Sedang Membaca
Madzhab Nabi, Madzhab Ukhuwah
Avatar
Penulis Kolom

Mahasiswa Pascasarjana UM Parepare Sul-Sel

Madzhab Nabi, Madzhab Ukhuwah

Berbincang tentang madzhab, biasanya terfokus kepada madzhab  yang selama ini lebih menitikberatkan kepada para imam madzhab khususnya dalam bidang fiqh,  empat madzhab ahlu sunnah wal jamaah, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Pada zaman Rasul aliran-aliran dalam bentuk madzhab belum dikenal, umat Islam hanya terfokus kepada Nabi dalam memahami agama.

Mereka langsung bertanya kepada Nabi setiap ada persoalan-persoalan keagamaan yang tidak bisa mereka selesaikan. Rujukan sentral para sahabat adalah Nabi, setiap pertanyaaan yang muncul dari para sahabat langsung di respons oleh Nabi, dan biasanya juga menunggu turunnya Wahyu dari Tuhan untuk menjawab pertanyaan para sahabat.

Nabi menjadi rujukan sentral oleh para sahabat setiap ada permasalahan-permasalahan yang memerlukan suatu jawaban. Respon Nabi terhadap pertanyaan para sahabat itulah yang disebut  sunnah atau hadis yang harus dilaksanakan oleh para sahabat. Para sahabat tidak terlalu repot dalam mencari jawaban dari suatu permasalahan yang menyangkut keumatan, mereka langsung berkonsultasi dengan Nabi dan Nabi langsung memberikan respon atau jawaban terhadap pertanyaan sahabat, ataupun Nabi menunggu turunnya Wahyu dari Tuhan. Dan itulah madzhab dari para sahabat yaitu madzhab langsung dari Nabi. Kadang juga para sahabat melakukan ijtihad ketika tidak bersama Nabi, tapi tetap melakukan konsultasi dengan Nabi ketika bertemu dengan Nabi.

Ketika ada sahabat-sahabatnya diutus ke suatu daerah, dan para sahabat berbeda pendapat dalam memecahkan suatu problem, para sahabat berbeda pendapat dalam merespon atau memberi jawaban, dan setelah melaporkan kepada Nabi untuk memberikan jawaban benar, Nabi biasanya membenarkan pendapat para sahabat, hanya saja bobot kebenaran jawaban dari para sahabat itu berbeda.

Baca juga:  Berani Bicara dan Menulis dengan Tetap "Tawadhu"

Dalam sejarah Nabi, sejak periode Makkah yang berlangsung selama 13 tahun, Nabi lebih mengedepankan ukhuwah dalam menyampaikan pesan-pesan kebenaran kepada para sahabatnya maupun kepada para elit-elit Quraisy, penyampaian pesan-pesan kebenaran yang diterima dari Tuhannya disampaikan dengan dengan penuh hikmah, mauidzah hasanah dan kadang-kadang menggunakan argumentasi yang baik, sekalipun pihak Quraisy menolak pesan-pesan yang disampaikan oleh Nabi. Ini sama dengan Nabi-nabi sebelumnya seperti nabi Musa juga banyak menggunakan pendekatan-pendekatan atau ucapan yang lunak terhadap penguasa pada waktu itu yaitu Fir’aun.

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi lebih fokus dalam mempersatukan masyarakat Madinah yang pada waktu sangat pluralistik, banyak suku-suku yang ada di Madinah sebelum Nabi hijrah ke sana, begitupun agama dan kepercayaan-kepercayaan lama yang sudah berkembang sebelumnya. Nabi lebih berkonsentrasi dalam mempersatukan seluruh elemen yang ada di Madinah pada waktu itu  dan  diikat dalam satu perjanjian yaitu perjanjian Madinah atau piagam Madinah. Piagam ini adalah merupakan produk bersama dan mengikat secara adil selurah segmen yang ada di kota Madinah pada waktu itu. Itulah yang menyebabkan keberhasilan Nabi dalam memimpin masyarakat Madinah karena sangat mengedepankan ikatan persaudaraan kemanusiaan diantara suku yang ada Madinah bukan mengutamakan ikatan primordial umat Islam.

