M Afifudin Dimyathi
Penulis Kolom

Alumnus Al-Azhar University Cairo Mesir jurusan Tafsir dan Ilmu al-Qur’an, lulusan terbajk se-Asia di pascasarjana Khartoum International Institute for Arabic Language di kota Khartoum Sudan tahun 2004 dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 2007 lulus di Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Kini sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. pada tahun yang sama beliau meneruskan pendidikan S3 di al Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab dan selesai tahun 2007.

Penuturan Kisah Al-Qur’an yang Indah

Ayat-ayat Al-Qur’an selalu menarik untuk dikaji. Ayat-ayat yang menerangkan sebuah tema dalam Al-Qur’an biasanya tidak diturunkan secara bersamaan, tapi meskipun demikian, kita masih bisa menangkap dan memahami tema itu secara menyeluruh dengan cara yang beraneka macam berdasarkan khazanah keilmuan Al-Qur’an.

Diantara cara yang membantu memahami pesan dan tema dalam Al-Qur’an secara menyeluruh adalah dengan cara mengurutkan ayat-ayat tersebut secara kronologis turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Dari situ kita akan merasakan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah kesatuan yang sulit dipisahkan satu sama lain, karena ayat-ayatnya saling berhubungan.

Contohnya bisa kita lihat dalam kisah permohonan ampun Nabi Ibrahim untuk bapaknya. Jika ayat-ayat yang terkait dengan hal ini kita urutkan, maka akan tercapai pemahaman yang jelas dan terang tentang kejadian tersebut.

Pertama: Diawali dengan “janji” Ibrahim, bahwa beliau akan memohonkan ampun untuk ayahnya, ini diterangkan dalam ayat yang pertama kali turun terkait kejadian tersebut, yaitu QS. Maryam: 47, sbb:

قَالَ سَلَٰمٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِى حَفِيًّا

Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”

Kedua: Karena hal itu adalah “janji”, maka Nabi Ibrahim memenuhi janjinya, karena tidak boleh seorang Nabi mengingkari “janji”, permohonan ampun Nabi Ibrahim untuk bapaknya dipenuhinya sebagaimana ayat kedua yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. As Syuara’: 86, sebagai berikut:

Baca juga:  Takut Jarum Suntik dan Darah

وَٱغْفِرْ لِأَبِىٓ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلضَّآلِّينَ

dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat.

Ketiga: Allah menjelaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim ada suri tauladan yang baik bagi umat Islam ketika berinteraksi dengan kaum kafir, tapi, Allah menegaskan ada satu hal dari Ibrahim yang tidak boleh dicontoh yaitu perbuatan beliau memohonkan ampunan untuk ayahnya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat ketiga yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. Al Mumtahanah: 4, sebagai berikut:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”

Keempat: Dan ketika Allah melarang umat Islam mencontoh perilaku Nabi Ibrahim memohonkan ampunan untuk ayahnya yang kafir, pasti kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Ibrahim tetap memohonkan ampunan untuk ayahnya, padahal itu adalah larangan Allah, maka Allah menjelaskan bahwa permohonan ampunan Ibrahim untuk ayahnya hanya sekedar menunaikan janji yang sudah diucapkannya (dalam QS. Maryam di atas), ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat keempat yang turun berkaitan dengan hal ini, yaitu QS. At Taubah: 114, sebagai berikut:

Baca juga:  Pacu Kualitas PTKN, Kemenag Usung 6 Jurus Percepatan

وَمَا كَانَ ٱسْتِغْفَارُ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَآ إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥٓ أَنَّهُۥ عَدُوٌّ لِّلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ ۚ إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ لَأَوَّٰهٌ حَلِيمٌ

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.

Sungguh, Al-Qur’an yang luar biasa.

إنّ في ذلك لعبرةً لأولي الألْبابِ

________
Jombang, 21 Februari 2020
M. Afifuddin Dimyati (Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya & Dewan Pengasuh PP Darul Ulum Rejoso Jombang).

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top