Buku terbaru Ahmad Baso berjudul Islamisasi Nusantara (2018) mengungkap banyak hal tentang proses masuknya Islam di Nusantara. Salah satu yang diungkap adalah tentang naskah Hikayat Raja-Raja Pasai (disingkat Hikayat Pasai).
Naskah tersebut ditulis di Sumatra kisaran pada abad ke-14 M. Lebih spesifiknya, konon ditulis pada tahun 1390. Hikayat Pasai merupakan bukti tertulis tertua tentang sejarah Islam Nusantara yang ada.
Kini, naskah tersebut, menurut Baso (2018) hanya ada dua. Pertama, di British Library (BL Or 14350) yang disalin di Semarang pada tahun 1797. Yang kedua naskah milik Royal Asiatic Society (RAS Raffles Malay 67) yang berada di London yang disalin pada tahun 1815.
Melalui naskah Hikayat Pasai tersebut berhasil membuka penjelasan baru bagi proses masuknya Islam di Nusantara. Selama ini, penggunaan naskah tulisan lokal, bagi para peneliti orientalis yang bias kolonial, teks karya penulis lokal dianggap sebagai bukti sejarah yang tidak ilmiah dan tak layak jadi sumber penerang sejarah masa lalu.
Penelitian para orientalis yang selalu menafikan naskah lokal tersebut berimplikasi terhadap kekeliruan dan bias mereka dalam menjelaskan sejarah Islam Nusantara.
Hikayat Pasai memberikan penjelasan yang penting terhadap proses Islamisasi di Nusantara yang sebelumnya kerap disalahartikan oleh peneliti orientalis. Ada dua pokok penting yang diungkap dalam naskah tersebut.
Pertama, ia memberikan penjelas terhadap kekosongan penjelasan sejarah tentang siapa aktor Islamisasi di Nusantara. Menurut naskah tersebut aktor dari proses Islamisasi tersebut adalah para wali keturunan Rasulullah saw atau biasa disebut habaib atau ahlul bait.
Selama ini ada prasangka dari para orientalis yang memandang Islam yang masuk di Nusantara semata-mata berasal dari India yang tak terkoneksi dengan Islamnya Rasullulah saw dan para sahabatnya. Implikasi dari prasangka kolonialistik tersebut kemudian ada anggapan bahwa Islam Nusantara dengan kreatifitas budya lokalnya adalah Islam yang tidak murni dan telah bercempur dengan klenik Hindu atau Budha. Prasangka tersebut kini terbantahkan.
Kedua, terkait watak Islam yang masuk Indonesia. Di naskah tersebut mengonfirmasikan bahwa proses Islamisasi di Nusantara melibatkan aktif aktor lokal. Dengan kata lain, Islamisasi di Nusantara memposisikan kebudayaan Nusantara sebagai subjek yang saling mengisi dan berkontribusi positif dalam proses Islamisasi.
Dengan kata lain, Islam di Nusantara dalam proses masuknya memiliki visi untuk membentuk kehidupan masyarakat dengan agama Islam namun tidak meminggirkan kebudayaan dan bernuansa Nusantara.
Fakta lain yang diungkap dari naskah tersebut adalah tentang perintah Rasullulah saw kepada para sahabatnya untuk melakukan penyebaran Islam di wilayah Samudra (Nusantara). Hal ini kemudian masuk akal dengan fakta baru bahwa aktor Islamisasi di Nusantara adalah para wali dari keturunan Nabi langsung atau yang biasa disebut dengan para habaib.
Keturunan nabi tersebut yang masuk di Nusantara mula-mula melakukan perjalanan dan membuka pemukiman di Hadramaut, Yaman. Kemudian, mereka melakukan pengembaraan dan perjalanan lalu membuat pemukiman di Benggala, India. Nah, dari jalur Benggala inilah menurut Baso (2018) kemudian masuk di Nusantara. Aktor-aktor tesebut adalah para habaib, ahlul bait, keturunan Rasulullah saw terutama melalui keturunan Sayidina al-Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Jejaring para habaib tersebutlah yang juga masuk di Nusantara pada periode setelahnya yang kita kenal saat ini dengan sebutan Wali Songo. Sebelumnya, tentang kisah Wali Songo dalam proses pembuka sejarah Islam di Nusantara kerap dihilangkan bahkan tak dipercaya oleh penelitian-penelitian orientalis.
Kembali ke naskah Hikayat Pasai. Naskah tersebut dalam mengungkap misteri sejarah Islam di Nusantara memerlukan jejaring dengan teks-teks lokal lainnya supaya memberikan penjelasan yang lengkap. Naskah-naskah lain jejaring Hikayat Pasai antara lain: naskah Babad Sasak, dan naskah Babad Cirebon. Nakah tersebut memberikan penjelasan lanjutan dalam menggambarkan sejarah Islamisasi di Nusantara.
Terakhir, naskah Hikayat Pasai memiliki kontribusi penting untuk membuka penjelasan baru tentang proses Islamisasi di Nusantara. Sekaligus, naskah tersebut mengungkap bahwa para hababib yang menjadi aktor Islamisasi di Nusantara dan juga memberikan penggambaran watak Islam Nusantara yang tidak meminggirkan budaya lokal.