Baca juga:  Puisi, Ibu, dan Rindu

Keberhasilan Nabi dalam membangun masyarakat Madani atau masyarakat sivil society seperti yang diprogramkan oleh Nabi, tidak terlepas dari karakter Nabi yang holistik, dalam pandangan agama, karakter atau akhlak Nabi itu sangat agung, Para sahabat tidak mampu menggambarkan akhlak Nabi secara keseluruhan, mereka semua menangis dan bersedih ketika akan menggambarkan akhlak Nabi. Suatu ketika ada orang badui datang ke kota Madinah, kedatangannya adalah hanya sekedar ingin mengetahui tentang akhlak Nabi, Dia mendatangi seluruh sahabat pada waktu itu, menanyakan tentang akhlak Nabi, tetapi para sahabat tidak mampu menjawab secara detail tentang akhlak Nabi.

Ketika pertanyaan ini diajukan ke Ali bin Abi Thalib, yang merupakan salah seorang sahabat yang sangat cerdas, Dia balik bertanya bertanya kepada sang Badui, apakah si Badui mampu menggambarkan langit dan bumi dengan seluruh isinya?, Si Badui tidak mampu untuk menggambarkannya, lalu Ali balik bertanya kembali kepada Badui, bagaimana mungkin menggambarkan akhlak Nabi yang begitu Agung, langit dan bumi saja tidak mampu kamu gambarkan?.

Banyak aspek yang menjadi faktor keberhasilan Nabi dalam menciptakan suatu masyarakat yang mengedepankan ukhuwah atau persaudaraan, disamping akhlak yang begitu agung yang miliki oleh Nabi, juga karena ajaran-ajaran keagamaan sangat memberikan penguatan untuk menyebarkan ajaran ukhuwah kepada masyarakat Makkah dan Madinah secara keseluruhan. Suatu prestasi yang sangat luar biasa dalam waktu yang sangat singkat selama 23 tahun, Nabi berhasil menciptakan suatu masyarakat yang egaliter, penuh rasa persaudaraan, jalinan ukhuwah yang terbebas dari faktor-faktor primordialisme yang sempit. Visi ukhuwah atau persaudaraan sangat menonjol dalam merekatkan hubungan antara berbagai elemen yang begitu plural pada masyarakat Madinah pada waktu.

Baca juga:  Mengapa Yahudi dan Cina jadi Sasaran Kebencian?

Kita harus banyak belajar dari Nabi dalam memaknai aliran atau madzhab pemikiran saat ini, perbedaan menjadi suatu keniscayaan yang tidak terelakkan, kita harus cerdas dalam memaknai perbedaan madzhab pemikiran, Nabi sudah memberikan dasar-dasar atau pondasi dalam beragama. Begitupun para ulama madzhab, sesama ulama madzhab mereka saling menghargai dan menghormati pendapat masing-masing. Disamping menjaga ukhuwah diantara mereka, juga sangat produktif untuk menghasilkan karya, karya-karya mereka banyak menjadi rujukan ulama-ulama hari ini.

Inilah madzhab ukhuwah, madzhab yang lebih mengedepankan persaudaraan, menjaga ukhuwah dalam perbedaan madzhab atau perbedaan pemikiran, lebih banyak mencari titik temu dibalik perbedaan pandangan. Madzhab ukhuwah yang telah diwariskan oleh Nabi, para sahabatnya, dan ulama-ulama yang datang kemudian seperti imam madzhab, Imam Al Gazali, Ibnu Rusyd, mesti menjadi rujukan oleh para ulama, cendekiawan, dan tokoh-tokoh umat yang menjadi rujukan umat hari ini.

 

(Bumi Pambusuang, 22 Pebruari 2023)

 

 

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top