlil dari berbagai institusi rombongan peziarah, sampai mengganti kelambu dan menjual kelambu lama dengan cara lelang adalah sejumlah kegiatan yang berpusat di dalam makam.

Semua nyaris tanpa perubahan, selain para pelakunya. Tradisi yang terus dijaga dengan apik oleh keluarga besar keturunan Mbah Mutamakkin.

Sementara kegiatan-kegiatan di luar yang menandai khaul mengalami beberapa perubahan. Para penjual berbagai macam dagangan masih memenuhi sepanjang jalan menuju makam. Penjual martabak dan gorengan-gorengan lainnya dan penjual beraneka jenang, masih banyak dijumpai. Demikian juga penjual pakaian.

Namun saya lihat tidak lagi banyak yang menjual mainan anak-anak seperti waktu saya kecil. Kemudian karena makin terbatasnya lahan terbuka, berbagai hiburan yang dulu selalu penuh pengunjung, seperti tong setan, kincir angin, dan orkes dangdut, sekarang sudah tidak ada lagi.

Baca juga:  Menjelang Ramadan

Namun karnaval semakin meriah. Kalau dulu hanya diikuti siswa-siswa yang sekolah di beberapa madrasah di Kajen, sekarang pesertanya datang dari berbagai daerah atas undangan RT-RT setempat.

Di beberapa lokasi strategis menuju makam, masih ditempatkan kotak-kotak amal lengkap dengan remaja yang menunggunya. Pengajian umum dan bahtsul masail juga selalu dilaksanakan di Perguruan Islam Mathali’ul Falah, tidak jauh dari makam.

Ada tradisi baru yang belum terlalu lama, tapi sekarang sangat ditunggu banyak orang, yakni Jeburan atau berendam di kolam yang terletak di sebelah makam pada malam 1 Muharram.

Seingat saya, sampai pertengahan 1990an, Jeburan ini belum ada. Itu mengapa saya bilang, belum terlalu lama. Tapi mendengar cerita kawan-kawan, animo masyarakat yang ikut jeburan sangat besar.

Menjelang 1 Muharrom kolam tersebut harus diisi dengan air tanah yang dipompa karena sudah tidak ada lagi mata air yang langsung mengairi kolam tersebut seperti waktu saya kecil.

Itulah tradisi. Pada awalnya ia diciptakan. Kemudian dijaga dan dilestarikan sebagai penanda dan perekat ikatan sosial. Perubahan biasanya terjadi secara perlahan dan hampir tak dirasakan oleh para pelakunya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top