Kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di Papua juga berdampak pada pemanfaatannya yang dilakukan oleh masyarakat. Ada yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan, makanan, energi, kosmetik, dan keperluan lainnya. Setiap suku yang ada di Papua memiliki cara sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di sekitarnya.
Dalam kaitan ini, yang akan dibahas satu macam tumbuhan, yakni dari family Pandanaceae. Masyarakat umum mungkin mengenal pandan sebatas kebutuhan pewangi makanan ataupun tikar.
Jika merujuk Papua, maka ada pandan merah yang beberapa dekade lalu cukup membuat heboh masyarakat yang ada di Indonesia. Pandan merah dikenal sebagai buah yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Sejak dikeathui secara umu, permintaan pandan merah pun meningkat dan pandan merah dikemas dalam berbagai ragam bentuk, untuk menarik minat pembeli.
Perlu diketahui bahwa tumbuhan pandan adalah salah satu tumbuhan dari family Pandanaceae yang tersebar dari pantai sampai pegunungan. Tidak hanya di papua tetapi juga tersebar di berbagai belahan bumi. Masyarakat di Papua dan juga Indonesia banyak memanfaatkan pandan, selain untuk pewangi juga untuk berbagai keperluan yang menunjang kehidupan manusia. Untuk masyarakat Papau, dilaporkan oleh Hasselt, masyarakat Papua memanfaatkan daun pandan sebagai layar perahu. Daun yang digunakan sebagai layar dikeringkan kemudian dianyam sehingga menjadi layar perahu.
Ada beberapa macam pemanfaatan daun pandan tikar atau usen (bahasa suku Aimaru yang ada di Sorong) yang dilakukan oleh masyarakat Papua.
Sebagai Kerajinan
Noken adalah peralatan yang digunakan oleh masyarakat untuk membawa barang-barang, baik ketika hendak ke ladang, pasar, maupun keperluan lainnya.
Bagi masyarakat Papua yang ada di Sorong, noken sangat penting artinya. Ke mana pun pergi, mereka akan membawa noken. Ada banyak tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk membuat noken, salah satunya adalah pandan.
Daun pandan dikeringkan terlebih dahulu lalu dianyam. Pandan yang digunakan sama dengan pandan yang dibuat tikar.
Selain dibuat noken, daun pandan ini juga digunakan sebagai bahan dalam membuat payung tradisional yang disebut dengan Koba-koba (Payung). Sebagian masyarakat yang ada di pedesaan belum memiliki pelindung kapala dari bahan-bahan besi.
Mereka pun sejak lama sudah membuat pelindung dengan cara sederhana dan berbahan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Sama dengan noken dan tikar, daun pandan dikeringkan terlebih dahulu secara alamiah lalu dianyam. Jika hendak membuat payung, maka satu bagian akan ditambahi dengan kayu sebagai pengikat dan bisa diletakkan di kepala. Mereka menggunakan koba-koba baik saat hujan maupun ketika cuaca sangat terik. Sama dengan fungsi payung pada masyarakat perkotaan.
Kalik (Tikar). Alas tempat duduk maupun tempat tidur. Kalik juga merujuk pada semua jenis pandan bagi masyarakat Aimaru di Sorong. Umum dijumpai di rumah-rumah penduduk adanya tikar pandan, baik di ruang tamu maupun tempat tidur.
Namun kini, sudah banyak masyarakat yang mengganti dengan kursi plastik. Penggunaan daun pandan sebagai tikar umum dijumpai pada masyarakat yang ada di Indonesia. Gete (Keranjang). perlatan rumah tangga yang umum dijumpai di masyarakat. Ada banyak bahan-bahan dari alam yang bisa dibuat keranjang. Umumnya dari rotan maupun bambu. Masyarakat Papua (Suku Moi) biasa juga menggunakan daun pandan sebagai keranjang tempat penyimpanan barang-barang rumah tangga.
Selain sebagai bahan kerajinan, pohon pandan juga bisa digunakan untuk bahan bangunan. Seperti laporan Hasselt yang menyebutkan bahwa daun pandan biasa digunakan sebagai layar pada masyarakat Papua tempo dulu. Batang pandan juga bisa digunakan sebagai lantai. Adapun jenis pandan yang batangnya bisa digunakan adalah Pandanus cf limbatu. Penggunaan bahan tersebut dilakukan ketika rumah masih menggunakan komponen alam sebagai bahan utamanya. Kini sudah jarang digunakan karena masyarakat lebih memilih bahan utama lantai adalah keramik.
Pandan juga bisa dimanfaatkan sebagai makanan tradisional. Biasanya pandan buah merah yang digunakan sebagai bahan makanan. Pandan ini dicampur dengan kasbi kasbi (Manihot uttilissima) dan dimasak secara bersamaan. Kasbi dan pandan buah merah direbus bersamaam, setelah kedunya lunak maka ditumbuk sampai halus dan kemudian dimasak lagi. Ada kepercayaan jika memakan makanan ini akan membuat tubuh menjadi sehat dan jarang sakit.
Dalam memanen buah merah, biasanya masyarakat akan menunggu sampai daun yang membungkus buah tersebut sudah kering semua. Jika ada daun yang belum kering maka pandan dianggap belum begitu matang. Masyarakat juga percaya bahwa ketentuan panen sudah ada takdirnya. Untuk itu, ketika panen dianggap banyak maka sebagian hasil panen akan digunakan untuk selametan atau syukuran.