Sedang Membaca
Takut kepada Allah, Cara Mudah Jalani Kehidupan
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Takut kepada Allah, Cara Mudah Jalani Kehidupan

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falaah Bogor, Jawa Barat, Habib Muhammad Ridho bin Yahya menjelaskan sifat takut kepada Allah merupakan cara agar seseorang mudah menjalani kehidupan. Hal ini terdapat dalam kitab Annashaihu Addiniyah karya Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad.

Habib Ridho menerangkan, keimanan yang meningkat menjadi stimulus bagi seseorang untuk melakukan berbagai perbuatan baik. Namun jika keimanan seseorang sedang menurun maka akan sangat sulit untuk diajak kebaikan.

“Ketika keimanan seseorang itu menguat dan bagus, maka dirinya akan mudah melakukan amal-amal shaleh. Ini kadar keimanan. Tapi kalau kadar keimanan lagi anjlok, untuk diajak kebaikan itu sulit. Apabila kadar keimanan bagus, biasanya akan gampang diajak kebaikan,” terang Habib Ridho dalam Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT), pada Rabu (6/10/2021).

Meski begitu, Allah akan memberikan pelajaran kepada seorang yang beriman dengan berbagai musibah. Hal itu sebagai pukulan atau teguran sebagai wujud kasih sayang Allah agar orang tersebut dapat melakukan perubahan dan senantiasa menjalankan amal baik.

“Kalau sudah amal shaleh meningkat, maka rasa takut dalam dirinya pun akan lebih banyak. Kalau sudah rasa takut kepada Allah banyak, dia aka naman dan mudah dalam kehidupannya. Sebaliknya, kalau keimanan lemah dan rasa takut kepada Allah berkurang maka dia akan mudah tertipu dan terjerumus ke dalam kemaksiatan,” katanya.

Baca juga:  Dakwah Santri, Ikhtiar Mewujudkan Moderasi

Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa orang-orang beriman memiliki ciri yang sangat spesifik. Di antaranya ketika beramal selalu melibatkan perasaan yang tulus dan ikhlas, serta selalu berharap agar seluruh amal yang dilakukan dapat diterima Allah.

“Dia berharap mendapat pahala dan karunia dari Allah atas amalnya. Dia juga akan menjauhkan keburukan dan takut kalau keburukan atau kemaksiatan akan menimpa dirinya,” jelas Dewan Guru MTT itu.

Selain itu, ciri orang beriman adalah ketika melihat ada kemaksiatan tidak langsung mencela, tetapi justru bersyukur karena Allah masih melindunginya dari kubangan dosa. Orang beriman juga akan secara otomatis menolak kemaksiatan karena dianggapnya sebagai perbuatan yang menjijikkan.

“Kemudian kalau perlu dinasihati, dia akan menasihati. Dia juga bersyukur karena Allah tidak menjadikan dirinya ahli maksiat. Kalau Allah menjadikan itu, maka dia merasa tidak ada daya dan upaya. Ini sifat dari orang-orang yang beriman dan takut kepada Allah,” ujar Habib Ridho.

Hal lain yang ditakuti orang beriman adalah siksaan Allah yang sangat pedih jika dirinya bermaksiat. Karena itu, setiap saat orang beriman selalu berharap agar mendapat permaafan dari Allah melalui taubat.

“Artinya, apabila dia melakukan keburukan atau kemaksiatan, segera dia kembali kepada Allah. Dia menangis, menyesal, minta maaf, dan melakukan kafarat untuk melebur dosanya. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat seperti itu maka dia berarti termasuk orang yang masih berlumuran dengan kesalahan dan dosa,” jelas Habib Ridho.

Baca juga:  Kemnaker dan Diaspora Indonesia Bantu Pekerja Terdampak Covid-19

Ia menjelaskan, orang-orang beriman yang selalu berharap ampunan Allah merupakan orang-orang-orang yang mendapat keberuntungan dari Allah. Sebab, Allah masih memberikan taufik atau petunjuk agar kerap melakukan amal shaleh dalam hidup.

“Taufik adalah kemudahan untuk melakukan amal shaleh. Apabila Allah berikan dia taufik, mudah saja melakukan kebaikan dan ibadah. Ini bersyukur kepada Allah. Inilah orang-orang yang beruntung,” pungkasnya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top